"Bersama keempat teman saya membuah karya ilmiah yang diberi judul 'E-Rainbow-Zyme: An Alternative Innovation of Waste Reduction for Environmentally Friendly and Non-Toxic Mopping Liquid'," kata Annisa Zahra saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di Semarang, Rabu.
Dirinya bersama Rahajeng Gianata Amalina, Anggito Khayru Nafis, Satria Ibtibhawira Nezar Natalegawa, dan guru pendamping berkesempatan berbincang langsung dengan Wagub Jateng di rumah dinas.
Ia menjelaskan bahwa karya ilmiah ini dilatarbelakangi banyaknya sampah organik yang dihasilkan di Indonesia dan adanya penumpukan sampah menimbulkan dampak ketidakseimbangan ekosistem lingkungan.
Menurut dia, berbagai cara dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah, salah satunya dengan pembuatan ekoenzym atau larutan yang dibuat dari hasil fermentasi limbah organik khususnya kulit buah dan sayuran.
"Penelitian ini menggunakan hasil fermentasi kulit buah seperti kulit apel, kulit jeruk, kulit lemon, kulit semangka, kulit manggis, juga bahan sisa sayuran yaitu batang bayam, kulit terong, dan bahan organik lain seperti bunga telang yang kami kembangkan menjadi E-Rainbow-Zyme," ujarnya.
Hasil penelitian tersebut berupa cairan pembersih dari bahan-bahan sampah organik yang mampu membersihkan lantai dan menangkal virus.
Wakil Kepala Sekolah SD Isriati Baiturrahman 1 Sri Lestari yang juga sebagai pembimbing tim menambahkan anak-anak didiknya berhasil meraih medali perak (silver) atau juara II setelah bertarung menghadapi 400 tim yang berasal dari 35 negara.
"Dengan menggunakan limbah rumah tangga atau sampah organik seperti kulit buah lemon, manggis, apel dan sisa sayuran dapat dimanfaatkan menjadi cairan pembersih lantai antivirus," katanya.
Selanjutnya, hasil karya ilmiah ini akan kembali diikutikan pada kompetisi lanjutan yang merupakan pengembangan hasil penelitian sebelumnya.
Sementara itu, Wagub Jateng yang akrab disapa Gus Yasin mengaku bangga dengan pelajar SD karena meski masih usia sekolah dasar, namun prestasinya patut diacungi jempol karena sudah di tingkat internasional, apalagi kompetisi yang diikuti di ilmu pengetahuan.
"Ini perlu kita dorong untuk menyemangati dan tentu kami dari Jateng sendiri juga bangga. Ada dari sekian anak didik yang mengikuti lomba internasional, bahkan diikuti puluhan negara," ujarnya.