Logo Header Antaranews Jateng

Kartunis Pantang Pensiun Kritik Koruptor

Rabu, 22 Februari 2012 21:42 WIB
Image Print


Setidaknya itu yang dilakukan Koesnan Hoesi (50), kartunis Semarang yang kini memilih situs jejaring sosial "Facebook" untuk menyalurkan kritiknya yang dilukiskannya melalui karikatur setelah tak lagi bekerja di media.

Ditemui di tempat tinggalnya yang asri di Jalan Wonodri Kopen Barat I/13 Semarang, Rabu, pendiri Semarang Cartoon Club (Secac) itu menunjukkan kebolehannya memainkan spidol dan cat di atas lembaran kertas menjadi gambar.

Sedikit demi sedikit nampak bentuk gambar yang dilukisnya, ternyata ia melukis karikatur bergambar lambang Partai Demokrat yang diselimuti angin ribut, seperti menggambarkan prahara yang kini tengah dialami partai itu.

Menurut Koesnan, karikaturnya itu memang menggambarkan prahara yang melanda Partai Demokrat, sebab kepercayaan masyarakat terhadap partai itu semakin turun di tengah kasus korupsi yang menyeret sejumlah kadernya.

Tak cukup dengan gambar itu, ia kembali melukis sebuah karikatur yang menggambarkan orang berwarna hitam yang tengah memanjat tiang bendera Merah Putih, namun tiang itu miring menimpa orang yang ada di bawahnya.

"Itu (orang berwarna hitam) koruptor yang memanjat tiang bendera, namun tiang itu jatuh menindih orang di bawahnya, rakyat jelata. Ulah para koruptor yang jahat sangat merugikan rakyat kecil," katanya.

Pada kesempatan itu Koesnan menorehkan karya karikaturnya ditemani rekan sejawatnya, Joko Susilo, kartunis sebuah media di Jawa Tengah yang juga tak mau kalah menggambar karikatur sarat kritik.

Namun, Joko yang merupakan anggota Kelompok Kartunis Kaliwungu (Kokkang) Kendal itu memilih menggambar sosok Angelina Sondakh berkalung mutiara besar tengah membisiki untuk berkata "tidak" jika melakukan korupsi.

Ada juga karikatur istri mendiang Adjie Massaid yang akrab disapa Angie itu digambarkan berhidung panjang seperti tokoh Pinokio tatkala berbohong yang di ujung hidungnya menggantung buah apel, seraya memegang "Blackberry".

Menurut Koesnan, kritikan bisa disampaikan oleh siapapun, termasuk kartunis yang menyampaikan kritik-kritik pedasnya melalui karikatur yang kemudian dipublikasi di media-media massa, terutama surat kabar.

Kartunis yang memiliki dua anak dan dua cucu itu yang menjadi Pembina Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) itu mengaku sudah menekuni dunia kartun dan karikatur sejak 31 tahun lalu dan menjadi kartunis di surat kabar.

"Sekarang saya memang sudah pensiun, namun kritik saya tidak pernah pensiun. Kini saya lebih aktif menuangkan karikatur yang sarat kritik melalui Facebook, terutama kritik terhadap maraknya korupsi," kata Koesnan.

Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024