"Penyakit ISPA dan diare cukup menonjol, ada peningkatan namun tidak begitu besar," kata Pelaksana tugas Kepala Dinkes Cilacap H. Marwoto di Cilacap, Selasa.

Terkait hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mengantisipasi penyakit ISPA dan diare.

Menurut dia, salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat adalah mencuci tangan menggunakan sabun dan menggunakan masker agar tidak menghirup debu.

"Penurunan kualitas air (akibat kemarau) juga berperan terhadap penyebaran penyakit diare," katanya.

Sementara untuk demam berdarah, kata dia, cenderung menurun karena tidak adanya air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit itu.

Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa musim kemarau sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap masuk kategori kekeringan ekstrem dan sebagian kemarau sangat panjang.

"Suatu wilayah masuk kategori kekeringan ekstrem jika lebih dari 60 hari tidak ada hujan, sedangkan kemarau sangat panjang jika dalam kurun 31-60 hari tidak ada hujan," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, beberapa wilayah Cilacap yang mengalami kekeringan ekstrem di antaranya Majenang, Binangun, dan Nusawungu.

Ia mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker agar tidak menghirup debu yang banyak terjadi selama musim kemarau.