Logo Header Antaranews Jateng

Memanfaatkan biji salak untuk literasi numerasi

Rabu, 16 Agustus 2023 12:40 WIB
Image Print
Sejumlah siswa SD menggunakan biji salak sebagai media dalam model pembelajaran dan literasi numerasi. Dok. Pribadi
Semarang (ANTARA) -               Oleh Robingah, S.Pd*)

Memasuki tahun ajaran baru 2023/2024, SDN Sukomangli kembali berbenah. Setelah melakukan refleksi akhir tahun, program peningkatan kemampuan literasi numerasi menjadi salah satu prioritas yang tak kalah penting dari program-program lainnya.

Berdasarkan hasil analisis dan eksplore rapot pendidikan, ternyata aspek literasi numerasi memang pantas untuk mendapatkan perhatian yang lebih serius. Oleh karena itu, melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) anak-anak dibiasakan untuk melakukan aktivitas literasi bersama dengan memanfaatkan benda atau objek yang ada di lingkungan sekitarnya.

Biji salak menjadi alternatif yang dapat digunakan sebagai media atau alat peraga hitung dasar matematika terutama yang terkait dengan operasi hitung bilangan cacah, angka Romawi atau bentuk-bentuk bangun datar. Selain aman dan nyaman digunakan, biji-biji yang berwarna coklat itu juga mudah didapatkan. Tak ada rotan, akar pun jadi.

Awalnya, dengan melihat kondisi lingkungan geografis yang dekat perkebunan karet, biji-biji karet menjadi pilihan untuk dimanfaatkan sebagai alat peraga matematika. Namun, setelah melakukan perencanaan pembelajaran bersama orang tua murid, ternyata biji salak disepakati juga untuk dijadikan sebagai variasi media pembelajaran dan permainan berbasis numerasi.

Lalu, bagaimana penggunaannya?

Setiap anak diimbau untuk membawa paling sedikit sepuluh biji salak pada hari literasi yang telah ditetapkan oleh sekolah. Usai apel pagi, anak-anak duduk di teras depan kelas sesuai kelompok fase masing-masing. Kemudian, tim GLS memfasilitasi kegiatan yang dipandu oleh kepala sekolah.

Tiap-tiap fase melakukan permainan numerasi berdasar tingkat kemampuan yang dimiliki. Misalnya, Fase A menggunakan biji salak untuk permainan penjumlahan atau pengurangan. Fase B permainan perkalian atau pembagian, dan fase C permainan terkait operasi hitung campuran bilangan cacah.

Tekniknya, tim GLS memberikan sebuah narasi sederhana. Kemudian, setahap demi setahap anak-anak memeragakannya secara langsung dengan biji-biji salak berdasarkan informasi yang didengar atau dibacanya. Mereka melakukannya secara berkelompok agar dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain dengan temannya.

Narasi atau cerita dapat diberikan melalui pesan berantai, informasi lisan atau tertulis. Selanjutnya, anak-anak mendiskusikannya bersama kelompok kecil yang telah dibentuk. Akhir dari cerita atau narasi yang diterima oleh anak dapat berupa pertanyaan atau perintah.

Setelah selesai melakukan peragaan dalam permainan, secara bergantian tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelompok lain. Presentasi dapat berupa aktivitas menunjukkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain yang tidak sedang presentasi menjadi pendengar dan pengamat. Bahkan bisa juga sambil memberi tanggapan terhadap hasil yang disampaikan atau disajikan oleh teman.

Pada kesempatan lain, anak-anak juga dapat diberi kesempatan untuk mendeskripsikan hasil permainannya dengan bahasa sendiri. Tidak lupa pula, fasilitator menyelipkan yel-yel penyemangat atau lagu yang sesuai dengan materi permainan diiringi tepuk. Untuk permainan bilangan Romawi atau bangun datar, bisa dikreasi oleh guru yang menjadi fasilitator tiap fase. Walau sederhana, yang penting bermakna. Salam literasi.


*) Penulis adalah Kepala SDN Sukomangli Kendal
Diseminasi Program PINTAR Tanoto Foundation


Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024