Pati (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mencatat daerah terdampak kekeringan mulai berkurang, sehingga permintaan suplai air bersih juga berkurang seiring hujan mulai turun.  

"Jumlah desa yang mengajukan permintaan suplai air bersih memang masih sama seperti sebelumnya ada 71 desa, namun titik droping airnya berkurang karena beberapa daerah mulai turun hujan sehingga sumber air milik warga mulai tersedia," kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan BPBD Kabupaten Pati Sutarno di Pati, Senin.   

Ia mencatat sepekan terakhir mulai turun hujan, sedangkan pada malam hari juga sering gerimis sehingga beberapa daerah mulai memanfaatkan sumber air setempat, meskipun hujan di wilayah Pati belum merata.

Untuk suplai air bersih setiap harinya, kata dia, juga berkurang, karena sebelumnya mengoperasikan lima armada truk tangki, kini hanya berkisar tiga hingga empat truk tangki.  

Sementara suplai airnya, imbuh dia, setiap harinya saat ini berkisar 20-25 truk tangki, sehingga berbeda dari sebelumnya lebih dari 25 truk tangki setiap harinya.

"Meskipun demikian, kami siap memberikan suplai air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan," ujarnya.  

Kalaupun stok air bersih berkurang, maka BPBD Pati akan menggunakan dana belanja tak terduga (BTT) karena sebelumnya juga sudah ada penetapan status tanggap darurat bencana kekeringan serta kebakaran lahan dan hutan.

Status tanggap darurat bencana berlaku selama 14 hari yang dimulai 24 September 2024 hingga 7 Oktober 2024.

Dari 71 desa terdampak kekeringan tersebar di sembilan kecamatan, meliputi Kecamatan Tambakromo ada tujuh desa, Jaken ada 12 desa, Jakenan ada 12 desa, Pucakwangi ada 11 desa, Gabus ada lima desa, Winong ada 13 desa, Kayen ada lima desa, Sukolilo ada satu desa, dan Batangan ada lima desa.