Logo Header Antaranews Jateng

Pendidikan Simultan Bangun Karakter Anak

Sabtu, 1 November 2014 09:15 WIB
Image Print
Seorang anak membuang sampah ke tempatnya saat dilaksanakan acara Pendidikan Karakter Lingkungan dan pemecahan rekor Muri untuk kategori empat ribu anak Makan Jelly Terbanyak di Indonesia bersama Okky Jelly di Magelang, Jateng, Sabtu (15/12). Acara y

"Tiga-tiganya harus ditangani secara simultan," katanya di Magelang, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu terkait dengan kebijakan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan yang belum lama ini dilantik oleh Presiden Joko Widodo.

Dia menjelaskan tentang pentingnya para pemangku dunia pendidikan memperhatikan secara lebih serius tentang pembangunan karakter anak didik pada saat ini.

Karut-marut perilaku bangsa saat ini, katanya, sebagai hal yang memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan penekanan secara serius.

"Untuk mengatasi masalah-masalah moral, itu mulainya harus dari pendidikan, baik formal, informal, nonformal. Pendidikan formal itu berjenjang dari Taman Kanak-Kanak dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai perguruan tinggi, nonformal itu lembaga-lembaga kursus, lembaga swadaya masyarakat, informal tidak kalah pentingnya pendidikan keluarga," kata Sukarno.

Pada kesempatan itu, ia juga mengemukakan persoalan utama dunia pendidikan yang masih saja dihadapi, yakni menyangkut mutu, akses atau pemerataan, dan relevansi atau efisiensi.

"Itu pekerjaan rumah sejak dulu sampai sekarang yang masih cukup berat," kata Sukarno yang juga Koordinator Forum Komunikasi Dewan Pendidikan Wilayah eks-Keresidenan Kedu (Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kebumen, Purworejo, Temanggung, dan Wonosobo).

Sukarno yang juga guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar Kota Magelang tersebut, mengemukakan tentang mutu pendidikan yang masih rendah.

"Dari segi mutu, walaupun banyak secara individual, kompetitor-kompetitor kita, wakil-wakil kita di tingkat internasional membanggakan, tetapi indeks pembangunan manusia kita masih memprihatinkan. Itu laporan terakhir kita urutan 108 dari 117 negara yang diteliti," katanya

Selain itu, katanya, dari segi akses, masih cukup banyak anak-anak tidak sekolah.

"Masih banyak anak kita yang tidak sekolah, data kadang-kadang memang menggembirakan, tetapi kalau fakta perlu kita cermati lagi, termasuk juga pengangguran-pengangguran yang terdidik itu, bukti salah satu relevansi efisiensi pendidikan kita," katanya


Pewarta :
Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024