Logo Header Antaranews Jateng

Janji Serang Balik, Presiden Donald Trump Geram karena Disepelekan Media

Senin, 23 Januari 2017 06:38 WIB
Image Print
Demonstrasi menentang Donalda Trump juga terus digelar di Amerika Serikat (Reuters)
Jakarta, ANTARA JATENG - Gedung Putih bersumpah akan menyerang balik media massa dengan melakukan apa saja setelah muncul laporan yang dianggap tidak adil menyangkut Presiden Donald Trump. Janji ini meningkatkan hubungan bermusuhan antara media dan Trump sampai pada tingkat balas dendam.

Sehari setelah presiden dari Partai Republik menggunakan lawatan pertamanya ke markas besar CIA Sabtu waktu AS untuk menuduh media massa mengecilkan jumlah pengunjung pelantikan Trump, Kepala Staf Gedung Putih Reince Priebus mengungkapkan kegeramannya atas laporan media itu dan menyebut laporan media mengenai jumlah pengunjung pelantikan Trump itu sebagai serangan kepada Trump.

"Intinya bukan berapa besar pengunjung. Intinya adalah itu serangan dan upaya mendelegitimasi presiden ini sejak hari pertama (berkuasa). Kami tidak akan berpangku tangan dan akan membalas," kata Priebus dalam "Fox News Sunday" seperti dikutip Reuters.

Priebus juga mengeluhkan laporan media massa bahwa patung kepala Martin Luther King Jr telah dipindahkan dari Ruang Oval. Laporan media massa Jumat malam itu kemudian dikoreksi oleh media itu namun Trump mengungkapkan nama si reporter dari media itu di markas CIA sehari kemudian. Tindakan sama ditempuh oleh Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer pada hari yang sama.

"Kami akan menyerang balik dengan melakukan apa saja setiap hari, dua kali setiap Minggu," kata Priebus.

Dia kemudian mengulangi tuduhan Spicer bahwa media telah memanipulasi foto-foto di National Mall (tempat Trump memberikan pidato pelantikan) untuk menunjukkan sedikitnya jumlah orang yang menghadiri pelantikan Trump Jumat lalu itu.

Faktanya dari foto udara terlihat jumlah pengunjung yang menghadiri pelantikan Trump memang lebih kecil ketimbang ketika Barack Obama, presiden kulit hitam pertama AS, dilantik pada 2009.

Ironisnya jumlah peserta pelantikan Trump jauh lebih kecil ketimbang gelombang unjuk rasa para wanita di Washington sehari kemudian. Sistem Subway Washington bahkan melaporkan bahwa sampai 11 pagi Sabtu waktu setempat, ada 275.000 penumpang sistem transportasi ini, untuk mengikuti unjuk rasa kaum perempuan penentang Trump itu.

Sistem Subway Washington juga menyebutkan sampai pukul 11 pagi Jumat saat Trump dilantik, ada 193.000 penumpang yang menggunakan sistem transportasi umum ini. Padahal sewaktu Obama dilantik pada 2009, ada 513.000 penumpang yang menggunakan subway untuk menghadiri pelantikan, demikian Reuters.


Pewarta :
Editor: Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024