Jakarta (ANTARA) - Nama perempuan pebulu tangkis Liliyana Natsir atau biasa disapa Butet hingga hari ini belum lenyap dari ingatan penggemar olahraga tepok bulu. Gaya bermainnya, semangat pantang menyerahnya, dan juga gaya rambutnya masih tertancap kuat di ingatan.

Satu jam sebelum digelarnya pertandingan final kejuaraan Indonesia Masters 2019, atau sekitar pukul 12.00 WIB, atlet bulu tangkis ganda campuran Tanah Air Liliyana Natsir menyampaikan salam perpisahan.

Hari itu, Minggu, 27 Januari 2019, melalui acara “Liliyana Natsir’s Farewell Event” yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, perempuan yang akrab disapa Butet itu berpamitan kepada seluruh penggemarnya.

Meskipun raut wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam, keputusan untuk pensiun dari dunia bulu tangkis bagi atlet berusia 34 itu sudah mantap.

“Hari ini sangat berat untuk saya, 24 tahun saya berkarier di dunia bulu tangkis dan 17 tahun saya menjadi pemain nasional di PBSI, yang jelas seperti rumah saya sendiri. Hari ini, saya memutuskan pensiun,” ucap Butet dengan berurai air mata.

Mendengar kata-kata perpisahan dari sang idola, sontak para penonton se-Istora memberikan tepuk tangan meriah sambil sesenggukan, ikut menangis.
 

Belum berhenti sampai di situ, Butet masih melanjutkan kata-katanya dengan penuh rasa haru.

“Saya tidak pernah menyesal jadi atlet bulu tangkis. Dunia ini yang membesarkan saya, dan dunia ini juga yang bisa membuat saya memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia,” tutur Butet.

Di atas panggung kecil itu, tak lupa dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua serta para pelatih dan rekan-rekannya selama di Pelatnas PBSI maupun PB Djarum yang telah menemaninya meniti karier di dunia bulu tangkis.

“Yang paling penting hari ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang sampai sekarang terus mendukung saya, baik kalah maupun menang. Terima kasih juga kepada Kak Richard (pelatih ganda campuran PBSI Richard Mainaky), rekan sekaligus pelatih Nova Widianto dan Vita Marissa serta rekan-rekan di Pelatnas PBSI dan PB Djarum. Saya tak akan bisa sampai sekarang tanpa kalian,” ungkap Butet.
 

Terakhir, atlet ganda campuran yang berpasangan dengan Tontowi Ahmad (Owi) sejak 2010 itu juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat pecinta bulu tangkis yang telah mendukungnya selama ini.

“Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para penonton setia yang selalu meneriakkan kata ‘Owi-Butet’. Sampai bertemu di lain kesempatan,” tutup Butet sambil melambaikan tangan ke arah penonton di Istora.

Pada laga final Indonesia Masters 2019 itu, Owi/Butet berhadapan dengan pasangan unggulan pertama asal China Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
 

Laga puncak tersebut berjalan dengan ketat. Kedua pasangan itu saling berebut poin. Owi/Butet pun tak henti-hentinya memberikan serangan kepada lawan. Sayangnya, pukulan menghujam atau smes (smash) yang dilancarkan oleh Owi/Butet belum dapat meruntuhkan pertahanan Zheng/Huang. Pasangan China itu menang dalam tiga gim dengan skor 19-21, 21-19, 21-16.

Meskipun berujung pada kekalahan, sang legenda bulu tangkis itu tetap tersenyum di akhir pertandingan. Tak ada rasa kesal maupun sesal yang dinampakkan, yang ada hanyalah rasa bangga karena telah berjuang maksimal membela Merah Putih hingga akhir kariernya.

 

Perjalanan karier

Liliyana merupakan anak bungsu dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis. Dia juga memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Kalista Natsir.

Butet pertama kali berkenalan dengan dunia bulu tangkis pada umur 9 tahun. Saat itu, tepatnya tahun 1994, dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar Kristen Eben Haezar 2 Manado dan langsung bergabung dengan PB Pisok Manado.

Kemudian pada 1997, menginjak usia 12 tahun, Butet merantau ke Jakarta dan bergabung dengan klub PB Tangkas. Dengan bakatnya yang luar biasa, lalu ia ditarik masuk ke pelatnas PBSI pada 2002.

Sepanjang kariernya, berbagai gelar juara berhasil diraih oleh Butet. Saat dipasangkan dengan Tontowi Ahmad, medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro tentu saja menjadi prestasi terbaik baginya.
 

Selain Tontowi, di sektor ganda campuran Butet juga pernah berpasangan dengan Nova Widianto pada 2004. Keduanya pun sukses merebut gelar Juara Dunia dua kali, yakni pada 2005 dan 2007.

