Semarang (ANTARA) - Perayaan dugderan, tradisi tahunan menjelang datangnya puasa Ramadhan di Kota Semarang, berlangsung tertib, lancar, dan meriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jumat (28/3/2025) sore.

Ribuan warga masyarakat menyaksikan budaya keagamaan itu di Ibu Kota Jawa Tengah itu, yang diselenggarakan tepat sehari sebelum dimulainya Ramadhan 1446 Hijriah. Dugderan yang digelar sejak tahun 1881 itu dilaksanakan sebagai pengingat bahwa Ramadhan segera tiba.

Pada prosesi dugderan 2025 di MAJT, Jumat, ikut menyaksikan pemukulan bedug, antara lain, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, yang memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum, Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, Ketua PP MAJT Semarang sekaligus Ketua Baznas Pusat, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng yang juga Ketua Baznas Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, pengurus MAJT, jajaran Forkopimda Jateng, serta ribuan warga yang turut meramaikan perayaan tersebut.

Rombongan Wali Kota Semarang tiba di MAJT Semarang sekitar pukul 16.30 WIB. Mereka berangkat dari Balai Kota Semarang, namun sebelum ke MAJT Semarang, mereka singgah terlebih dahulu di Masjid Besar Kauman Semarang.

Kedatangan Wali Kota Semarang sudah ditunggu oleh ribuan warga di halaman masjid. Rombongan disambut di pintu masjid oleh Sekda Jateng Sumarno, yang mewakili Gubernur Jateng, serta oleh Ketua PP MAJT Semarang, Prof. Dr. KH Noor Achmad, Ketua MUI Jateng, Dr. KH Ahmad Darodji, dan para pengurus MAJT.

Begitu tiba di masjid, rombongan Wali Kota Agustina langsung masuk ke ruang utama masjid. Pada kesempatan itu digelar acara penyerahan Suhuf Halaqah dari Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum (Wali Kota Semarang) kepada Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja (Sekda Jateng).

Selanjutnya, Suhuf Halaqah dibacakan oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja sebelum pemukulan Bedug Ijo Mangunsari.

Isi Suhuf Halaqah adalah memberikan kabar bahwa bulan suci Ramadhan segera tiba, serta mengajak umat Islam untuk mengisi Ramadhan dengan ibadah, memperbanyak amal, serta melakukan hal-hal bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa.


Alasan dugderan harus dilestarikan

Prof. Dr. KH Noor Achmad mengatakan bahwa dugderan adalah tradisi yang baik karena tujuannya adalah menyampaikan kabar datangnya bulan suci Ramadhan.

"Kami, dalam hal ini, MAJT Semarang, akan terus melestarikan tradisi ini agar tetap terjaga keberlangsungannya," katanya usai acara.

Menurut dia, ada tiga alasan utama mengapa dugderan layak dipertahankan. Pertama tradisi dugderan ini memperkuat kerukunan dan persatuan. 

"Dugderan menunjukkan bahwa kekuatan budaya mampu merukunkan berbagai perbedaan di Kota Semarang khususnya, serta Jawa Tengah secara umum. Artinya, tradisi ini dapat memperkuat elemen-elemen sosial dalam masyarakat," ujarnya.

Kedua, dugderan ini adalah menjadi tradisi khas dan unik bagi warga Semarang dalam menyambut Ramadan.

Ketiga, antusiasme masyarakat yang tinggi untuk datang dan menyaksikan langsung dugderan ini. Setiap tahun, jumlah warga yang hadir dan menyaksikan dugderan selalu tinggi.

"Ini membuktikan bahwa tradisi ini dinanti-nantikan oleh masyarakat.  Pengunjungnya begitu banyak. Itu terlihat sejak dari Balai Kota Semarang dan Masjid Besar Kauman hingga tiba di sini (MAJT)," tuturnya.

Sementara itu, Sekda Jateng Sumarno menambahkan bahwa dugderan bukan sekadar tradisi keagamaan, melainkan memiliki dampak ekonomi positif, terutama bagi pelaku UMKM.

Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti berharap dugderan dapat semakin mempererat persatuan warga Kota Semarang, terutama setelah melewati masa pesta demokrasi.

"Semoga momentum ini bisa menyatukan seluruh warga Kota Semarang agar bersama-sama membangun Semarang tanpa adanya sekat-sekat perbedaan," ujarnya. ***