Satgas: Orang-orang terdekat berpotensi jadi penular COVID-19
Minggu, 27 September 2020 17:56 WIB
"Bukan orang yang jauh dari kita. Yang menulari kita adalah orang yang terdekat, siapa orang terdekat, yakni keluarga, saudara, sanak, famili, atau teman sekerja. Itulah yang berpotensi," katanya dalam siaran pers satuan tugas yang diterima di Jakarta, Minggu.
"Jadi sebenarnya kita yang terdekat satu sama lain itu adalah saling mengancam kalau tidak hati-hati," Doni menambahkan.
Dalam Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 bersama Pemerintah Provinsi Aceh di Aceh, Sabtu (26/9), Doni mengingatkan seluruh lapisan masyarakat bahwa perantara utama penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 adalah manusia.
"COVID-19 ini yang menyebarkan bukan seperti flu burung atau flu babi. Flu babi dan flu burung ditularkan oleh hewan, COVID-19 ini ditularkan oleh manusia," katanya.
Menurut data Satgas Penanganan COVID-19, tujuh persen penderita COVID-19 yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Jakarta adalah mereka yang tidak beraktivitas di luar rumah, menunjukkan bahwa mereka tertular dari orang-orang terdekat mereka.
Doni mengemukakan ancaman penularan virus dari orang-orang yang terserang COVID-19 namun tidak mengalami gejala sakit.
"OTG (orang tanpa gejala) ini adalah silent killer, ini adalah pembunuh potensial. Kalau mereka masih berada di luar, mereka sendiri tidak sadar, dia pergi kemana-mana, kemudian ketemu dengan keluarganya, saudaranya, orang yang dicintainya dan secara tidak langsung menulari. Ini yang berbahaya," tutur Doni.
Dia juga menyatakan bahwa vaksin hanya meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus dan tidak bisa serta merta menghentikan wabah COVID-19.
"Yang divaksin ini bisa tahan, sementara yang tidak divaksin tetap saja nanti bisa menjadi terpapar COVID-19," ujarnya.
Ia menjelaskan pula bahwa pada tahap awal pemberian vaksin rencananya diutamakan bagi kelompok rentan seperti warga lanjut usia dan tenaga kesehatan.
"Yang disuntik atau yang divaksinasi itu orang-orang yang berisiko dulu. Tenaga kesehatan, perawat, dokter dan juga mereka yang berisiko tinggi karena memiliki komorbid," kata Doni.
Baca juga:
Kasus COVID-19 di Indonesia capai 275.213
Presiden berbincang dengan dokter paru-paru soal penanganan COVID-19
Pewarta : Martha Herlinawati S
Editor:
Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024