Spirit Gusjigang dalam Museum Jenang Kudus
Jumat, 21 Desember 2018 18:23 WIB
Ada nasi lentok, nasi tahu, satai kerbau, hingga soto kudus yang kelezatannya sulit dilupakan bagi penggemar kuliner.
Ada satu lagi makanan khas Kudus yang produknya sudah menembus pasar nasional, bahkan internasional.
Makanan, tepatnya kudapan itu adalah jenang. Bahkan, jenang nyaris identik dengan Kudus bila menghubungkannya dengan cita rasa dan kelezatan kudapan yang terbuat dari ketan dan gula itu.
Bicara jenang Kudus tentunya tidak akan melupakan peran salah satu perusahaan jenang yang ikut mempromosikannya ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri.
Perusahaan tersebut, yakni Mubarokfood Citra Delicia yang memiliki produk jenang Kudus dengan merek dagang jenang mubarok yang merupakan perusahaan yang saat ini pengelolaannya memasuki generasi ketiga.
Dalam rangka memanjakan konsumen yang berbelanja ke gerai Mubarok Food, sekaligus menunjukkan sejarah awal berdirinya Mubarokfood serta sejarah Kabupaten Kudus, pemilik perusahaan tersebut mencoba membangun museum yang megah yang berada satu kompleks dengan gerai Mubarokfood di Jalan Sunan Muria Kudus.
Adanya apresiasi positif dari masyarakat, termasuk para wisatawan yang berkunjung ke Kudus atas keberadaan Museum Jenang yang bisa dibilang miniaturnya sejumlah objek wisata di Kudus, Mubarookfood kembali merogoh kocek yang dalam untuk memperluas keberadaan Museum Jenang dengan menambah konten bangunan Gusjigang X-Building yang ada di dalamnya.
Gusjigang merupakan akronim dari bagus akhlaknya (spiritual), pintar mengaji (intelektual), dan pandai berdagang (enterpreneurship).
Spirit Gusjigang merupakan peninggalan dari Sunan Kudus atau Syekh Ja'far Shodiq.
Tidak heran jika Kota Kudus dikenal juga sebagai Kota Santri, sebab terdapat banyak pondok pesantren yang tersebar di Kota Kudus dan dua makam wali, yakni Sunan Muria atau Raden Umar Sa'id dan Sunan Kudus.
"Spririt Gusjigang sendiri merupakan ajaran Sunan Kudus yang mengajarkan pengikutnya untuk melakukan keseimbangan dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat," kata juru bicara Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Deny Nur Hakim di Kudus, Jumat.
Ia memperkirakan akronim Gusjigang mulai dikenal masyarakat sekitar tahun 1980-an.
Gusjigang sendiri, kata dia, awalnya disematkan untuk masyarakat Kudus kulon (Barat) yang memiliki akhlak yang bagus, pintar mengaji dan pandai berdagang.
Keberadaan Gusjigang X-Building di Museum Jenang Kudus, kata dia, disambut positif karena pemiliknya dimungkinkan ingin membumikan spirit Gusjigang kepada masyarakat luas, terutama masyarakat Kudus.
Masyarakat di Kabupaten Kudus sendiri, lanjut dia, dimungkinkan banyak yang tidak memahami spirit Gusjigang tersebut, meskipun perilaku mereka sudah menerapkan spirit Gusjigang.
Salah satu tokoh ulama terkenal di Kabupaten Kudus, lanjut dia, juga mencari nafkah dengan cara berdagang, meskipun sudah mendapat julukan ulama karena kemampuan di bidang ilmu agamanya.
Dengan adanya Gusjigang X-Building, dia berharap, kekhawatiran bahawa perkembangan zaman dan globalisiasi berpotensi mengikis spirit dan karakter Gusjigang bisa terbantahkan.
Terlebih lagi, masyarakat mendapatkan pemahaman tentang spirit Gusjigang lewat visualisasi sehingga mudah dipahami dan dimengerti.
