Semarang (Antaranews Jateng) - Universitas Negeri Semarang mempertanyakan isu dugaan plagiarisme yang menyeret nama Rektor Unnes Profesor Fathur Rokhman yang mencuat bersamaan dengan Pemilihan Rektor Unnes.

"Saya tidak mengatakan sebab-akibat, tetapi kebetulan berita semacam ini keluar bersamaan dengan pilrek," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Humas Unnes Hendi Pratama di Semarang, Senin.

Pada 3 Juli 2018, kata dia, Unnes akan menggelar pemungutan suara pertama untuk tahapan penjaringan nama calon rektor dari lima bakal kandidat kemudian dikerucutkan menjadi tiga bakal calon.

Hendi tidak menyimpulkan mencuatnya isu tersebut berkaitan erat dengan ajang Pemilihan Rektor Unnes, tetapi hanya mempertanyakan kenapa bisa bersamaan mencuatnya pada saat-saat Pemilihan Rektor Unnes.

"Kenapa munculnya pada waktu-waktu yang cukup krisis, atau istilahnya momennya kok pas begitu. Tanggal 3 Juli 2018 mau pemilihan, kok munculnya pemberitaan tanggal 1 Juli-nya," ungkapnya.

Ia berharap pemberitaan yang muncul tersebut memiliki tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi dan tidak akan memengaruhi nama baik Unnes sebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN).

Menurut dia, reputasi Unnes akan tetap berpegang pada kualitas PTN tersebut yang terus berkembang, seperti jumlah akreditasi A, akreditasi institusi, dan fasilitas yang terus berkembang.

"Masyarakat pasti mengerti. Terkait permasalahan dugaan plagiarisme ini, saya tidak katakan berhubungan. Tetapi, kok tanggalnya mirip (bersamaan, red.) dengan ajang Pilrek Unnes," katanya.

Berkaitan dengan dugaan kasus itu yang justru muncul dari internal, yakni majelis rektor, ia mengaku, sejauh ini kalangan internal justru belum mengetahui permasalahan tersebut.

Yang jelas, kata dia, Unnes secara kontinyu selalu melakukan tindak lanjut atas apapun laporan dari masyarakat, termasuk dugaan plagiarisme, tetapi pasti memerlukan klarifikasi dan proses panjang.

"Kami benar-benar berhati-hati menghadapi hal tersebut. Jangan sampai itu hanya muncul bukan ingin membenahi pendidikan Indonesia, tetapi karena kepentingan politik tertentu," katanya.

Hendi mencontohkan isu dugaan plagiarisme yang muncul belakangan ini, yakni pada 2018, sementara artikel yang dimaksud terbit pada 2003 ketika profesor yang dimaksud belum bergelar profesor saat itu.

Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman diduga melakukan plagiarisme atas hasil penelitian yang produk ilmiahnya sama persis dengan karya skripsi bekas mahasiswa PTN itu.

Penelitian yang dimaksud berjudul "Kode Bahasa dalam Interaksi Sosial Santri: Kajian Sosiolinguistik di Pesantren Banyumas" yang dipublikasikan oleh Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya UNY pada 2004.

Penelitian Anif Rida berjudul "Pemakaian Kode Bahasa dalam Interaksi Sosial Santri dan Implikasinya Bagi Rekayasa Bahasa Indonesia: Kajian Sosiolinguistik di Pesantren Banyumas" yang dipublikasikan saat Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya pada 2003.