Logo Header Antaranews Jateng

Ban Ki-moon Kutuk Pemakaian Bom Tandan di Sudan Selatan

Kamis, 13 Februari 2014 12:15 WIB
Image Print

Sisa-sisa semacam senjata ini ditemukan pekan lalu petugas penjinak ranjau PBB di satu jalan ibu kota Juba ke Bor di negara bagian Jonglei, kata pernyataan PBB itu.

Prinsip kerja bom tandan sederhana saja, satu bom tandan sebetulnya terdiri dari ribuan bom kecil independen yang dimasukkan ke dalam satu wadah utama.

Diluncurkan dari darat atau dari udara, bom tandan itu "pecah" di udara dan ribuan bagiannya menghunjam area sangat luas dengan efek mematikan paling buruk yang bisa dibayangkan.

Jika bagian-bagian bom tandan itu gagal meledak, maka dia menjadi bahaya laten dan permanen bagi keselamatan masyarakat di lokasi pengeboman itu, apalagi bom ini bisa masuk cukup dalam ke tanah.

Juru bicara PBB, Martin Nesirky, mengatakan, tidak jelas pihak yang memakai bom tandan ini dalam perang Sudan Selatan.

"Kami tidak dalam posisi untuk mengatakan siapa yang menggunakan bom curah itu, tetapi amunisi seperti itu digunakan," kata Nesirky.

Ban menyambut baik pembukaan pembicaraan perdamaian Selasa antara pemerintah Sudan Selatan dan pemberontak. Mereka telah berperang hampir selama dua bulan yang telah menewaskan ribuan orang dan memicu 900.000 orang mengungsi meninggalkan rumah mereka.

Namun Ban mengatakan ia prihatin dengan laporan-laporan pertempuran di dua negara berlanjut meskipun perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada 23 Januari.

Dia meminta kedua pihak untuk menghormati gencatan senjata dan bekerja sama dengan mediator dari blok Afrika Timur yang disebut Otoritas Antar-Pemerintah tentang Pembangunan.

Pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan tentara pembelot yang mendukung mantan wakil presiden Riek Machar telah bertempur sejak pertengahan Desember.

Sudan Selatan menjadi negara berdaulat pada Juli 2011 setelah memisahkan diri saat puncak perang saudara melawan Khartoum yang berlangsung sejak 1983-2005.

Nesirky, sementara itu, mengatakan bahwa pasukan yang dikerahkan di bawah UNMISS, Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sudan Selatan, telah melaporkan suasana "tegang" di kota Malakal, di mana ribuan orang telah terperangkap akibat pertempuran.

UNMISS melaporkan bahwa bagian selatan dari Malakal itu kosong sementara pasukan pemerintah berada di bagian lain kota.

PBB melindungi sekitar 22.000 orang di dalam pangkalannya di Malakal dan total sekitar 75.000 di seluruh negeri itu.

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024