Magelang (Antaranews Jateng) - Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama ini menjadi magnet kuat bagi turis mancanegara dan domestik untuk mengunjungi candi yang dibangun pada abad ke-8 tersebut.

Keberadaannya telah memberi tetesan kemakmuran bagi warga di dekat candi Buddha terbesar di dunia tersebut. Pada 2016 saja, Borobudur dikunjungi sekitar 3,7 juta turis dan pada 2018 ditargetkan disambangi sekitar 4,7 juta turis asing dan domestik.

Banyak rumah makan, hotel, galeri, usaha transportasi, hingga pondokan (homestay) berdiri di sekitar kawasan Candi Borobudur. Dengan jumlah pengunjung yang terus bertambah, tetesan tersebut bukan saja makin besar, melainkan bakal berkelanjutan.

Bukan hanya kepada warga sekitar, keberadaan Candi Borobudur juga memberi rezeki melimpah kepada pengusaha di Daerah Istimewa Yogyakarta karena sebagian besar turis asing yang melancong ke Borobudur menginap di hotel-hotel dan membelanjakan uangnya di Kota Budaya tersebut.

Candi Borobudur, juga Mendut, selama puluhan tahun memang menjadi prasasti megah yang mengalirkan berkah bagi warga di dekatnya, bahkan mengucurkan rezeki yang begitu deras kepada usahawan di Provinsi D.I. Yogyakarta.

Sebagian penduduk di dekat Candi Borobudur memang sudah merasakan betapa gurihnya luberan rezeki Candi Borobudur selama puluhan tahun.

Namun, dari sekitar 60.000 penduduk yang tersebar di 20 desa di Kecamatan Borobudur, masih banyak warga yang belum ketiban berkah, terutama penduduk desa yang bermukim cukup jauh dari Borobudur. Kalaupun sudah, tetesannya masih kecil, belum sebanyak yang dinikmati warga di dekat candi.

Sebaran berkah
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengakui bahwa sebaran berkah Candi Borobudur perlu diperluas sasarannya karena multiplier effects  (dampak berantai) pariwisata Borobudur bakal terus membesar bersamaan dengan bertambahnya pengunjung.

Oleh karena itu, perlu langkah konkret yang bisa segera diwujudkan. Pilihannya adalah membangun balai ekonomi desa (balkondes) sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, seni, budaya, dan pariwisata di setiap desa di Kecamatan Borobudur. 

Menurut Menteri BUMN Rini Soemarno, program pembangunan balkondes mengemuka karena kementerian melihat masyarakat di kawasan Borobudur yang rata-rata bermata pencarian petani tersebut belum sejahtera. 

Oleh karena itu, pada 2016 dirancang pembangunan balkondes di setiap desa, yang diproyeksikan bakal menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan pariwisata di setiap desa. Dari 20 desa, saat ini sudah dibangun 19 balkondes, sedangkan satu desa belum biasa karena ketiadaan lahan desa.

Setiap balkondes menyediakan sejumlah pondokan dengan belasan kamar yang didesain bersuasana asli perdesaan, namun dengan kenyamanan setara hotel berbintang. 

Selain membangun kamar-kamar dalam pondokan, balkondes juga menyediakan pendapa dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan ekonomi serta budaya. Pedagang makanan minuman khas desa bisa menjajakan di lapak nyaman yang disediakan di kompleks balkondes.

Pegiat seni dan budaya juga diberi ruang dan waktu untuk menampilkan gamelan, musik, dan tari-tarian. Balkondes yang sudah beroperasi tersebut mempekerjakan tenaga kerja desa, begitu pula pedagang yang menggelar lapak di balkondes.

Balkondes Ngadiharjo binaan PT PLN, misalnya, menjadi bukti betapa laiknya balkondes ini dijadikan tempat pertunjukan sekaligus ajang pertemuan berskala internasional dengan tetap mengusung konsep perdesaan termasuk makanan dan minumannya.

Lebih dari 100 delegasi International Council of Women (ICW) pada 18 September 2018 terkesan setelah mendapatkan suguhan tari dan musik lokal. Mereka juga mengapresiasi sajian makanan dan minuman khas perdesaan, seperti wedang jahe, "uwuh" (herbal), dan kopi lokal.

Ekspresi gembira juga ditunjukkan oleh delegasi ICW yang menginap di Balkondes The Gade, binaan PT Pegadaian, di Desa Ngargogondo pada 19 September 2018.

