Ketua DPRD Jateng ajak pemerintah stabilisasi harga kebutuhan pokok
Selasa, 30 April 2024 16:16 WIB
Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Sumanto (HO-Pribadi)
Semarang (ANTARA) - Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Sumanto mengajak pemerintah melakukan stabilisasi harga kebutuhan pokok usai Idul Fitri agar stok terjaga namun masyarakat tetap dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Saat Ramadhan dan Lebaran lalu, harga kebutuhan pokok ini kan sempat naik tinggi, tapi sekarang misalnya beras dan telur mulai turun cenderung stabil harganya," ujar Sumanto di Semarang, Selasa.
Menurut dia, turunnya harga beras di Jawa Tengah karena sejumlah sentra padi sudah panen raya sehingga makanan utama penduduk Indonesia itu tak lagi langka.
"Harga beras ini yang menentukan pasar. Kecenderungannya kemarin harga beras naik dan langka. Sekarang sudah turun karena sudah panen raya," ujar Sumanto.
Ia mencontohkan harga beras di sejumlah wilayah yang dulu mencapai hingga Rp18 ribu, kini turun menjadi Rp12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram. Ia mengakui, harga beras yang tinggi tersebut juga membuat para petani mengalami keuntungan yang lumayan.
"Petani sempat untung karena harga gabah kering panen dulu mencapai Rp8.000 per kilogram. Sekarang sudah Rp5 ribu sampai Rp5.500 per kilogram," kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Ia menambahkan, turunnya harga beras tidak begitu mempengaruhi permintaan masyarakat mengingat kebutuhan di rumah tangga tak setinggi saat Ramadhan maupun Lebaran. Selain itu, stok beras di rumah tangga juga cukup tinggi.
"Harga telur juga saat ini mengalami penurunan. Yaitu dari harga Rp30 ribu saat Idul Fitri, kini turun menjadi Rp28 ribu per kilogram," kata mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah itu.
Sumanto mengingatkan, kenaikan harga kebutuhan primer seperti beras, telur dan daging, akan berpengaruh bagi masyarakat dan selama ini ditentukan oleh mekanisme pasar. "Tapi untuk kebutuhan pangan lain yang sifatnya sekunder sebenarnya bisa disiasati agar tak terlalu memberatkan masyarakat," kata Sumanto.
Ia mencontohkan, naiknya harga cabai yang kerap mempengaruhi inflasi suatu daerah padahal cabai bukanlah kebutuhan pangan primer. Ia menyarankan masyarakat menyiasati dengan menanam cabai di rumah untuk sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Cabai kan sebenarnya bisa ditanam di rumah sendiri. Dua atau tiga pot di rumah cukup. Karena harganya bisa mempengaruhi inflasi, kadang satu kilogram bisa Rp100 ribu, sebaiknya tanam saja di pekarangan atau di rumah," kata Sumanto.
Selain itu, ia juga mendorong masyarakat lebih pandai menerapkan manajemen diri dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama dalam momen-momen tertentu.
"Sebagian produk yang biasa kita beli sebenarnya bisa kita produksi sendiri. Contohnya cabai tadi. Sehingga, menjaga kestabilan harga merupakan tugas pemerintah. Sedangkan kita sebagai konsumen bisa menyiasati dalam menghadapi kenaikan harga," ujarnya.
Sumanto juga mengangkat isu tersebut saat menjadi narasumber dialog bertema "Bersinergi Menjaga Kestabilan Sosial dan Ekonomi Pasca Idul Fitri" di Studio TA Radio, Solo, beberapa waktu lalu.
"Saat Ramadhan dan Lebaran lalu, harga kebutuhan pokok ini kan sempat naik tinggi, tapi sekarang misalnya beras dan telur mulai turun cenderung stabil harganya," ujar Sumanto di Semarang, Selasa.
Menurut dia, turunnya harga beras di Jawa Tengah karena sejumlah sentra padi sudah panen raya sehingga makanan utama penduduk Indonesia itu tak lagi langka.
"Harga beras ini yang menentukan pasar. Kecenderungannya kemarin harga beras naik dan langka. Sekarang sudah turun karena sudah panen raya," ujar Sumanto.
Ia mencontohkan harga beras di sejumlah wilayah yang dulu mencapai hingga Rp18 ribu, kini turun menjadi Rp12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram. Ia mengakui, harga beras yang tinggi tersebut juga membuat para petani mengalami keuntungan yang lumayan.
"Petani sempat untung karena harga gabah kering panen dulu mencapai Rp8.000 per kilogram. Sekarang sudah Rp5 ribu sampai Rp5.500 per kilogram," kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Ia menambahkan, turunnya harga beras tidak begitu mempengaruhi permintaan masyarakat mengingat kebutuhan di rumah tangga tak setinggi saat Ramadhan maupun Lebaran. Selain itu, stok beras di rumah tangga juga cukup tinggi.
"Harga telur juga saat ini mengalami penurunan. Yaitu dari harga Rp30 ribu saat Idul Fitri, kini turun menjadi Rp28 ribu per kilogram," kata mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah itu.
Sumanto mengingatkan, kenaikan harga kebutuhan primer seperti beras, telur dan daging, akan berpengaruh bagi masyarakat dan selama ini ditentukan oleh mekanisme pasar. "Tapi untuk kebutuhan pangan lain yang sifatnya sekunder sebenarnya bisa disiasati agar tak terlalu memberatkan masyarakat," kata Sumanto.
Ia mencontohkan, naiknya harga cabai yang kerap mempengaruhi inflasi suatu daerah padahal cabai bukanlah kebutuhan pangan primer. Ia menyarankan masyarakat menyiasati dengan menanam cabai di rumah untuk sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Cabai kan sebenarnya bisa ditanam di rumah sendiri. Dua atau tiga pot di rumah cukup. Karena harganya bisa mempengaruhi inflasi, kadang satu kilogram bisa Rp100 ribu, sebaiknya tanam saja di pekarangan atau di rumah," kata Sumanto.
Selain itu, ia juga mendorong masyarakat lebih pandai menerapkan manajemen diri dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama dalam momen-momen tertentu.
"Sebagian produk yang biasa kita beli sebenarnya bisa kita produksi sendiri. Contohnya cabai tadi. Sehingga, menjaga kestabilan harga merupakan tugas pemerintah. Sedangkan kita sebagai konsumen bisa menyiasati dalam menghadapi kenaikan harga," ujarnya.
Sumanto juga mengangkat isu tersebut saat menjadi narasumber dialog bertema "Bersinergi Menjaga Kestabilan Sosial dan Ekonomi Pasca Idul Fitri" di Studio TA Radio, Solo, beberapa waktu lalu.
Pewarta : Teguh Imam Wibowo
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
FKS Foundation bersama PT Tiga Pilar Sejahtera bangun sarana air bersih untuk warga Sragen
14 December 2024 13:04 WIB
PLN pastikan kesiapan infrastruktur layanan kelistrikan andal jelang Nataru
09 December 2024 20:50 WIB