Perlunya bermain sambil belajar
Sabtu, 23 Juli 2022 08:05 WIB
Ke-10 hak anak tersebut antara lain: hak untuk bermain; hak untuk mendapatkan nama; hak mendapatkan pendidikan; hak memperoleh perlindungan; hak rekreasi; hak akan makanan; hak memiliki kewarganegaraan; hak akan kesehatan; hak berperan dalam pembangunan; dan hak mendapatkan kesetaraan.
Pemenuhan hak
Jika bermain merupakan hak dasar anak, lalu bagaimana ketika anak sudah memasuki jenjang sekolah, apakah hak dasar itu harus dikebiri karena kegiatan belajar mereka?
Bermain merupakan ekspresi kebahagiaan paling mendasar dari seorang anak. Hal ini karena bermain adalah dunianya anak.
Bagi seorang guru yang memahami hak dasar tersebut, sudah selayaknya juga mengantarkan pembelajarannya lewat beragam permainan yang menggembirakan.
Bagi anak, bermain adalah cara mereka belajar akan suatu hal, termasuk di dalamnya keterampilan dan pengalaman mereka akan lebih tajam terasah.
Baca juga: Tumbuhkan semangat belajar lewat Dongeng Tulis
Muhchamad Haris Tarmidi, Guru Kelas IV SDN 1 Puguh di Kabupaten Kendal menyadari hal tersebut. Permainan-permainan seru nan mengasah keterampilan, namun tanpa meninggalkan esensi pembelajaran kerap dilakukan di dalam pembelajaran.
Seperti pembuktian tentang tekanan udara, para siswa melakukannya dengan balap balon. Balon yang sudah ditiup dipegang ujung dengan tangan mereka.
Sebagai lintasan, benang dimasukkan ke sedotan. Lalu, balon yang sudah ditiup tersebut ditempel dengan memakai selotip. Guna menambah iklim kompetisi, maka lintasan dibuat menjadi lebih dari dua, semuanya bermuara pada satu titik.
Dengan permainan tersebut, para siswa membuktikan bahwa udara memiliki tekanan dan mampu menekan ke segala arah
Baca juga: CEO Global Tanoto Foundation kunjungi mitra Jawa Tengah
Permainan dalam Matematika
Kegiatan bermain juga dilakukan pada materi mengenai nilai tempat di mata pelajaran Matematika. Modal permainan ini juga tidak kalah murahnya dibandingkan dengan balap balon.
Sudah sewajarnya para siswa kelas empat harus menguasai dan memahami nilai tempat, karenanya guru perlu menyikapi materi tersebut agar mampu disampaikan dengan baik dan menarik.
Agar pemahaman siswa semakin meningkat maka guru bisa memberikan permainan nilai tempat. Alat yang dibutuhkan: gelang karet, benang, dan gelas plastik atau kertas.
Cara memainkannya, gelang karet diberi tali benang di empat sudut. Lalu gelas kertas diberi angka antara 0 sampai dengan 9.
Siswa terlebih dahulu diberi suatu bilangan. Berpedoman dari angka pada bilangan tersebut, siswa memainkan gelas berangka dengan gelas lainnya yang telah ditata dengan di bawahnya di tulisan nilai tempat antara satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya.
Permainan tersebut akan semakin menarik jika dimainkan dalam kelompok, karena akan menanamkan kerja sama sekaligus persaingan sehat antarkelompok.
Bermain adalah kodrat dasar seorang anak, karenanya pembelajaran materi apapun wajib diterjemahkan dengan permainan bagi para siswa. Hal tersebut selain agar tidak melanggar hak dasar anak bermain, juga mampu membuat implikasi pembelajaran yang lebih mudah ditangkap dan dipahami siswa.
Bertepatan dengan tanggal 23 Juli yang merupakan Hari Anak Nasional, menjadi moment penting untuk terus mengingatkan sekaligus sebagai wujud perlindungan dan penghormatan akan pemenuhan hak anak sebagai calon pemimpin masa depan.
*Penulis: Muhchamad Haris Tarmidi
Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation/ Guru SDN 1 Puguh, Kendal
Baca juga: SD Bulustalan terapkan Program Bu Ria
Pewarta : Muhchamad Haris Tarmidi*/Nur Istibsaroh
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024