Banyumas (ANTARA) - Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Sentra Satria di Baturraden memberikan pelatihan keterampilan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi mereka.

"Pelatihan keterampilan yang diberikan berupa kerajinan bambu dengan mendatangkan pengrajin dari Yogyakarta sebagai instruktur yang telah melatih para PPKS (Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera) dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur," kata Pekerja Sosial Ahli Madya Sentra Satria Singgih Wahyu Purnomo di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Dia mengatakan pelatihan diikuti 15 ODHA yang tergabung dalam Komunitas “Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Kabupaten Kebumen itu, diselenggarakan selama dua hari, 5-6 Maret 2024.

Ia mengharapkan para ODHA memiliki semangat dan kemauan untuk menumbuhkan kemandirian melalui pelatihan keterampilan tersebut.

Selain diberi pelatihan, kata dia, setiap peserta mendapatkan bantuan senilai Rp500 ribu dalam bentuk bahan baku bambu dan peralatan.

"Setelah mengikuti pelatihan, para ODHA diharapkan tidak hanya pandai mengolah bambu, juga mampu untuk memasarkan olahan bambu tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi," kata Singgih.

Kepala Sentra Satria di Baturraden Darmanto mengatakan Kemensos terus berupaya untuk memberikan dukungan serta motivasi kepada para ODHA dan keluarga ODHA melalui berbagai bantuan sosial.

Oleh karena itu, pihaknya sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kemensos berkolaborasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Kebumen menyelenggarakan kegiatan dengan nama Peningkatan Kapasitas PPKS dan Penyerahan Bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi).

"Jadi, selain memberikan pelatihan keterampilan, kami juga menyerahkan bantuan Atensi senilai Rp15.900.000 berupa susu formula kepada 13 anak dari ODHA," katanya.

Dia menjelaskan bantuan susu formula diberikan kepada anak-anak yang terlahir dari ibu yang positif HIV untuk menggantikan air susu ibu (ASI) sebagai pemenuhan nutrisi.

Dia menjelaskan pemberian susu formula itu dilakukan karena cairan ASI pada ibu positif HIV menjadi salah satu media penularan HIV dari ibu ke anak.

"Selain menjadi penyintas HIV/AIDS, para orang tua penerima bantuan juga dikategorikan tidak mampu, sehingga sulit untuk membeli susu formula tersebut. Masing-masing penerima bantuan mendapat 10 kilogram, susu yang disesuaikan dengan kebutuhan serta umur mereka," katanya.