Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, melakukan asesmen terhadap dampak banjir yang menggenangi wilayah Kota Cilacap pada Kamis (27/4) malam.

"Hingga saat ini kami masih melakukan asesmen. Banjir yang terjadi semalam memang luar biasa dan selama puluhan tahun baru kali ini terjadi banjir sebesar itu karena tinggi genangannya mencapai dada orang dewasa (sekitar 70 centimeter, red.)," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi di Cilacap, Jumat.

Menurut dia, banjir tersebut dipicu oleh hujan lebat yang terjadi sejak pukul 18.00 WIB dan berlangsung kurang lebih selama lima jam, selanjutnya genangan banjir di sejumlah wilayah Kota Cilacap surut sejak Jumat (28/4) dini hari.

Ia mengakui jika sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai dengan petir dan angin kencang.

"Peringatan dini tersebut memang selalu dikeluarkan BMKG setiap kali ada potensi cuaca ekstrem. Kami akan coba tanyakan ke BMKG terkait dengan data curah hujan yang memicu terjadinya banjir tersebut," tegasnya.

Ia menduga genangan banjir tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh hujan lebat yang berlangsung selama lima jam, juga karena adanya drainase yang tersumbat sehingga air hujan tidak bisa masuk ke sungai yang bermuara di Pantai Teluk Penyu, salah satunya Sungai Kaliyasa.

Menurut dia, dugaan tersebut muncul karena berdasarkan laporan saat terjadi banjir, permukaan air di Sungai Kaliyasa masih dalam sehingga bisa masuk ke Pantai Teluk Penyu.

Oleh karena itu, kata dia, personel BPBD Kabupaten Cilacap juga diminta untuk melakukan asesmen terhadap sejumlah saluran air di wilayah Kota Cilacap guna mengetahui titik-titik drainase yang bermasalah.

Lebih lanjut, Wijonardi mengatakan banjir yang menggenangi Kota Cilacap pada Kamis (27/4) malam merupakan ujian terbesar baginya yang akan memasuki masa pensiun per tanggal 1 Mei 2023.

Saat banjir itu mulai terjadi, dia selaku Kalak BPBD Kabupaten Cilacap telah memerintahkan semua pihak termasuk sukarelawan dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk segera melakukan langkah antisipasi.

Akan tetapi, lanjut dia, respons yang diberikan terhadap perintah tersebut sangatlah lambat.

"Hanya dari MDMC yang cepat memberikan respons dengan membuka posko pengungsian di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Kami juga berterima kasih kepada jajaran TNI-Polri yang langsung bergerak, termasuk Kapolresta Cilacap bersama anggotanya turun ke lokasi banjir," katanya.

Terkait dengan kejadian tersebut, dia mengaku masih ragu terhadap kesiapsiagaan Cilacap dalam menghadapi bencana tsunami seiring dengan adanya potensi gempa Megathrust di laut selatan Jawa.

Padahal, kata dia, saat sekarang telah ada Surat Edaran Bupati Cilacap terkait dengan delapan klaster penanggulangan bencana, namun ternyata klaster-klaster yang terbentuk belum terbiasa berkomunikasi dalam kebencanaan.

Dari delapan klaster tersebut, baru Klaster Kesehatan yang menunjukkan kesiapannya dengan menggelar simulasi di Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Cilacap.

"Ini menjadi pelajaran berharga menjelang berakhirnya masa dinas saya. Kami berharap bahwa kesiapsiagaan terhadap bencana di Cilacap sudah betul-betul siap," katanya.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Cilacap, jumlah warga yang mengungsi saat terjadi banjir pada Kamis (27/4) malam mencapai 224 jiwa yang tersebar di sejumlah lokasi pengungsian.