GKJ Purwokerto Serukan Satu Hati dalam NKRI
Rabu, 4 Januari 2017 14:58 WIB
Perwakilan dari enam agama, perwakilan penghayat kepercayaan, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banyumas mengangkat sapu lidi yang dibagikan Pendeta Daniel Agus Haryanto (baju ungu) di GKJ Purwokerto, Rabu (4/1).
Purwokerto, Antara Jateng - Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyerukan masyarakat yang terdiri atas berbagai suku dan agama agar tetap satu hati dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seruan tersebut disampaikan Pendeta Daniel Agus Haryanto melalui pembagian sapu lidi kepada perwakilan dari enam agama, perwakilan penghayat kepercayaan, tokoh masyarakat, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan mahasiswa di halaman GKJ Purwokerto, Rabu.
Sapu lidi yang dibagikan itu sebelumnya merupakan pohon natal yang dibuat oleh Pendeta Daniel bersama jemaat GKJ Purwokerto untuk menyambut Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
Pendeta Daniel mengatakan dalam kesempatan tersebut, pihaknya membagikan sapu lidi dan seblak.
"Sapu lidi untuk membersihkan yang ada di luar, kalau seblak untuk membersihkan yang ada di dalam dengan diikat karena kotoran itu bisa membuat kita tidak nyaman," katanya.
Ia mengatakan ketika manusia menyapu halaman akan terlihat rapi dan nyaman.
Demikian pula ketika seblak digunakan untuk membersihkan kamar tidur, kata dia, tidurnya bisa menjadi lebih nyaman.
"Harapan kami, tujuh iman dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan penghayat kepercayaan itu juga hidup di Banyumas dengan nyaman, tenang, tidak ada gangguan apa-apa karena kita satu hati di dalam ikatan NKRI," katanya.
Ketua FKUB Kabupaten Banyumas K.H. Mohammad Roqib mengatakan dalam konteks berbagai agama termasuk Islam, setiap manusia pasti mengalami kekhilafan dan kesalahan.
Dalam hal ini, kata dia, tidak ada manusia tanpa kesalahan dan tanpa lupa.
Ia mengatakan dalam agama, untuk menghapus kesalahan adalah dengan memohon ampun kepada Tuhan.
Menurut dia, mohon ampun atau istighfar dapat disimbolkan sebagai penghapus.
"Kalau dalam keseharian, ada simbol sapu ini, simbol menghapus kesalahan, menyingkirkan kotoran. Sapu (lidi, red.) memiliki kekuatan kalau menyatu dan sapu itu, kekuatannya memiliki makna apabila digunakan untuk menyapu atau membersihkan kotoran," katanya.
Dia mengharapkan sapu lidi yang dibagikan dapat menjadi simbol untuk membersihkan radikalisme serta memperkokoh persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI.
Seruan tersebut disampaikan Pendeta Daniel Agus Haryanto melalui pembagian sapu lidi kepada perwakilan dari enam agama, perwakilan penghayat kepercayaan, tokoh masyarakat, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan mahasiswa di halaman GKJ Purwokerto, Rabu.
Sapu lidi yang dibagikan itu sebelumnya merupakan pohon natal yang dibuat oleh Pendeta Daniel bersama jemaat GKJ Purwokerto untuk menyambut Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
Pendeta Daniel mengatakan dalam kesempatan tersebut, pihaknya membagikan sapu lidi dan seblak.
"Sapu lidi untuk membersihkan yang ada di luar, kalau seblak untuk membersihkan yang ada di dalam dengan diikat karena kotoran itu bisa membuat kita tidak nyaman," katanya.
Ia mengatakan ketika manusia menyapu halaman akan terlihat rapi dan nyaman.
Demikian pula ketika seblak digunakan untuk membersihkan kamar tidur, kata dia, tidurnya bisa menjadi lebih nyaman.
"Harapan kami, tujuh iman dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan penghayat kepercayaan itu juga hidup di Banyumas dengan nyaman, tenang, tidak ada gangguan apa-apa karena kita satu hati di dalam ikatan NKRI," katanya.
Ketua FKUB Kabupaten Banyumas K.H. Mohammad Roqib mengatakan dalam konteks berbagai agama termasuk Islam, setiap manusia pasti mengalami kekhilafan dan kesalahan.
Dalam hal ini, kata dia, tidak ada manusia tanpa kesalahan dan tanpa lupa.
Ia mengatakan dalam agama, untuk menghapus kesalahan adalah dengan memohon ampun kepada Tuhan.
Menurut dia, mohon ampun atau istighfar dapat disimbolkan sebagai penghapus.
"Kalau dalam keseharian, ada simbol sapu ini, simbol menghapus kesalahan, menyingkirkan kotoran. Sapu (lidi, red.) memiliki kekuatan kalau menyatu dan sapu itu, kekuatannya memiliki makna apabila digunakan untuk menyapu atau membersihkan kotoran," katanya.
Dia mengharapkan sapu lidi yang dibagikan dapat menjadi simbol untuk membersihkan radikalisme serta memperkokoh persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
UMP targetkan terima 6.000 mahasiswa baru program reguler pada tahun 2025
03 November 2024 14:03 WIB
Dukung agrowisata berkelanjutan, Tim Dosen Unsoed beri pelatihan produk olahan stroberi
31 October 2024 15:26 WIB
Akademisi Unsoed: Kampung Cibun siap menjadi ikon Kampung Cinta Budaya Nusantara Banyumas
29 October 2024 17:41 WIB