"Jogja Color Walk" dan "Jogja Menari" digelar 23 Desember
Sabtu, 15 Desember 2018 12:57 WIB
"Kebhinekaan itu kekayaan yang sangat berharga bagi Indonesia. Kami mengajak masyarakat untuk merayakannya," kata Wakil Ketua Panitia Mardiah Suci Hardianti di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, "Jogja Color Walk" akan diikuti sekitar 10.000 peserta, mulai dari para alumni, masyarakat, dan berbagai komunitas. Kegiatan itu digelar untuk meneguhkan semangat kebhinekaan Indonesia pada saat bangsa ini menghadapi tahun politik.
"Selain itu, `event` `Jogja Color Walk` yang mengitari Jalan HOS Cokroaminoto, Stasiun Tugu hingga Alun-alun Utara Yogyakarta itu juga sebagai bagian dari kampanye agar masyarakat hidup sehat," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat dapat mendaftar untuk mengikuti "Jogja Color Walk" dengan biaya pendaftaran Rp25.000. Selain mendapatkan "goodybag" dan medali, peserta juga berhak memperebutkan undian satu unit mobil, tiga sepeda motor, sembilan ponsel, dan sembilan sepeda.
"Kegiatan itu terbuka untuk umum melibatkan berbagai komunitas, pelajar, mahasiswa, dan keluarga," kata Mardiah.
Koordinator Jogja Menari Reni Kusumowardani mengatakan untuk mengusung konsep budaya pada reuni tahun ini panitia juga menggelar "Jogja Menari" yang diikuti 3.600 penari dari berbagai sanggar seni tari di DIY.
Kegiatan tersebut,katanya, ditargetkan mampu memecahkan rekor MURI.
"Jogja Menari diharapkan tidak hanya menjadi momen sekali, tetapi akan dijadikan momen tahunan. Kami mengangkat tari jaranan sebuah tari kreasi baru yang mudah diterima semua kalangan," katanya.
Dalam kegiatan itu, panitia juga menggelar lokakakary pelatihan menari yang dipandu oleh para penata tari. Lokakarya tersebut digelar agar ajang itu dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Selain menjadi daya tarik wisata, kegiatan itu juga dilakukan untuk meningkatkan ikatan persaudaraan dan memupuk kecintaan terhadap warisan budaya lokal.
"Tari jaranan sebenarnya terinspirasi oleh tari angguk Kulon Progo, tetapi dikreasikan baru. Gerakan dan tutorial tari jaranan dapat dilihat di YouTube," kata Reni.
(Editor : Andi Juhari).
Pewarta : Bambang Sutopo Hadi
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2025