Digitalisasi penyaluran BBM bersubsidi jadi berkah nelayan
Senin, 24 Oktober 2022 22:09 WIB
Tidak hanya perahu dan peralatan tangkap yang mereka siapkan. Jeriken berisi bahan bakar minyak (BBM) turut dibawa sebagai persiapan ketika mesin perahunya kehabisan BBM di tengah laut.
Suasana tersebut juga terlihat di sejumlah dermaga maupun tempat-tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan yang ada di Cilacap. Mereka tampak bersemangat untuk berangkat melaut dengan harapan memperoleh hasil tangkapan ikan secara maksimal.
Terlepas dari semua itu, ketersediaan BBM dan kemudahan untuk mendapatkannya sangat berpengaruh terhadap aktivitas nelayan.
Jika beberapa waktu lalu di sejumlah daerah terjadi unjuk rasa yang digelar nelayan untuk menolak penyesuaian harga BBM, hal itu justru tidak terjadi di Cilacap dalam menanggapi isu tersebut.
Semua itu dapat terjadi di Cilacap karena nelayan setempat lebih mengharapkan kemudahan dalam memperoleh BBM, ketimbang memikirkan kenaikan harganya.
Kalau masalah harga BBM mereka mengikuti pemerintah, karena yang terpenting nelayan mudah mendapatkan BBM.
Harapan nelayan untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh BBM pun terjawab dengan adanya digitalisasi penyaluran BBM bersubsidi yang dilakukan oleh Pertamina melalui Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Cilacap.
Bahkan, KUD Mino Saroyo menjadi proyek percontohan program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan yang diresmikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir bersama Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki pada 17 September 2022.
Tidak hanya itu, KemenkopUKM juga membantu KUD Mino Saroyo dalam pembenahan digitalisasinya, sehingga para nelayan sudah terdata, termasuk kebutuhan Solar maupun Pertalite, untuk masing-masing, melalui aplikasi MyPertamina.
Dengan adanya digitalisasi melalui aplikasi MyPertamina tersebut, nelayan di Cilacap mendapatkan kepastian dan kemudahan dalam memperoleh BBM bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum nelayan (SPBUN) yang dikelola KUD Mino Saroyo.
Sebagai satu-satunya penyalur BBM untuk memenuhi kebutuhan nelayan di Cilacap, KUD Mino Saroyo saat ini memiliki lima unit Solar Pack Dealer Nelayan (SPDN) atau SPBUN, tiga unit di antaranya untuk BBM jenis Solar dan dua unit untuk Pertalite.
Selain itu, KUD Mino Saroyo juga memiliki satu unit Fixed Bunker Agent (FBA) untuk memenuhi kebutuhan BBM industri bagi kapal-kapal berukuran di atas 30 gross tonage (GT).
Kapal-kapal berukuran di atas 30 GT tidak memakai BBM bersubsidi, melainkan BBM industri.
Intiny, diakui banyak pihak bahwa digitalisasi dalam penyaluran BBM bersubsidi yang dilakukan Pertamina melalui aplikasi MyPertamina sangat membantu nelayan.
Hal itu disebabkan nelayan mendapatkan kepastian dan kemudahan ketika membeli BBM bersubsidi, baik di SPBUN maupun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Hingga saat ini, sudah lebih dari 1.000 nelayan di Kabupaten Cilacap yang terdaftar dalam aplikasi MyPertamina.
Kendati demikian, tidak semua nelayan bisa membeli BBM bersubsidi di SPBUN yang dikelola KUD Mino Saroyo, mengingat garis pantai Kabupaten Cilacap paling panjang di Jawa Tengah, yakni secara keseluruhan mencapai 201,9 kilometer.
Dari panjang garis pantai tersebut, 105 kilometer di antaranya berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, sedangkan sisanya sepanjang 96,9 kilometer berhadapan dengan kawasan Laguna Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan.
Dengan demikian, nelayan-nelayan yang berada di wilayah barat Kota Cilacap, seperti Kecamatan Patimuan maupun di wilayah timur, seperti Kecamatan Nusawungu kecil, tidak memungkinkan untuk membeli BBM bersubsidi di SPBUN KUD Mino Saroyo. Jaraknya cukup jauh dari kota, sehingga jika nelayan membeli BBM di SPBUN KUD Mino Saroyo, BBM-nya akan habis di perjalanan..
Akan tetapi dengan berbekal aplikasi MyPertamina, nelayan-nelayan tersebut bisa membeli BBM bersubsidi di SPBU terdekat.
Khusus bagi nelayan di Pantai Jetis, Kecamatan Nusawungu, selain bisa membeli BBM bersubsidi di SPBU terdekat, juga dapat membelinya di SPBUN yang dikelola Pusat KUD Mina Baruna Provinsi Jawa Tengah di Pantai Ayah, Kabupaten Kebumen, yang jaraknya cukup dekat dengan daerah mereka.
Kebutuhan BBM bersubsidi untuk seluruh nelayan di Pantai Jetis nantinya akan diarahkan ke SPBUN yang dikelola Puskud Mina Baruna demi efisiensi waktu karena jika membeli di SPBU terdekat harus menunggu sepi supaya tidak mengganggu antrean kendaraan bermotor.
Awalnya ribet
Penggunaan aplikasi MyPertamina memberikan kesan tersendiri bagi sebagian besar nelayan, terutama mereka yang masih awam terhadap perkembangan teknologi.
Jika biasanya mereka cukup menunjukkan surat rekomendasi dan langsung membayar ketika jeriken atau tangkinya sudah terisi BBM, sekarang harus menunggu proses verifikasi QR Code aplikasi MyPertamina sebelum melakukan transaksi.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, hal itu tidak lagi menjadi kendala bagi nelayan ketika hendak membeli BBM bersubsidi di SPBUN maupun SPBU.
"Awalnya sih ribet, tapi sekarang enggak lagi, semua terlayani, tidak kesulitan mendapatkan BBM," ujar Tarmuji, salah seorang nelayan yang ditemui di Pantai Teluk Penyu.
Dengan demikian, nelayan mendapat kepastian dalam memenuhi kebutuhan BBM bersubsidinya, meskipun pada awal penggunaan aplikasi MyPertamina butuh proses pembelajaran.
Bahkan ketika stok BBM di SPBUN habis karena menunggu pengiriman pasokan, nelayan yang hendak berangkat melaut bisa membelinya di SPBU terdekat dengan menunjukkan aplikasi MyPertamina, sehingga lebih mudah dari sebelumnya yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Selain itu, penggunaan aplikasi MyPertamina juga menjadikan penyaluran BBM bersubsidi lebih tepat sasaran dan nelayan kecil pun bisa merasakan manfaat subsidi yang diberikan pemerintah.
Kini, nelayan pun menjadi lebih bersemangat dengan adanya kepastian dan kemudahan dalam mendapatkan BBM, sehingga digitalisasi penyaluran BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina menjadi berkah bagi mereka dalam berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024