Logo Header Antaranews Jateng

Dididk Nini Thowok: Kolaborasi Pendet-Jaran Kepang Kurang Pas

Selasa, 21 Maret 2017 16:06 WIB
Image Print
Kesenian jaran kepang/kuda lumping Temanggung pakem lama pentas dalam sarasehan pegiat jaran kepang Temanggungan di Pendopo Pengayoman Kabupaten Temanggung. (Foto: ANTARAJATENG.COM/Heru Suyitno)
Temanggung, ANTARA JATENG - Seniman tari Didik Nini Thowok menilai kolaborasi tarian pendet Bali yang dimasukkan dalam kesenian jaran kepang atau kuda lumping di Temanggung, Jawa Tengah, dinilai kurang pas.

"Akhir-akhir ini jaran kepang Temanggung kemasukan leak Bali dan tiba-tiba ada penari pendet. Menurut saya boleh saja tidak apa-apa, cuma kalau mau kolaborasi budaya yang berbeda harus mendalami terlebih dahulu," katanya di Temanggung, Selasa.

Ia mengatakan hal tersebut usai sarasehan pegiat jaran kepang temanggungan di Pendopo Pengayoman Kabupaten Temanggung.

Ia menuturkan pihaknya telah belajar tari Bali mulai 1974 sehingga sedikit banyak paham tari Bali.

"Kalau mau mengkolaborasikan harus belajar yang benar, bagaimana gerakan tari leak, bagaimana leak menari, bagaimana leak bergerak, gendingnya seperti apa sehingga kalau pendet mau masuk menurut saya kurang pas," katanya.

Ia mengatakan sebenarnya tidak masalah dikolaborasikan dengan apa saja boleh asal tahu "benang merahnya".

Menurut dia butuh sebuah revitalisasi sebagai bekal pemahaman bagi para pegiat seni jaran kepang di Kabupaten Temanggung.

"Menjadikan kesenian sebagai entertain sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan tidak meninggalkan tradisi serta ritual yang telah melekat sejak dulu," katanya.

Hal ini sangat penting, katanya karena tradisi dan ritual merupakan roh dari berbagai pertunjukan seni. Bahkan, tidak sedikit orang asing yang rela mempelajari kebudayaan serta kesenian Indonesia karena dianggap memiliki roh yang sangat kuat sebagai daya tarik utama.

"Roh dari seni itu ritual dan tradisi. Jadi tidak bisa sebuah kebudayaan hanya asal-asalan dimainkan. Nah, ini yang saya rasa tidak dimiliki oleh generasi muda zaman sekarang," katanya.

Ketua panitia sarasehan Yudha Sudarmaji mengatakan alasan digelar sarasehan ini karena dalam satu dekade terakhir semakin sulit menemukan pementasan yang mengusung seni kuda lumping asli Kabupaten Temanggung hasil kreasi para maestro dan sempat tersohor pada era tahun 1970an.

Ia berharap sarasehan ini dapat menggugah kembali seni jaran kepang temanggungan serta mendorong pemerintah untuk terus melakukan pembinaan agar masyarakat kembali peduli dengan kebudayaan lokal yang telah terkontaminasi oleh kebudayaan luar daerah.

"Jaran kepang asli Temanggung sudah semakin meninggalkan pakem-pakem lama karena tergeser oleh masuknya kreasi, khususnya kesenian asal Bali yang belum dikaji secara mendalam," katanya.


Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024