
Wali Kota Semarang: Prevalensi stunting naik di bulan Februari

Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menegaskan bahwa stunting bukan sekadar persoalan yang berkaitan dengan gizi, melainkan menyangkut masa depan sebuah generasi bangsa.
"Stunting bukan sekadar urusan gizi, tetapi menyangkut masa depan sebuah generasi," katanya saat menjadi narasumber pada Lokakarya Diseminasi Praktik Baik "Inovasi untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting" di Semarang, Selasa.
Karena itu, kata dia, persoalan stunting tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah, melainkan membutuhkan kerja sama seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk masyarakat.
"Kita butuh gerakan bersama, butuh perubahan budaya masyarakat dalam mempersiapkan generasi sejak dari kandungan," katanya.
Ia memaparkan data prevalensi stunting di Kota Semarang yang sempat mengalami kenaikan dari 1,04 persen pada Januari menjadi 2,75 persen di Februari 2025, dengan jumlah kasus mencapai 2.194.
Meski demikian, kata dia, tren jangka panjang menunjukkan penurunan signifikan dari 29,7 persen pada 2019 menjadi 10,4 persen atau sekitar 900-1.000-an anak pada 2023.
"Penanganan stunting ini menjadi sangat penting bagi saya dan bagi kita semua. Karena ini menjadi landasan awal, apakah seorang anak bisa tumbuh hebat, sehat, dan bermanfaat di kemudian hari," katanya.
"Kalau struktur tubuh secara fisik dan psikologis tidak terbentuk sejak awal, dampaknya bisa jangka panjang," tambahnya.
Ia menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Semarang pada tahun ini sedang menyusun Peraturan Wali Kota serta pembaruan SK Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), sebagai bentuk keseriusan dalam memperkuat sistem.
"Meski sudah banyak upaya dilakukan, kasus stunting masih terjadi. Ini membuktikan bahwa kerja keras belum boleh berhenti. Kita harus menjadikan pencegahan stunting sebagai budaya, bukan sekadar program," katanya.
Untuk itu, kata dia, pencegahan stunting membutuhkan dukungan semua pihak, baik tokoh masyarakat, dunia usaha, masyarakat, hingga keluarga di tingkat rumah tangga.
Pemkot Semarang telah meluncurkan sejumlah program inovatif dalam upayanya mempercepat penurunan stunting, seperti Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang (Sanpiisan), Calon Pengantin Bugar Produktif Menuju Keluarga Idaman (Tugu Muda).
Kemudian, Rumah Gizi Pelangi Nusantara, Daycare Rumah Pelita, Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting), hingga platform digital Web Siaga Stunting.
"Seluruhnya dikerjakan melalui pendekatan lintas sektor dengan dukungan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), termasuk dari Tanoto Foundation," katanya.
Lokakarya tersebut menjadi bagian dari forum dialog bersama berbagai pemangku kepentingan, termasuk fasilitator provinsi SKPP, Tanoto Foundation, serta perwakilan dari Bappeda Provinsi Jawa Tengah.
Dalam lokakarya tersebut juga dihadirkan narasumber dari kabupaten/kota yang telah menunjukkan upaya signifikan dalam percepatan penurunan stunting.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Immanuel Citra Senjaya
COPYRIGHT © ANTARA 2025