Pojok Baca menjadi tempat belajar yang mengasyikkan
Senin, 27 Maret 2023 16:45 WIB
Pojok Baca ini diharapkan dapat menjadi tempat belajar yang mengasyikkan, bermanfaat, serta menjadi langkah baikPurwokerto (ANTARA) - Untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak Indonesia akibat kurangnya kebiasaan membaca, belum lama ini mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Purwokerto melalui Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK ORMAWA) telah meresmikan program Pojok Baca di Balai TPI Sentolo Kawat Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan.
Program tersebut sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program Pojok Baca ini telah dilaksanakan tim sejak Juni hingga November. Adapun peresmian tersebut sebagai upaya dalam penguatan literasi, khususnya masyarakat nelayan Sentolo Kawat, serta tempat belajar bagi anak-anak.
Pojok Baca terdapat di 5 lokasi, yaitu di RW 01, RW 06, RW 12, RW 14 dan RW 15. Dengan masing-masing terdapat pengurusnya dan ditunjang buku, perlengkapan kelas belajar serta gazebo di 3 lokasi, yaitu di RW 01, RW 06 dan RW 12, diharapkan menjadikan tempat belajar yang bermanfaat.
Pojok Baca ini diharapkan dapat menjadi tempat belajar yang mengasyikkan, bermanfaat, serta menjadi langkah baik. Program Pojok Baca ini pun sangat berkesan dan bagus, sehingga ke depannya diharapkan dapat terus berlanjut untuk jadi lebih baik.
Bahkan, rangkaian kegiatan program ini pun sudah berjalan dengan baik. Adanya kegiatan ini mampu menjadi langkah awal bagi mahasiswa dalam bermasyarakat. Kegiatan ini juga dikonversi dalam beberapa mata kuliah dan KKN.
Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cilacap Bachtiar Achmad SE MKes mendukung penuh atas kegiatan tersebut lantaran selaras dengan program dari Dinas Arpus, yakni meningkatkan minat baca masyarakat. Semoga Pojok Baca semakin maju dan terus dapat mendukung lingkup sosial karena mampu membawa dampak baik bagi masyarakat.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) sebelumnya juga telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode 23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program ini merupakan terobosan yang bertujuan meningkatkan kompetensi literasi peserta didik.
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menegaskan dengan hadirnya buku-buku bacaan ini, harapannya para guru dan kepala sekolah juga termotivasi membuat Pojok Baca di setiap kelas dengan melibatkan orang tua siswa.
Bukan hanya anak-anak saja yang tertarik dan senang membaca di Pojok Baca yang dibuat, tetapi orang tua juga tertarik bahkan ingin meminjam buku untuk dibacakan kepada anaknya saat menjelang tidur.
Program ini tidak akan sukses jika guru-gurunya tidak termotivasi untuk membacakan buku kepada siswanya dan mendorong anak-anak untuk membaca buku.
Dengan bantuan buku ini, para peserta didik menjadi lebih termotivasi membaca karena buku yang hadir menyenangkan, baik dari sampulnya, judulnya, gambarnya, maupun ceritanya.
Anak sangat tertarik dan senang karena dibanding dengan buku yang sudah ada di perpustakaan, buku ini lebih menarik dan lebih bergambar. Manfaatnya sangat luar biasa, di samping menumbuhkan minat baca anak, juga merangsang anak untuk giat membaca dan belajar.
Selain itu, dampak hadirnya Buku Bacaan Bermutu yang sangat luar biasa. Anak-anak sekarang tingkat minat bacanya lebih tinggi karena hibah dari Kemendikbudristek ini memang sesuai dengan kebutuhan anak-anak.
Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia
Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.
Terobosan ini diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini. Penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik.
Kemendikbudristek juga menghadirkan terobosan untuk sejumlah hal, mulai dari jumlah eksemplar, jumlah judul buku, jenis buku yang dikirimkan, pendekatan yang dilakukan dalam mendistribusikan buku, sampai pemilihan sekolah yang menjadi penerima pengiriman buku.
Tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.
Belum cukup sampai disitu, terobosan dalam program pengiriman buku ini dirancang berdasarkan situasi di lapangan yang harus segera ditangani. Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Hasil tersebut konsisten dengan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Selain itu, fakta lain yang ditunjukkan dari hasil AN adalah terdapat kesenjangan pada kompetensi literasi. Diungkapkan Mendikbudristek, masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah.
Peningkatan kompetensi literasi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengirimkan buku ke sekolah tanpa pendampingan. Untuk itu, pada program kali ini Kemendikbudristek memfasilitasi sekolah dengan pelatihan dan pendampingan agar buku yang dikirimkan dapat dimanfaatkan secara tepat. Pendekatan ini, dikatakan Mendikbudristek sudah terbukti mampu meningkatkan kompetensi literasi peserta didik.
Menurut penelitian yang dilakukan dengan responden siswa kelas 1 sampai dengan 3 SD, pelatihan yang menyertai pengiriman buku bacaan meningkatkan nilai literasi siswa sebanyak 8 persen pada kemampuan membaca dan 9 persen pada kemampuan mendengar. Lebih dari itu, salah satu fokus utama dalam meningkatkan literasi adalah pemilahan buku yang tepat.
*) Dr. Yudha Febrianta, M.Or., AIFO. adalah Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Baca juga: Rektor resmikan operasional Pertashop keempat milik UMP
Baca juga: UMP-SMI berkolaborasi gelar sosialisasi PHBS dan pencegahan stunting di Belitung
Baca juga: Mapala Satria UMP raih juara 2 Rafting Water Rescue Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2024