Setelah pagi hari menyantap minuman dan makanan lokal, seperti pisang dan singkong rebus, mereka minta ditunjukkan cara memanen singkong. Di depan dan belakang Balkondes The Gades memang terdapat tanaman singkong.
  Sejumlah wisatawan mancanegara berpose dengan VW Safari di halaman Balkondes "The Gade" Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Jawa Tengah. (Foto: Achmaed Zaenal M)
Bagi mereka, itulah pertama kali menyantap singkong rebus sekaligus menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana bentuk dan cara memanen tanaman singkong.

"Mereka terlihat menikmati suasana perdesaan di balkondes ini. Kepada wisatawan, balkondes memang menawarkan pengalaman unik sekaligus berbeda," kata Renny Soviahani, Direktur Utama PT Pesonna Indonesia Jaya, anak perusahaan PT Pegadaian yang ditugasi mendampingi pengelolaan Balkondes The Gade Ngargogondo. 

Ikon pariwisata baru
Melihat geliat awal balkondes-balkondes tersebut, mencuat optimisme bahwa dalam waktu tidak terlalu lama mereka bakal menjadi ikon pariwisata baru di perdesaan yang mampu menjadi penggerak ekonomi, sosial, seni, budaya, dan sosial warga. 

Meskipun lokasi balkondes relatif jauh dari Candi Borobudur dengan akses jalan belum sepenuhnya mulus, tanda-tanda balkondes bakal berkembang sudah mulai tampak, seperti dituturkan oleh pengelola Balkondes Wanurejo, binaan Bank BNI.

Jalan menuju balkondes-balkondes saat ini memang masih sempit dan kurang mulus. Pun belum didukung penerangan yang cukup pada malam hari. Namun, boleh jadi kondisi alami seperti itulah yang menjadi nilai plus untuk menjual homestay balkondes. 

"Hampir setiap pekan ada komunitas yang menggunakan balkondes. Mereka percayakan kami untuk menyediakan makanan dan minuman," kata Sabil, Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Wanurejo.

Balkondes Wanurejo memiliki nilai jual eksklusif. Pengunjung bisa menyaksikan Matahari tenggelam (sunset) di balik stupa Candi Borobudur. Sementara itu, Balkondes The Gade tepat berada di tanah lapang di kaki Bukit Menoreh yang tersohor berkat buku cerita berseri "Api di Bukit Menoreh" karya S.H. Mintardja.

Kepala Desa Ngargogondo, Suryono, menyatakan kendati baru saja diresmikan, sudah banyak pengunjung datang ke Balkondes The Gade untuk memesan. Oleh karena itu, Suryono optimistis balkondes bakal "rejo" (ramai) dan meningkatkan kesejahteraan warga desa. 

Balkondes Tuksongo, binaan PT Telkom, dan Balkondes Saka Pitu Tegal Arum, binaan PT Angkasa Pura II, juga terlihat menawan, dengan penataan bangunan dan ruang-ruang terbuka yang memanjakan mata. 
  Balkondes Tuksongo, binaan PT Telkom Indonesia (Foto: Achmad Zaenal M)
Lebih dari itu, Balkondes Tuksongo ini ramah milenial karena difasilitasi wifi yang kencang. Bahkan kelak pengoperasiannya akan menerapkan sistem digital.

"Alhamdulillah, balkondes yang sudah beroperasi betul-betul bisa menambah pendapatan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat," kata Menteri BUMN Rini Soemarno di Balkondes The Gade pada 13 September 2018.

Di balkondes, ujar Rini, banyak aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya bisa dilakukan sehingga ke depan bakal menambah pendapatan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga desa.

Melihat sejumlah balkondes yang sudah beroperasi dan mulai menghasilkan, balkondes yang berdiri atas tanah desa tersebut kelak bakal menjadi titik-titik baru pertumbuhan ekonomi, sosial, seni, dan budaya perdesaan.

Apalagi BUMN-BUMN sudah menegaskan komitmennya untuk menjadikan balkondes sebagai unit usaha ekonomi, sosial, seni, dan budaya yang berkembang. Dari pengelola sebuah balkondes, diperoleh data pendapatannya sekitar Rp70 juta/bulan, padahal unit usaha ini baru beroperasi beberapa bulan.

Setelah mendapatkan pendampingan dari BUMN termasuk melatih pekerja dan balkondes mampu beroperasi mandiri, pengelolaan balkondes akan diserahkan kepada bumdes.

Dengan dukungan dana dan manajemen dari sejumlah BUMN pada awal-awal pengoperasiannya, 19 balkondes yang tersebar di Kecamatan Borobudur tersebut diperkirakan bakal menjadi unit bisnis yang membawa berkah bagi warga desa.

Lebih dari itu, balkondes juga berperan sebagai pemelihara kekayaan seni dan budaya lokal. ***