Logo Header Antaranews Jateng

SMP Negeri 1 Magelang Raih Prestasi Puncak

Sabtu, 1 Juni 2013 18:36 WIB
Image Print
Bagian depan bangunan SMP Negeri 1 Kota Magelang. (Hari Atmoko/dokumen).


Apalagi jika hasil UN yang diraih para siswa mendapat prestasi di tingkat daerah maupun nasional. Hal ini mengingat, UN menjadi salah satu parameter keberhasilan sekolah dan kemampuan belajar siswa.

SMP Negeri 1 Kota Magelang pada pelaksanaan Ujian Nasional 2012/2013 telah menunjukkan prestasi tersebut.

Berdasarkan hasil UN 2012/2013 yang diumumkan pada hari Sabtu (1/6) SMP Negeri 1 Kota Magelang menduduki peringkat pertama nasional dengan nilai rata-rata 9,14.

Sebelum meraih predikat sebagai peraih hasil UN terbaik pada tahun ini, SMP favorit di Kota Gethuk ini minimal dalam enam tahun terakhir, hasil UN hampir setiap tahun masuk peringkat 10 besar nasional.

Pada UN 2006/2007, SMP Negeri 1 Magelang menduduki ranking satu tingkat Provinsi Jateng dan peringkat delapan nasional, kemudian pada tahun ajaran 2007/2008 peringkat satu provinsi dan dua nasional.

Kemudian, pada UN 2008/2009, meraih peringkat dua provinsi; 2009/2010, peringkat satu provinsi dan lima nasional; 2010/2011, peringkat satu provinsi dan tiga nasional; 2011/2012, peringkat pertama provinsi dan tiga nasional.

Perlu diakui memang siswa yang diterima di sekolah dengan moto "Unggul dalam Prestasi, Takwa, Berbudaya, dan Berwawasan Lingkungan" ini merupakan bibit unggul. Namun, tanpa didukung oleh tenaga pendidik yang profesional, prestasi tersebut akat sulit dicapai.

Kepala SMP Negeri 1 Magelang Kunadi mengatakan bahwa prestasi yang diraih anak didik pada lulusan tahun ini tidak semudah membalik tangan karena harus melalui usaha keras dari para guru dan siswa.

"Tim guru memang solid dan didukung kemauan para siswa, kami selalu kooperatif, baik guru mata pelajaran (mapel) UN maupun mapel non-UN," katanya.

Ia menuturkan, meskipun program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang disandang sekolah ini telah dihapus sejak Januari 2013, tidak menghalangi sekolah ini mencapai prestasi.

"Kami tetap optimistis, bekerja keras, dan tetap mempertahankan prestasi belajar anak didik kami," katanya.

Ia menyebutkan, dari 162 siswa perseta UN, sebanyak 71 siswa di antaranya meraih nilai 10 untuk Matematika, kemudian dua anak nilai 10 untuk Bahasa Inggris, dan tiga anak nilai 10 untuk IPA.

"Nilai rata-rata sekolah dengan hasil UN 9,14 dan tertinggi se-Indonesia ini merupakan pencapaian yang terbaik dalam sepanjang sejarah," katanya.

Ia menuturkan, pada tahun lalu, sekolah tersebut hanya dapat mencapai peringkat enam nasional. Padahal, tahun ini tingkat kesulitan soal-soal UN lebih tinggi dibanding tahun lalu. Ditambah lagi dengan sistem 20 paket soal yang berbeda tiap kelas, sedangkan tahun lalu hanya lima paket soal setiap ruang.

"Tahun lalu, tingkat kesulitan soal UN hanya 10 persen, tahun ini 20 persen. Namun, justru prestasi anak-anak meningkat. Pencapaian ini adalah hasil kerja keras kami, bukan hanya para siswa, melainkan adanya sinergitas antara siswa, tim guru, karyawan, komite, dan juga orang tua siswa," katanya.

Menurut dia, untuk meraih prestasi tersebut harus ada strategi, antara lain, selalu menerapkan profesionalitas guru. Selain itu, senantiasa menekankan pada proses dan kualitas pembelajaran terhadap siswa.

"Guru-guru kami profesional, bersinergi dengan mengutamakan mutu proses untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi," katanya.

Ia menuturkan beberapa bulan sebelum pelaksanaan UN anak-anak diberi fotokopi soal-soal ujian secara gratis, kemudian dibahas bersama guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Bagi siswa yang nilainya kurang, katanya, mereka mengikuti pendalaman materi pada jam ke-0.

"Namun, dalam praktiknya mereka yang nilainya sudah bagus juga ikut pendalaman materi tersebut," katanya.

Ia mengatakan, untuk memacu prestasi siswa, dilakukan kompetisi antarsiswa dengan tes kompetisi dan juga kompetisi antarkelas yang diselenggarakan setiap dua bulan sekali.

Delapan Besar
Upaya yang dilakukan SMP Negeri 1 Magelang tersebut tidak sia-sia. Selain menduduki peringkat pertama UN, salah satu siswa, yakni Setiati Nur Chasanah menduduki peringkat delapan besar tingkat nasional.

Anak pertama pasangan Romadhon dan Suhartini ini dikenal sebagai siswa yang pendiam. Namun, di balik sikapnya yang sederhana, ternyata mampu meraih prestasi yang membanggakan.

Nilai UN Setiati dengan rata-rata 9,84, yakni Bahasa Indonesia mendapat 9,6, Bahasa Inggris 10, Matematika 9,75, dan IPA 10.

Siswa kelahiran Magelang, 5 Desember 1997, ini menceritakan, dalam menyelesaikan soal ujian, membutuhkan ketelitian dan kesabaran karena setiap soal memiliki beban dan tingkat kesulitan jawaban yang beragam. Bahkan, dia mengaku hampir menangis menghadapi soal-soal yang sulit.

"Saya sempat ingin menangis waktu mengerjakan soal karena hampir setiap mata pelajaran ada soal yang tidak bisa saya kerjakan. Akan tetapi, saya berusaha dan bertawakal," katanya.

Menurut dia, dari empat mata pelajaran yang masuk UN, Bahasa Indonesia paling sulit karena terlalu banyak soal bacaan yang panjang-panjang. Selain itu, jawaban yang tertera memiliki kemiripan istilah.

Siswa yang mengaku hobi membaca ini tidak melakukan persiapan khusus menghadapi UN. Menurut dia, belajar tidak hanya saat akan ujian.

Namun, kata dia, selain mengikuti pendalaman materi di sekolah, dia juga ikut bimbingan belajar di luar sekolah.

"Belajar bukan hanya waktu akan ujian. Memang ada tambahan waktu untuk belajar, terutama pada malam hari kalau biasanya belajar sampai jam delapan, kalau mau ujian bisa sampai jam sembilan," kata Setiati.


Pewarta :
Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025