Logo Header Antaranews Jateng

Wajan Drum Bekas Produksi Krajan Solo Diminati Konsumen

Rabu, 17 Juni 2015 09:52 WIB
Image Print
Ilustrasi- Perajin wajan dari drum bekas
Kadri Kartomo (65) salah seorang pengrajin wajan di Kampung Krajan RT.05 RW.03 Mojosongo Solo, Rabu, mengatakan, alat penggorengan ukuran jumbo produksinya semuanya dikerjakan dengan cara tradisional, sehingga diperlukan ketelatenan agar hasilnya bagus, diminati pembeli.

Menurut Kadri Kartomo, usaha yang ditekuni sejak tahun 1970-an tersebut semula dirintas bersama-sama dengan lima pengrajin lainnya di kampung itu. Tetapi kini tinggal dirinya saja yang masih eksis memproduksi wajan jumbo.

"Saya membuat wajan dengan memanfaatkan bahan baku drum bekas, antara lain dibuat ukuran diameter 80 centimeter, 90 cm, dan 100 cm," kata perajin yang biasa disapa Mbah Kadri itu.

Bahkan, alat penggorengan atau wajan produksinya sudah dijual sampai ke Yogyakarta, Sragen, Wonogiri, Semarang, Kediri, Jakarta, dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

"Saya mampu tetap bertahan menjalani usaha ini, berkat keuletan, ketekunan, dan menjaga kualitas, sehingga produknya hingga sekarang masih banyak diminati konsumen," katanya.

Wajan jumbo hasil kerajinannya tersebut biasanya untuk menggoreng tahu, bolang baling, pisang molen, ayam goreng, dan lainnya dengan volume masakan besar.

Menurut Mbah Kadri, wajan buatanya dijual mulai harga Rp90 ribu per biji untuk ukuran diameter 80 Cm, Rp120 ribu per biji (90 Cm), dan Rp180 ribu per biji (100 Cm).

Menurut dia, dengan memanfaatkan bahan baku satu drum bekas dapat dibuat dua wajan untuk ukuran 80 Cm. Sedangkan untuk satu wajan ukuran 90 Cm dan 100 Cm, masing-masing diperlukan satu drum bekas.

"Soal bahan baku drum bekas tidak ada masalah karena stok banyak dan dikirim oleh pelanggan di Solo. Saya beli drum dengan harga Rp80 ribu per bijinya," katanya.

Mbah Kadri dengan dibantu dua tenaga kerja mampu memproduksi wajan rata-rata sebanyak 60 biji per bulan. Semua cara pengerjaannya dengan manual atau tradisional, mengutamakan kualitas barang sehingga kosumen tidak akan kecewa.

Menurut dia, permintaan alat untuk menggoreng tersebut biasanya meningkat menjelang puasa hingga Lebaran. Tahun-tahun sebelumnya, rata-rata mencapai 70 biji per bulan, sedangkan saat sepi rata-rata hanya terjual sekitar 30 biji hingga 40 biji per bulan.

Cara pembuat wajan tersebut, kata Mbah Kadri, sebuah drum dibongkar menjadi bentuk lembaran dan kemudian diukur sesuai diamenter alat penggorengan yang dibutuhkan. Seng bekas drum berbentuk bulat kemudian dipalu hingga membentuk wajan.

"Produknya dibuat sangat halus dan kuat karena sengnya ukuran tebal. Setelah terbentuk wajan baru diselep hingga warnanya putih, dan siap dijual," katanya.

Menurut Mbah Kadri, alat penggorengan produksinya banyak dijual di toko-toko alat rumah tangga di berbagai daerah di Jateng, dan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Pewarta :
Editor: Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024