Kementan: produksi beras secara nasional surplus
Minggu, 7 Januari 2018 12:31 WIB
"Di tataran nasional, berkat upsus (upaya khusus) ini luas tambah tanam (pada bulan Desember 2017) meningkat menjadi 1,1 juta hektare. Hal itu berimplikasi kepada 6 juta gabah kering giling (yang diproduksi), artinya 3 juta ton beras, sedangkan kebutuhannya 2,6 juta ton sehingga produksinya surplus," katanya usai panen padi di Desa Gembong, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu.
Selain di tingkat nasional, kata dia, surplus beras juga dialami oleh Kabupaten Purbalingga berkat sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai sumber inovasi.
Bahkan, lanjut dia, di Kabupaten Purbalingga tiada hari tanpa panen dan tiada hari tanpa tanam.
Ia mengatakan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian mendukung terus kegiatan-kegiatan swasembada khususnya padi yang berkelanjutan.
Menurut dia, kegiatan-kegiatan menuju swasembada itu juga didukung dengan adanya asuransi, alat dan mesin pertanian, embung, serta pendampingan.
"Hari ini, kami sangat bahagia, sangat senang, ini membuktikan bahwa impor (beras) tidak perlu, impor `no`. Jadi, ini menandakan bahwa kita betul-betul swasembada, yang ingin impor itu segelintir orang yang ingin memperkaya kepentingan pribadi saja, tidak mempedulikan petani," katanya.
Sementara itu, Kepala BPTP Jawa Tengah Harwanto mengatakan pihaknya tetap komitmen untuk menyukseskan ketahanan pangan di Purbalingga.
"Salah satunya, kami mengintroduksi varietas-varietas baru yang mempunyai potensi lebih tinggi dibanding yang ada di sini. Oleh karena itu, dalam rangka menyukseskan ketahanan pangan menuju lumbung pangan dunia, kami terus berinovasi menerapkan teknologi di tingkat lapangan dengan harapan petani bisa mengambil manfaat dari inovasi itu," katanya.
Ia mengakui jika varietas padi yang dipanen di Desa Gembong tergolong agak lama, yakni Pak Tiwi.
Menurut dia, berdasarkan hasil penghitungan secara ubinan, produktivitasnya mencapai 6,8 ton per hektare.
Jika menggunakan varietas baru, kata dia, produktivitasnya diperkirakan bisa mencapai 8--9 ton per hektare.
Terkait itu, dia mengatakan pihaknya telah membuat beberapa percontohan lahan dengan varietas unggulan seperti Inpari 30, Inpari 33, dan Inpari 243 di sejumlah wilayah Purbalingga dengan harapan petani bisa memilih.
"Pada era seperti sekarang ini, panen, tanam, panen, tanam, itu rentan dengan serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Dengan adanya pergiliran varietas, kami ingin meminimalkan serangan OPT," katanya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024