Semarang (ANTARA) - Kemajuan industri teknologi informasi pada era 4.0 memengaruhi peran dan fungsi setiap kelembagaan, salah satunya Divisi Humas Polri.

Humas Polri kini memiliki peran sentral. Bukan sekadar tukang jepret dan bicara. Semua polisi di luar unit humas juga harus punya kemampuan komunikasi publik atau public speaking yang baik.

Humas Polri dituntut selalu siap dan mampu menganalisis media, memproduksi berita positif, konten kreatif, serta mendiseminasi berita melalui semua platform media.

Tujuannya, opini dan sentimen publik dapat dikelola untuk memberi dampak positif pada organisasi.

Untuk itu, perlu memperkuat sistem informasi, komunikasi, dan manajemen kinerja melalui perencanaan dan pelaksanaan kegiatan manajemen media secara baik saat ini.

Dalam fungsi pemberitaan, Humas Polri selalu proaktif menanggapi dan memberikan informasi. Ketepatan dan kecepatan merupakan hal mutlak guna meminimalisasi beredarnya rumor negatif  yang membuat masyarakat resah.

Jangan sampai sentimen publik tak berimbang, jangan sampai masyarakat hilang kepercayaan.

Dinamika organisasi dan pesatnya perkembangan media, termasuk media sosial, tak dapat dimungkiri, juga tak dapat dihindari memengaruhi pola pikir dan penilaian terhadap Polri. Kepercayaan (trust) masyarakat harus diraih dan dijaga.

Jangan sampai hilang kepercayaan 
Sering kita membaca sebuah kejadian dari satu sisi saja. Celakanya bila yang dibaca adalah opini yang terbentuk dan tak berdasar fakta. Atau opini tersebut agenda setting sengaja di lempar ke publik, lalu dibangun melalui media berita dan media sosial untuk mempengaruhi sebuah keputusan, sebuah  proses peradilan. Bahkan seolah-olah opini telah mengalahkan hukum sebagai ‘panglima’ penegak hukum.

Oleh sebab itu, Humas Polri harus juga jeli melihat dari segala sisi, pun memaksimalkan manfaat keberadaan media sosial. Jangan biarkan opini liar tidak dijawab.

Media sosial paling banyak digunakan publik. Medsos telah menawarkan cara membangun komunikasi, mengubah pola interaksi sosial, cara berkomunikasi lebih efektif, mengubah dengan cepat perilaku dan gaya hidup, membangun komunitas, serta mampu membentuk persepsi dan opini publik secara cepat.

Sering kali kita melihat unggahan (posting) pada sebuah media yang menanamkan mindset kepada publik yang fokusnya hanya pada keburukan Polri,  sedangkan usaha dan kegiatan dalam menjaga keamanan masyarakat dianggap hal yang biasa dan tidak menarik untuk dipublikasikan.

Lantas ‘kekosongan itu’ siapa yang akan memublikasikan? Ya, polisi sendirilah yang harus memublikasikan dengan mengolah dan mengelola berita sendiri. Baik dalam cakupan media lokal, nasional, bahkan internasional. Kembali lagi, Humas Polri berperan sebagai leading sector pemberitaan.

Humas Polri harus mampu memanfaatkan kecepatan dalam memberitakan fakta yang sebenarnya. Ibarat keran air, keran informasi publik Humas Polri harus mengimbangi derasnya keran informasi di media sosial.

Mengapa demikian? Karena publik saat ini memiliki kecenderungan mencari berita di media sosial, di mesin pencari berita untuk menjawab pertanyaannya, untuk lebih meyakini berita yang menurutnya benar.

Bila masyarakat mendapatkan literasi yang salah maka opini negatif publik pun akan terbentuk dengan cepat dan seolah benar.

Filsuf Jurgen Habermas menyebut tak ada pengetahuan yang berdiri sendiri tanpa didampingi oleh kepentingan. Begitu juga banyak lembaga analisis dengan berbagai kepentingannya. Makin berita tak berimbang di media maka analisis pada suatu peristiwa pun dapat menjadi pengadilan publik dan pengadilan media.

