Banyumas (ANTARA) - Warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mulai melakukan berbagai persiapan untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili yang jatuh pada tanggal 29 Januari 2025.
Persiapan tersebut di antaranya dengan membersihkan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD), salah satunya di Kelenteng Boen Tek Bio, Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Pembersihan tersebut tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa, juga dibantu masyarakat sekitar, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Banyumas, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
"Hari ini (23/1), kami melakukan jamasi atau bersih-bersih kelenteng yang mana sudah diawali tadi malam dengan melakukan sembahyang Sang An atau sembahyang mengantar Dewa Dapur naik ke langit," kata Juru Bicara Kelenteng Boen Tek Bio Sobitananda.
Setelah sembahyang Sang An, kata dia, pihaknya baru bisa membersihkan rupang atau patung para suci beserta semua sarana prasarana, bangunan, dan ruangan atau setiap tempat yang digunakan untuk ibadah di Kelenteng Boen Tek Bio.
Khusus untuk penjamasan rupang dan beberapa sarana lainnya menggunakan media berupa bunga, air dari lima mata air, sabun, air jeruk, dan sebagainya.
Ia mengatakan seluruh proses pembersihan kelenteng tersebut diperlukan waktu sekitar tiga hingga empat hari dan setelah selesai akan dilakukan penyalaan pelita.
"Setelah pelita dinyalakan dan semua sudah tertata, kami bisa melakukan sembahyangan lagi layaknya hari-hari biasa," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini di Kelenteng Boen Tek Bio terdapat 18 altar, salah satunya berupa Altar Mbah Kuntjung sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur kejawen masyarakat Banyumas.
"Altar atau meja persembahyangan Mbah Kuntjung didirikan pada tahun 1993. Tapi satu tahun sebelumnya, kami mendapatkan amanah dari leluhur untuk mendirikan bangunan yang dikenal dengan sebutan bangunan pendopo ini," katanya.
Setelah bangunan pendopo tersebut berdiri, pihaknya pada tahun 1993 berkomunikasi dengan sosok Mbah Kuntjung yang merasuk pada tubuh salah seorang tamu dari Jakarta.
Dalam komunikasi tersebut, kata dia, Mbah Kuntjung berkenan untuk dibuatkan meja persembahyangan leluhur kejawen di Kelenteng Boen Tek Bio.
Ia mengatakan pada tahun 1997, Altar Mbah Kuntjung berkenan untuk ditambahkan dengan simbol-simbol kejawen seperti tiga buah keris dan beberapa pusaka lainnya.
"Mbah Kuntjung adalah leluhur, sedangkan pusaka-pusaka yang menjadi simbol kejawen di Altar Mbah Kuntjung itu merupakan benda-benda yang memiliki nama sendiri. Tapi kadang disamaratakan bahwa keris yang ada di altar itu bernama Mbah Kuntjung, itu salah," katanya.
Menurut dia, proses pembersihan tersebut merupakan kegiatan budaya di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, sehingga dalam 15 tahun terakhir pihaknya selalu dibantu oleh siswa-siswa dari berbagai sekolah di Banyumas maupun mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Purwokerto.
Terkait dengan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, dia mengatakan hal itu biasa disebut dengan tahun ular kayu yang mengandung makna bahwa masyarakat memiliki banyak harapan indah untuk satu tahun ke depan.
Menurut dia, hal itu terlihat dari sifat ular yang selalu terbebas dari masalah, ular merupakan hewan yang gigih, dan elemen dari tahun ular berupa kayu.
"Kita tahu sendiri bahwa kayu sifatnya adalah tumbuh. Jadi, kita mengharapkan ada geliat kehidupan yang lebih baik dan kehidupan ini akan tumbuh, terutama dalam perekonomian," kata Sobitananda.
Salah seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Fani Nur Dwi Saputro mengaku sering terlibat dalam berbagai kegiatan budaya di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas meskipun untuk prosesi penjamasan baru pertama kali diikuti.
Kendati berbeda keyakinan, dia mengatakan rasa kekeluargaan di lingkungan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas terasa sangat erat.
"Agama di Indonesia itu sangat banyak, ya, dan juga kita benar-benar harus paham akan esensi kita sebagai warga negara Indonesia," katanya.*
Baca juga: Semarak Imlek di Solo, ada lampion shio hingga dewa dewi