JIAD: Tindak Tegas Pelaku Teror Bom Gereja Samarinda
Senin, 14 November 2016 14:25 WIB
Dokumentasi personel Brigade Mobil Polda Kalimantan Barat berjaga di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). Ledakan bom di halaman depan gereja itu menyebabkan lima orang terluka yang semuanya masih anak-anak, dan satu di
Kediri, Jawa Timur Antara Jateng - Jaringan Islam Anti-Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur, mendesak pelaku teror bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, ditindak tegas.
"Kami ingin pelaku ditindak tegas. Kami juga mendorong pemerintah lebih serius melawan praktik intoleransi dan radikalisme," kata Koordinator JIAD Jawa Timur, Aan Anshori, di Kediri, Senin.
Mewakili sikap organisasinya, dia sangat prihatin atas pemboman di Gereja Oikomene itu, yang menyebabkan lima balita menjadi korban, dan satu di antaranya akhirnya meninggal dunia akibat luka bakar yang dia derita.
"Kami juga menyampaikan duta cita mendalam pada seluruh jemaat di gereja tersebut. Kami pun mengutuk aksi itu. Penyerangan pada rumah ibadah adalah praktik paling memalukan dalam sejarah peradaban manusia dan hanya orang tidak waras yang berbuat demikian," katanya.
Terkait insiden di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, itu dia menjelaskan tingkat intoleransi serta radikalisme agama saat ini memengaruhi masyarakat.
Paham dan praktik intoleransi beragama di Indonesia, kata dia, masih harus dikikis. Dia melansir data Wahid Institute pada 2016, tentang kesiapan kalangan beragam tertentu yang cenderung pada kekerasan berlatar agama.
Situasi ini, lanjut dia, diperkeruh kenyataan ada puluhan anggota gerakan radikal --di antaranya jaringan ISIS-- yang "hidup" di Indonesia.
Belum lagi 5.000 rumah ibadah dari semua agama yang menjadi sasaran kekerasan sejak reformasi. Pada masa Orde Baru, hal semacam ini tidak sederas masa kini.
"Kami ingin pelaku ditindak tegas. Kami juga mendorong pemerintah lebih serius melawan praktik intoleransi dan radikalisme," kata Koordinator JIAD Jawa Timur, Aan Anshori, di Kediri, Senin.
Mewakili sikap organisasinya, dia sangat prihatin atas pemboman di Gereja Oikomene itu, yang menyebabkan lima balita menjadi korban, dan satu di antaranya akhirnya meninggal dunia akibat luka bakar yang dia derita.
"Kami juga menyampaikan duta cita mendalam pada seluruh jemaat di gereja tersebut. Kami pun mengutuk aksi itu. Penyerangan pada rumah ibadah adalah praktik paling memalukan dalam sejarah peradaban manusia dan hanya orang tidak waras yang berbuat demikian," katanya.
Terkait insiden di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, itu dia menjelaskan tingkat intoleransi serta radikalisme agama saat ini memengaruhi masyarakat.
Paham dan praktik intoleransi beragama di Indonesia, kata dia, masih harus dikikis. Dia melansir data Wahid Institute pada 2016, tentang kesiapan kalangan beragam tertentu yang cenderung pada kekerasan berlatar agama.
Situasi ini, lanjut dia, diperkeruh kenyataan ada puluhan anggota gerakan radikal --di antaranya jaringan ISIS-- yang "hidup" di Indonesia.
Belum lagi 5.000 rumah ibadah dari semua agama yang menjadi sasaran kekerasan sejak reformasi. Pada masa Orde Baru, hal semacam ini tidak sederas masa kini.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017