UI ciptakan peta mobilitas warga dan persebaran COVID-19
Selasa, 10 November 2020 10:29 WIB
Kendaraan warga memadati ruas jalan jalur Puncak, Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/10/2020), pada masa libur dan cuti bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tim Sinergi Mahadata UI membuat peta mobilitas warga dan persebaran COVID-19 berdasarkan pergerakan warga. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Depok (ANTARA) - Akademisi lintas fakultas Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap COVID-19 membuat peta mobilitas warga dan persebaran kasus COVID-19 di Indonesia dengan menggunakan data dari Facebook.
Ketua Peneliti Prof. Dr. dr. Budi Wiweko mengatakan bahwa peta yang bisa diakses melalui laman resmi Sinergi Mahadata UI tersebut dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan pengendalian COVID-19 di Indonesia.
"Peta ini bertujuan untuk menilai indeks mobilitas masyarakat serta penambahan kasus harian COVID-19 di daerah yang memberlakukan PSBB maupun tidak, serta melakukan pemetaan geospasial secara semi real-time," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas pada Selasa.
Wakil Direktur Pengembangan Bisnis dan Inovasi Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran UI itu mengatakan, pemerintah pusat dan daerah bisa menggunakan peta tersebut untuk mengevaluasi kebijakan terkait pengendalian mobilitas masyarakat dan efektivitasnya dalam menurunkan kasus COVID-19.
"Peta dapat pula menjadi sumber data dalam mengevaluasi strategi physical distancing (menjaga jarak) dalam menurunkan kasus COVID-19," katanya.
Peta mobilitas dan persebaran COVID-19 Tim Sinergi Mahadata UI dibuat berdasarkan data pengguna aplikasi Facebook yang mengizinkan riwayat lokasinya dicatat, yang dibagikan melalui program Facebook Data for Good.
Data-data tersebut kemudian diagregasi secara anonim sehingga individu yang membagi datanya tidak bisa ditelusuri.
"Selain itu pada data yang diagregasi juga dilakukan spatial smoothing dan penambahan random noise untuk menjaga kerahasiaan data," kata penggagas peta mobilitas dan Wakil Ketua Tim Peneliti dr. Damar Susilaradeya.
Peneliti dari IMERI Fakultas Kedokteran UI itu mengatakan, peta tersebut menyediakan data perubahan mobilitas dan persentase kepatuhan warga untuk tinggal di rumah saja.
Ia mengatakan, peta mobilitas juga merekam penambahan harian kasus COVID-19 di tingkat provinsi berbasis data dari KawalCovid.
Peta mobilitas antara lain menunjukkan mobilitas warga pada hari raya keagamaan dan hari libur.
Dari peta itu bisa diketahui bahwa pada 29 Oktober 2020, saat libur dan cuti bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kepatuhan warga tinggal di rumah tinggi di Kalimantan Utara, DKI Jakarta, dan Sulawesi Barat. Sedangkan tingkat kepatuhan warga tinggal di rumah di Kepulauan Bangka Belitung, Bali, dan Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong rendah.
Damar mengemukakan pentingnya komunikasi risiko yang baik untuk mengurangi bias optimisme dan mengubah persepsi hambatan dalam menjalankan protokol kesehatan untuk mengendalikan penularan COVID-19.
Menurut dia, pemerintah perlu menekankan pesan kunci bahwa siapapun bisa terkena COVID-19 dan mematuhi protokol kesehatan lebih nyaman daripada sakit karena COVID-19.
Ketua Peneliti Prof. Dr. dr. Budi Wiweko mengatakan bahwa peta yang bisa diakses melalui laman resmi Sinergi Mahadata UI tersebut dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan pengendalian COVID-19 di Indonesia.
"Peta ini bertujuan untuk menilai indeks mobilitas masyarakat serta penambahan kasus harian COVID-19 di daerah yang memberlakukan PSBB maupun tidak, serta melakukan pemetaan geospasial secara semi real-time," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas pada Selasa.
Wakil Direktur Pengembangan Bisnis dan Inovasi Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran UI itu mengatakan, pemerintah pusat dan daerah bisa menggunakan peta tersebut untuk mengevaluasi kebijakan terkait pengendalian mobilitas masyarakat dan efektivitasnya dalam menurunkan kasus COVID-19.
"Peta dapat pula menjadi sumber data dalam mengevaluasi strategi physical distancing (menjaga jarak) dalam menurunkan kasus COVID-19," katanya.
Peta mobilitas dan persebaran COVID-19 Tim Sinergi Mahadata UI dibuat berdasarkan data pengguna aplikasi Facebook yang mengizinkan riwayat lokasinya dicatat, yang dibagikan melalui program Facebook Data for Good.
Data-data tersebut kemudian diagregasi secara anonim sehingga individu yang membagi datanya tidak bisa ditelusuri.
"Selain itu pada data yang diagregasi juga dilakukan spatial smoothing dan penambahan random noise untuk menjaga kerahasiaan data," kata penggagas peta mobilitas dan Wakil Ketua Tim Peneliti dr. Damar Susilaradeya.
Peneliti dari IMERI Fakultas Kedokteran UI itu mengatakan, peta tersebut menyediakan data perubahan mobilitas dan persentase kepatuhan warga untuk tinggal di rumah saja.
Ia mengatakan, peta mobilitas juga merekam penambahan harian kasus COVID-19 di tingkat provinsi berbasis data dari KawalCovid.
Peta mobilitas antara lain menunjukkan mobilitas warga pada hari raya keagamaan dan hari libur.
Dari peta itu bisa diketahui bahwa pada 29 Oktober 2020, saat libur dan cuti bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kepatuhan warga tinggal di rumah tinggi di Kalimantan Utara, DKI Jakarta, dan Sulawesi Barat. Sedangkan tingkat kepatuhan warga tinggal di rumah di Kepulauan Bangka Belitung, Bali, dan Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong rendah.
Damar mengemukakan pentingnya komunikasi risiko yang baik untuk mengurangi bias optimisme dan mengubah persepsi hambatan dalam menjalankan protokol kesehatan untuk mengendalikan penularan COVID-19.
Menurut dia, pemerintah perlu menekankan pesan kunci bahwa siapapun bisa terkena COVID-19 dan mematuhi protokol kesehatan lebih nyaman daripada sakit karena COVID-19.
Pewarta : Feru Lantara
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Daerah harus tingkatkan kesiapan antisipasi lonjakan mobilitas warga
10 December 2021 7:22 WIB, 2021
Pengendalian COVID-19 harus konsisten karena mobilitas warga meningkat
29 October 2021 10:50 WIB, 2021
Kakorlantas: Perlu pengaturan pembatasan mobilitas di daerah perbatasan
10 September 2021 16:07 WIB, 2021