Kini, rakyat Jawa Tengah tinggal menanti janji-janji politik sang pemenang dengan melakukan pemantauan sejauh mana Pasangan Gubernur dan Wagub Jateng terpilih Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko merealisasikannya.

Bahkan, sekitar 50 persen dari 27.385.985 yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput pun tampaknya perlu pula ikut memantau sejauh mana pasangan itu mewujudkan janji-janji politik dalam kurun waktu 2013--2018.

Sebagaimana diwartakan, pada Pilgub Jateng yang berlangsung pada hari Minggu (26/5), terdapat tiga pasangan, yakni Hadi Prabowo dan Don Murdono; Bibit Waluyo dan Sudijono Sastroatmodjo; Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko.

Pasangan Hadi Prabowo dan Don Murdono yang diusung koalisi enam partai politik, yakni PKS, PKB, Partai Gerindra, PPP, Partai Hanura, dan PKNU mendapat nomor urut 1.

Pasangan Bibit Waluyo dan Sudijono Sastroatmodjo yang diusung Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PAN mendapat nomor urut 2, sedangkan pasangan Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko yang diusung PDI Perjuangan mendapat nomor urut 3.

KPU Provinsi Jateng sebagai penyelenggara Pilgub Jateng telah mendistribusikan 28,5 juta surat suara.

Jumlah surat suara tersebut sesuai dengan daftar pemilih tetap yakni sebanyak 27.385.985 pemilih yang ditambah 2,5 persen surat suara cadangan.

Ketua KPU Jateng Fajar Subhi mengatakan bahwa pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng telah berjalan lancar.

"Secara umum pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar dan mudah-mudahan sampai tahap akhir tidak ada gangguan yang berarti," katanya.

Berdasarkan keputusan rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan suara Pilgub Jateng yang berlangsung di aula I kantor KPU Jateng, pasangan cagub Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko berhasil memenangi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng periode 2013--2018 dengan total perolehan suara 6.962.417 suara atau 48,82 persen.

Pasangan Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo menduduki urutan kedua dalam perolehan suara dengan 4.314.813 suara atau 30,26 persen, sedangkan pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono berada di posisi terakhir dengan 2.982.715 suara atau 20,92 persen.

Suara yang sah sebesar 14.259.945 suara, sedangkan suara tidak sah 1.001.323 sehingga total suara yang masuk pada pemungutan suara Pilgub Jateng mencapai 15.261.268 suara.

Pasangan Ganjar-Heru yang diusung PDI Perjuangan ini menang di 29 kabupaten/kota dan hanya kalah di enam kabupaten, yakni Demak, Kendal, Cilacap, Grobogan, Batang, dan Blora.

Di enam kabupaten tersebut, pasangan Bibit-Sudijono memperoleh suara terbanyak, sedangkan pasangan Hadi-Don kalah di seluruh kabupaten/kota di Jateng.

KPU Provinsi Jateng mengklaim bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,7 persen.

"Pada Pilgub 2008 tingkat partisipasi masyarakat sebesar 55,03 persen. Namun, dengan segala dinamika dan kondisi masyarakat tingkat partisipasi pada pilgub tahun ini naik 0,7 persen menjadi 55,73 persen," kata anggota KPU Jateng Andreas Pandiangan.

Tingkat partisipasi masyarakat tertinggi pada Pilgub Jateng 2013 terdapat di Kabupaten Temanggung dengan 82,89 persen, sedangkan Kabupaten Pati tercatat dengan tingkat partisipasi terendah, yakni hanya 44,52 persen.

Menurut dia, tingkat partisipasi masyarakat pada Pilgub Jateng 2013 cukup melegakan KPU Jateng karena sebelumnya dikhawatirkan akan mengalami penurunan dibandingkan pada pilgub sebelumnya.

"Pada Pilgub Jateng 2013, dari 27.385.985 daftar pemilih tetap (DPT) tercatat sebanyak 12.165.373 pemilih yang terdaftar atau 44,27 persen yang tidak menggunakan hak pilihnya," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa catatan ketidakhadiran pemilih tersebut diketahui berdasarkan informasi dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan dibagi menjadi tujuh kategori, yakni ketidakhadiran karena lain-lain, merantau, bekerja, sekolah, meninggal dunia, dan sakit.

"Ketidakhadiran kategori lain-lain sebesar 48,46 persen, merantau 32,64 persen, bekerja 15,81 persen, meninggal dunia 0,37 persen, dan sakit 0,23 persen," katanya.