Bukan hanya di ganda campuran, Butet juga pernah bermain di sektor ganda putri pada 2007. Saat itu, dia dipasangkan dengan Vita Marissa dan mampu meraih tiga gelar juara, yaitu SEA Games 2007, China Master Super Series 2007 dan Indonesia Open 2008.

Pada 2013, Butet pindah klub dari PB Tangkas, Jakarta ke PB Djarum, Kudus. Hingga Indonesia Masters 2019, secara keseluruhan putri Manado itu tercatat sudah mengoleksi 51 gelar juara internasional, antara lain satu medali emas Olimpiade 2016, empat medali emas Kejuaraan Dunia (2005, 2007, 2013, 2017) dan satu Piala Dunia pada 2006.

Selanjutnya, Butet juga menyabet gelar juara Asian Games dua kali, yakni pada 2006 dan 2015, serta empat medali emas SEA Games (2005, 2007, 2009, 2011).

Lalu, 24 medali emas BWF Super Series tercatat pernah dimenangkan Butet, yaitu Malaysia Open (2009, 2016), All England (2012, 2013, 2014), India Open (2011, 2012, 2013), Indonesia Open (2008, 2017), Singapore Open (2008, 2010, 2013, 2014), French Open (2009, 2014, 2017), China Masters (2007), China Open (2007, 2013, 2016) dan Hong Kong Open (2007, 2016).

Kemudian, ada 10 medali emas yang berhasil dikumpulkan Butet di kejuaraan BWF Grand Prix dan lima medali emas dari turnamen lainnya.

Sepuluh medali emas BWF Grand Prix itu, di antaranya Filipina Open (2007), Malaysia Masters (2010, 2011), Macau Open (2010, 2011, 2012), Indonesia Masters (2010, 2012, 2015) dan Swiss Open (2012). Sedangkan lima medali emas lainnya berasal dari dari turnamen Singapore Open (2004, 2006), Indonesia Open (2005), Korea Open (2006) dan Chinese Taipei Open (2006).

Walaupun gagal menutup karier dengan gelar juara di Indonesia Masters 2019, Butet tetap merasa bersyukur karena masih berkesempatan untuk tampil di hadapan para penggemarnya di Istora Senayan bersama Tontowi.

“Saya bersyukur, di akhir karier saya ini, saya masih didampingi Tontowi, bahkan bisa sampai ke final Indonesia Masters 2019. Saya benar-benar pensiun dengan tenang,” ucap Butet.

 

Usai gantung raket

Setelah memutuskan untuk mengakhiri kariernya di dunia bulu tangkis, kini Liliyana mulai mencoba peruntungan di bidang yang baru, yaitu bisnis.

Butet pun mengaku senang dan bersemangat untuk menjajal dunia baru tersebut lantaran mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya.
 

Saat ini, perempuan kelahiran Manado, Sulawesi Utara pada 9 September 1985 itu mengaku sudah mulai merintis bisnis spa dan pijat olahraga.

Namun, tidak akan berhenti sampai di situ, Butet juga memiliki keinginan untuk merambah bidang usaha lain ke depannya.

“Yang pasti, saya ingin mengembangkan bisnis saya sampai jadi, sampai sukses. Sekarang ini, usaha yang baru saya rintis adalah spa dan pijat olahraga. Tapi ke depannya mungkin saya akan mencoba bergerak di bidang yang lain lagi, yaitu properti dan 'money changer',” tutur Butet.

Selain spa dan pijat olah raga, pada awal Oktober 2019, Butet juga mulai berinvestasi di usaha rintisan (startup) yang bergerak di bidang belanja ritel. Bersama Roni Irawan, keduanya membangun sebuah platform perbelanjaan daring (online) bernama Troli yang turut menggandeng mitra warung Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai rekan usahanya.

“Saya tertarik menekuni bisnis ini karena saya memang senang menggunakan berbagai aplikasi startup, dan saya tertarik dengan konsep yang ditawarkan oleh foundernya (Roni Irawan). Sebagai investor sekaligus komisaris, saya berharap aplikasi ini bisa diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Butet.

Meskipun kini sudah tidak lagi menggeluti olahraga tepok bulu, Butet mengaku masih sering berkomunikasi dengan rekan-rekan maupun juniornya di pelatnas PBSI untuk memberikan semangat dan berbagi tips di lapangan.

Komunikasi tersebut terus dijaganya dengan baik karena dia mengaku ingin melihat juara-juara baru yang lahir di dunia bulu tangkis.

Disamping itu, mundurnya Butet juga dibarengi dengan niatnya untuk membuka jalan yang lebar bagi generasi penerus, terutama di sektor ganda campuran.

“Saya mundur bukan untuk menjauh. Saya mundur untuk memberi jalan dan kesempatan kepada junior-junior saya. Saya ingin mereka menjadi juara baru yang mampu membela sekaligus mengharumkan nama Indonesia kedepannya,” ungkap Butet.