Ribuan umat hadiri Haul Syekh Kramat Jati
Rabu, 16 Januari 2019 2:03 WIB
Semarang - Ulama kharismatik Habib Luthfi bin Yahya memberikan tausiah saat Haul Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya yang dikenal dengan nama Syekh Kramat Jati, di Semarang, Selasa (15/1) malam. (Foto: Zuhdiar Laeis)
Semarang (Antaranews Jateng) - Ribuan umat menghadiri kegiatan Haul Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya yang dikenal dengan Syekh Kramat Jati di Semarang.
Kegiatan puncak haul ulama besar yang berjuluk Singo Barong itu sampai menutup ujung Jalan Tentara Pelajar Semarang yang akrab dengan sebutan Pasar Kambing, Selasa (15/1) malam.
Sejumlah ulama kharismatik hadir, seperti Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, dan beberapa ulama dari Timur Tengah, di antaranya dari Damaskus (Suriah) dan Beirut (Libanon).
Para ulama dari Timur Tengah itu pun bergantian diminta memberikan tausiah yang diterjemahkan, dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Habib Luthfi bin Yahya.
Deretan pejabat yang terlihat hadir, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan terlihat pula mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Habib Hasan bin Thoha yang juga pimpinan perang Hamengku Buwono II lahir dari pasangan Habib Thoha bin Muhammad al-Qadhi bin Yahya dengan Syarifah Fatimah binti Husain bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydrus.
Ulama besar itu wafat di Semarang dan dimakamkan di depan pengimaman Masjid Al Hidayah di Jalan Duku, Lamper Kidul, Semarang, yang juga menjadi tempat penyelenggaraan haul.
Dalam tausiahnya, Habib Luthfi bin Yahya mengingatkan Indonesia bukan hanya negara yang kaya sumber daya alam dengan kesuburannya, melainkan juga kaya ulama.
"Di Pulau Jawa saja. Paling ujung ada makam Syekh Maulana Al Bantani. Ditarik terus ke Cirebon, tokoh-tokoh dan ulama Indonesia memagari sampai wilayah Banyuwangi," katanya.
"Pagar" ulama tersebut, kata dia, bukan sembarangan, tetapi sesuatu yang sangat bernilai, apalagi sebagian besar ulama al Maghribi dimakamkan di Pulau Jawa.
Buktinya, kata Habib Luthfi, para ulama yang sudah wafat itupun masih bisa mempersatukan umat, memajukan ekonomi, dan sebagainya di tempatnya dimakamkan.
"Mereka ini meski sudah meninggal, masih bisa mempersatukan umat untuk datang berziarah, memunculkan sumber ekonomi, dan sebagainya. Kita ini yang masih hidup apa tidak malu" katanya.
Habib Luthfi mengajak umat untuk meneladani nilai-nilai yang telah diwariskan ulama terdahulu, serta tidak mudah terpecah belah, apalagi terprovokasi "hoax".
Sementara itu, Ketua Panitia Haul Habib Hasan bin Thoha, Iswar Aminuddin, menambahkan banyak kegiatan sebagai rangkaian, mulai kirab Merah Putih, khataman, pembacaan Dalailul Khoirot, dan barzanji.
Diharapkan, kata dia, masyarakat, khususnya Kota Semarang menjadi paham sejarah perjuangan Habib Hasan bin Thoha dan meneladani nilai-nilai yang diwariskan.
Kegiatan puncak haul ulama besar yang berjuluk Singo Barong itu sampai menutup ujung Jalan Tentara Pelajar Semarang yang akrab dengan sebutan Pasar Kambing, Selasa (15/1) malam.
Sejumlah ulama kharismatik hadir, seperti Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, dan beberapa ulama dari Timur Tengah, di antaranya dari Damaskus (Suriah) dan Beirut (Libanon).
Para ulama dari Timur Tengah itu pun bergantian diminta memberikan tausiah yang diterjemahkan, dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Habib Luthfi bin Yahya.
Deretan pejabat yang terlihat hadir, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan terlihat pula mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Habib Hasan bin Thoha yang juga pimpinan perang Hamengku Buwono II lahir dari pasangan Habib Thoha bin Muhammad al-Qadhi bin Yahya dengan Syarifah Fatimah binti Husain bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydrus.
Ulama besar itu wafat di Semarang dan dimakamkan di depan pengimaman Masjid Al Hidayah di Jalan Duku, Lamper Kidul, Semarang, yang juga menjadi tempat penyelenggaraan haul.
Dalam tausiahnya, Habib Luthfi bin Yahya mengingatkan Indonesia bukan hanya negara yang kaya sumber daya alam dengan kesuburannya, melainkan juga kaya ulama.
"Di Pulau Jawa saja. Paling ujung ada makam Syekh Maulana Al Bantani. Ditarik terus ke Cirebon, tokoh-tokoh dan ulama Indonesia memagari sampai wilayah Banyuwangi," katanya.
"Pagar" ulama tersebut, kata dia, bukan sembarangan, tetapi sesuatu yang sangat bernilai, apalagi sebagian besar ulama al Maghribi dimakamkan di Pulau Jawa.
Buktinya, kata Habib Luthfi, para ulama yang sudah wafat itupun masih bisa mempersatukan umat, memajukan ekonomi, dan sebagainya di tempatnya dimakamkan.
"Mereka ini meski sudah meninggal, masih bisa mempersatukan umat untuk datang berziarah, memunculkan sumber ekonomi, dan sebagainya. Kita ini yang masih hidup apa tidak malu" katanya.
Habib Luthfi mengajak umat untuk meneladani nilai-nilai yang telah diwariskan ulama terdahulu, serta tidak mudah terpecah belah, apalagi terprovokasi "hoax".
Sementara itu, Ketua Panitia Haul Habib Hasan bin Thoha, Iswar Aminuddin, menambahkan banyak kegiatan sebagai rangkaian, mulai kirab Merah Putih, khataman, pembacaan Dalailul Khoirot, dan barzanji.
Diharapkan, kata dia, masyarakat, khususnya Kota Semarang menjadi paham sejarah perjuangan Habib Hasan bin Thoha dan meneladani nilai-nilai yang diwariskan.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Dua tewas, belasan luka dalam kecelakaan Bus Kramat Djati di Tol Sumo
27 November 2019 13:31 WIB, 2019