Menurut dia, pada kategori lain-lain terdapat beberapa varian yang salah satunya adalah kategori golongan putih atau golput.

"Golput artinya terdaftar, mengetahui ada pemungutan suara, dan tahu calon gubernur tapi dengan sadar tidak menggunakan hak pilihnya pada pemungutan suara Pilgub Jateng 2013," ujarnya.

Terkait dengan masih tingginya jumlah golput tersebut, Andreas mengatakan bahwa KPU Jateng bersama KPU kabupaten/kota akan melakukan kajian mendalam bersama dengan penyelenggara Pilgub Jateng lainnya.

"Kajian yang akan dilakukan ini berkaitan dengan catatan ketidakhadiran pemilih pada saat pemungutan suara," katanya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang Fitriyah mengatakan bahwa tren partisipasi pemilih dalam pilgub cenderung menurun.

Menurut dia, fenomena tersebut terjadi karena masyarakat menganggap bahwa mereka tidak merasakan langsung dampak dari kebijakan gubernur uang terpilih.

"Jika rakyat tidak merasakan apa-apa, mereka tidak akan terpanggil untuk berpartisipasi dan hal itu berbeda dengan pemilu presiden yang dampak kebijakannya dapat dirasakan langsung," ujar mantan Ketua KPU Provinsi Jateng itu.

Ia menilai menurunnya angka partisipasi masyarakat dalam pilgub adalah buah dari pemilihan langsung selama ini yang tidak berkorelasi dengan kesejahteraan rakyat.

"Pada masa mendatang perlu upaya mengikutsertakan rakyat dalam proses demokrasi dengan melakukan pendidikan pemilih yang baik karena selama ini rakyat berpikir jika cagub yang membutuhkan mereka sehingga terjadi berbagai praktik politik uang dan politik transaksional," ujarnya.

Kondisi ini akan berbalik, kata dia, ketika pemilih menjadi cerdas dan memiliki kesempatan untuk menyeleksi siapa cagub yang benar-benar baik serta menghukum pemimpin yang buruk.

Terkait dengan tingginya angka golput pada Pilgub Jateng, Badan Pekerja Komite Penyelidikan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng Divisi Korupsi Politik Hadi Indrawan Ketaren mengatakan bahwa partai politik seharusnya tidak hanya berorientasi memenangkan calon yang diusungnya.

Ia berpendapat bahwa kesalahan pada paradigma ini telah melahirkan angka golput pada Pilgub Jateng 2013 melonjak hingga 50 persen, sedangkan pada pilgub tahun 2008 angka golput ada di kisaran 40 persen.

"Untuk menghindari golput terus merajai pesta demokrasi, parpol harus melakukan sosialisasi, merekonstruksi, dan memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat yang merupakan amanat Undang-Undang tentang Partai Politik," ujarnya.

Menurut dia, rakyat harus diberi pemahaman bahwa merekalah yang berperan dalam menentukan nasib dan perubahan Jawa Tengah.

"Pilgub bukan hanya kepentingan politik parpol dan elite parpol semata, tetapi bagaimana mampu menjaga kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi kita UUD 1945," katanya.

Penyelenggara pemilu, kata dia, dalam hal ini KPU dan Bawaslu Jateng harus mempersiapkan pilgub secara matang.

"Selain itu, semua pihak, baik pihak penyelenggara, parpol, calon gubernur, dan masyarakat juga harus belajar tentang pentingnya budaya hukum karena kesadaran hukum yang lemah membuat pelanggaran pilgub meningkat," ujarnya.

Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional DPRD Provinsi Jateng Wahyudin Noer Aly juga mengatakan bahwa separuh lebih dari 27.385.985 orang yang namanya masuk dalam daftar pemilih tetap, tidak menggunakan hak pilihnya.

"Angka golput tercatat paling tinggi, jauh mengalahkan suara yang didapatkan calon dengan suara tertinggi Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko," katanya.

Menurut dia, hal ini menunjukkan masyarakat sudah jenuh dengan pemilukada langsung karena dinilai tidak berpengaruh apa pun terhadap kehidupan masing-masing masyarakat.

"Oleh karena itu, gubernur baru yang terpilih harus mampu membuktikan semua janji-janji yang telah disampaikan pada masa kampanye," ujarnya.

Ia mengaku prihatin dengan perolehan suara ketiga pasangan cagub yang tidak sampai menyentuh angka 10 juta suara.

"Dengan demikian, golputlah yang keluar sebagai pemenang karena jumlah melebihi perolehan suara ketiga pasangan cagub," katanya.