Strategi
Keberanian Mubarokfood Citra Delicia sebagai produsen jenang Kudus merek 33 tidak terlepas dari cita-cita besarnya membumikan ajaran dari Sunan Kudus tentang spirit Gusjigang.
"Makna spirit Gusjigang sendiri, merupakan spirit keagamaan yang mengandung unsur kebaikan sehingga kegiatan dalam berbisnis tetap dilandasi norma-norma keagamaan," kata Manajer Marketing Mubarokfood Citra Delicia Muhammad Kirom.
Setidaknya, kata dia, pada saatnya kegiatan berbisnis yang tampaknya merupakan persoalan duniawi mampu dikonversi menjadi amalan kebaikan karena spirit etik yang melatarbelakanginya.
Konsep dari Gusjigang X-Building tersebut, untuk memperkenalkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Kota Kudus kepada masyarakat luas.
Para pengunjung juga serasa berada pada sejarah masa lalu dan sejenak menikmati peran menjadi orang Kudus.
Koleksi yang ada di Gusjigang X-Building sendiri, mewakili dari filosofi Gusjigang, seperti menampilkan literasi yang ada, filosofi yang terkandung dalam Gusjigang, puisi tokoh di Kudus, serta sejumlah tokoh cendekianwan di Kudus.
Tersedia pula spot yang menerangkan bahwa menuntut ilmu itu sesuatu yang wajib bagi kaum muslim.
"Kami juga menyediakan tempat swafoto dengan pakaian adat Kudus serta ada sisi gambaran filosofis Gusjigang dari generasi ke generasi," ujarnya.
Adanya realisasi Gusjigang dan karakter masyarakat Kudus dari berbagai goresan relief dan beberapa spot foto tiga dimensi yang menerangkan usaha-usaha di kudus.
Di antaranya, pembuatan jenang tempo dulu, batik khas Kudus dan industri rokok dengan alat yang masih manual, seni ukir khas Kudus yang dikembangkan Kiai Telingsing serta ada kesenian terbang papat.
Tanggapan pengunjung, katanya, cukup bagus karena ketika dalam proses pengerjaannya saja sudah menimbulkan rasa penasaran para pengunjung.
"Awalnya hanya menampilkan hasil karya kaligrafi seniman Kudus yang diakui secara nasional dan internasional," ujarnya.
Hasil karya seniman kaligrafi diberi ruang untuk mengaplikasikan seni Islam kepada para pengunjung, sehingga di ruangan tersebut disediakan spot untuk sejumlah hasil karya sehingga semakin menarik karena penuh dengan nuansa unik dan "instagramable".
Selain ingin membumikan spirit Gusjigang, keberadaan Gusjigang X-Building tersebut juga dalam rangka meningkatkan minat masyarakat untuk melakukan transaksi secara langsung dengan datang ke toko sambil menikmati sejumlah koleksi di Museum Jenang, bukannya melakukan transaksi secara daring.
Keberanian Mubarokfood Citra Delicia membangun museum yang dimungkinkan membutuhkan biaya miliaran rupiah itu, patut diapresiasi di tengah persaingan usaha yang semakin ketat.
Hasilnya memang tidak mengecewakan karena sejumlah pengunjung dari luar daerah, ketika ditemui memberikan apresiasi yang baik karena jarang ditemukan di tempat lain karena bisa berbelanja sambil berwisata secara gratis.
Pelajar dari berbagai daerah juga mulai tertarik menjadikannya sebagai objek wisata alternatif karena cukup satu lokasi bisa menikmati sejumlah objek wisata di Kudus meskipun dalam bentuk miniatur, seperti miniatur Menara Kudus, rumah adat Kudus, serta yang terbaru Gusjigang X-Building yang syarat misi keagamaan selain untuk meningkatkan omzet penjualan jenang maupun produk lain yang ditawarkan di kawasan museum.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024