Perayaan Kawalu di permukiman Badui meriah
Selasa, 3 April 2018 11:57 WIB
Lebak (Antaranews Jateng) - Perayaan Kawalu bulan ketiga di kawasan permukiman masyarakat Badui di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ramai dirayakan bersama anggota keluarga.
"Semua warga Badui berkumpul bersama anggota keluarga dan meninggalkan garapan pertanian ladang," kata Santa (45) warga Badui yang tinggal di Kampung Cipiit Desa Kanekes, Kabupaten Lebak saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Perayaan ritual Kawalu yang memasuki bulan ketiga penuh khidmat dengan harapan masyarakat Badui diberi kesejahteraan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini, musim panen padi huma relatif bagus dibandingan tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan produksi padi huma meningkat karena tidak terserang hama maupun penyakit tanaman.
Merayakan Kawalu bagi masyarakat Badui merupakan kewajiban sehingga areal pertanian ladang huma ditinggalkan untuk berkumpul bersama anggota keluarga.
"Kami senang bisa bertemu dengan saudara, kerabat dan tetangga untuk merayakan Kawalu," kata Santa sebagai Badui Penamping (Badui Luar).
Santa mengatakan, masyarakat Badui setiap perayaan Kawalu harus meninggalkan areal pertanian ladang yang tersebar di sekitar kawasan hutan di Kecamatan Leuwidamar, Sobang, Muncang, Cirinten, Bojongmanik, Cileles dan Gunungkencana.
Mereka bercocoktanam di areal perbukitan dan setiap musim panen harus membuka ladang di lahan baru.
Sedangkan, tanaman palawija maupun tanaman keras di lahan ladang lama dibiarkan karena tahun depannya akan dijadikan lahan bercocoktanam.
Untuk perayaan Kawalu, kata dia, warga Badui berjalan kaki antara 10 sampai 40 kilometer dengan memikul hasil pertanian ladang seperti padi huma, pisang dan tanaman palawija lainnya.
Meski orang Badui Luar diperbolehkan naik kendaraan, namun saat hendak merayakan Kawalu wajib berjalan kaki dengan membawa hasil bumi itu.
"Kami sendiri berjalan kaki dari ladang sampai rumah sepanjang 30 kilometer. Kami dilarang naik kendaraan jika akan merayakan Kawalu itu," katanya.
Begitu juga warga Badui lainnya, Ayah Pulung (65) yang mengatakan dirinya hari ini berkumpul bersama anak, isteri dan cucu untuk merayakan Kawalu bulan ketiga.
Sebab, ritual Kawalu satu dan dua sudah dijalani masyarakat Badui.
"Kami berdoa semoga ke depan hasil pertanian huma padi dan tanaman lainnya bisa menghasilkan pendapatan ekonomi," katanya.
Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Jaro Saija mengatakan untuk sementara kawasan Badui Luar dan Badui Dalam selama Kawalu tertutup dari wisatawan.
Masyarakat Badui saat ini sedang berkonsentrasi melakukan ritual Kawalu dengan anggota keluarga.(Editor : Fitri Supratiwi).
Baca juga: Warga Badui rayakan Kawalu tertutup bagi wisatawan
Jaro melanjutkan, selama melaksanakan ritual, masyarakat Badui akan mengenakan pakaian tradisionalnya. Masyakarat Badui Luar mengenakan pakaian hitam-hitam serta lomar (ikat kepala) berwarna biru dan hitam. Sementara masyarakat Badui Dalam mengenakan pakaian putih-putih dan lomar berwarna putih.
"Kami juga berdoa pada tahun politik 2018 dan 2019 berjalan lancar, aman, damai dan kondusif," katanya.
"Semua warga Badui berkumpul bersama anggota keluarga dan meninggalkan garapan pertanian ladang," kata Santa (45) warga Badui yang tinggal di Kampung Cipiit Desa Kanekes, Kabupaten Lebak saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Perayaan ritual Kawalu yang memasuki bulan ketiga penuh khidmat dengan harapan masyarakat Badui diberi kesejahteraan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini, musim panen padi huma relatif bagus dibandingan tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan produksi padi huma meningkat karena tidak terserang hama maupun penyakit tanaman.
Merayakan Kawalu bagi masyarakat Badui merupakan kewajiban sehingga areal pertanian ladang huma ditinggalkan untuk berkumpul bersama anggota keluarga.
"Kami senang bisa bertemu dengan saudara, kerabat dan tetangga untuk merayakan Kawalu," kata Santa sebagai Badui Penamping (Badui Luar).
Santa mengatakan, masyarakat Badui setiap perayaan Kawalu harus meninggalkan areal pertanian ladang yang tersebar di sekitar kawasan hutan di Kecamatan Leuwidamar, Sobang, Muncang, Cirinten, Bojongmanik, Cileles dan Gunungkencana.
Mereka bercocoktanam di areal perbukitan dan setiap musim panen harus membuka ladang di lahan baru.
Sedangkan, tanaman palawija maupun tanaman keras di lahan ladang lama dibiarkan karena tahun depannya akan dijadikan lahan bercocoktanam.
Untuk perayaan Kawalu, kata dia, warga Badui berjalan kaki antara 10 sampai 40 kilometer dengan memikul hasil pertanian ladang seperti padi huma, pisang dan tanaman palawija lainnya.
Meski orang Badui Luar diperbolehkan naik kendaraan, namun saat hendak merayakan Kawalu wajib berjalan kaki dengan membawa hasil bumi itu.
"Kami sendiri berjalan kaki dari ladang sampai rumah sepanjang 30 kilometer. Kami dilarang naik kendaraan jika akan merayakan Kawalu itu," katanya.
Begitu juga warga Badui lainnya, Ayah Pulung (65) yang mengatakan dirinya hari ini berkumpul bersama anak, isteri dan cucu untuk merayakan Kawalu bulan ketiga.
Sebab, ritual Kawalu satu dan dua sudah dijalani masyarakat Badui.
"Kami berdoa semoga ke depan hasil pertanian huma padi dan tanaman lainnya bisa menghasilkan pendapatan ekonomi," katanya.
Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Jaro Saija mengatakan untuk sementara kawasan Badui Luar dan Badui Dalam selama Kawalu tertutup dari wisatawan.
Masyarakat Badui saat ini sedang berkonsentrasi melakukan ritual Kawalu dengan anggota keluarga.(Editor : Fitri Supratiwi).
Baca juga: Warga Badui rayakan Kawalu tertutup bagi wisatawan
Jaro melanjutkan, selama melaksanakan ritual, masyarakat Badui akan mengenakan pakaian tradisionalnya. Masyakarat Badui Luar mengenakan pakaian hitam-hitam serta lomar (ikat kepala) berwarna biru dan hitam. Sementara masyarakat Badui Dalam mengenakan pakaian putih-putih dan lomar berwarna putih.
"Kami juga berdoa pada tahun politik 2018 dan 2019 berjalan lancar, aman, damai dan kondusif," katanya.
Pewarta : Mansyur
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024