Humas Polri harus siap dengan strategi pengolahan isu, penyampaian klarifikasi, dan amplifikasi/diseminasi berita positif. Hakikatnya humas dibentuk untuk mengurangi kerusakan pada citra organisasi (Karyoto: 2012 ).

Humas Polri siap jawab tantangan
Kebutuhan manusia bukan lagi terfokus pada sandang, pangan, dan papan. Saat ini informasi menjadi kebutuhan sehari-hari si makhluk sosial.

Bila dahulu di lingkungan Polri hanya mengenal lima fungsi yaitu reserse, intel, lalu lintas, sabhara, dan binmas sebagai fungsi terdepan dalam melaksanakan tugas maka saat ini peran humas menjadi mengemuka. Fungsi humas menjadi salah satu yang terpenting dalam pelaksanaan tugas Polri.

Informasi mengenai dunia kepolisian mendapat perhatian penting dari publik seperti ungkap kasus kriminalitas, penangkapan teroris, ungkap kasus narkoba, termasuk juga kegiatan humanis kepolisian seperti vaksinasi massal, santunan pada warga membutuhkan serta kegiatan-kegiatan anggota Polri secara individual yang membawa dampak bagi masyarakat.

Selain dalam hal pemberitaan dalam rangka membangun kemitraan dengan media, Humas Polri sangat perlu bekerja sama dengan media konvensional maupun arus utama. Media adalah mitra terpenting Humas Polri

Kerja sama yang dijalin tersebut bersifat sinergis baik formal maupun informal. Bentuk kegiatan yang bersifat informal seperti diskusi dan forum pertemuan diharap mampu menciptakan kesamaan pandangan jika berbicara kepentingan bangsa dan negara serta stabilitas keamanan. Hal ini hanya dapat diciptakan melalui komunikasi.

Dengan kesamaan pandangan yang tercipta, media dapat membantu tugas Polri khususnya dalam menciptakan stabilitas keamanan.

Media diharapkan mampu menjadi rekan Polri dalam memberikan informasi kamtibmas pada masyarakat serta turut menstabilkan situasi kamtibmas melalui berita yang santun, akurat, faktual, serta mendorong masyarakat menuju hal-hal yang bersifat positif.

Polri memiliki SDM begitu besar, dengan jumlah anggota di Indonesia saat ini sekitar 460.000 ribu personel.

Dilihat dari  rasio kekuatan fisik dengan jumlah penduduk memang masih kurang, namun saat ini adalah abad asimetri, di mana melalui media sosial  penguasaan opini publik dapat dengan mudah tercakup.

Medsos akan menjadi kartu truf bagi keberhasilan Polri dalam menjalankan visi, misi, dan strateginya belum dimanfaatkan secara maksimal menjadi follower yang militan dalam medsos

Tidak ada yang tidak melek media sosial saat ini, termasuk bagi anggota Polri sendiri. Apabila seluruh anggota polri adalah follower medsos Polri yang militan, ketika ada berita yang menggiring opini negatif, semua anggota Polri secara serentak bersama sama melakukan upaya counter opini.

Kekuatan opini ini akan lebih kuat dan dahsyat lagi bila di tambah dengan anak istri polisi, keluarga besar Polri, mitra Polri, serta komunitas-komunitas yang tergalang secara militan.

Apabila semua komponen tadi  dapat di manfaatkan secara maksimal dalam wadah media sosial, posisi Polri akan tampak begitu tangguh dan luar biasa besar untuk melakukan sebuah perubahan.

Bila jaringan humas hidup maka Polri bukan hanya mampu mendikte masyarakat dengan informasi yang berhubungan dengan dunia kepolisian, namun juga mampu mendikte opini publik di ruang yang lain. ***

*Penulis adalah Kabidhumas Polda Jateng