Korea Selatan, investor asing terbanyak di Jateng
Kamis, 17 Agustus 2023 5:05 WIB
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra (kanan), didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng Ndari Surjaningsih, saat menyampaikan pernyataan kepada media, di Kantor BI Jateng,Semarang, Rabu (16/8/2023). (ANTARA/HO-BI Jateng)
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa investasi asing terbanyak di provinsi tersebut berasal dari Korea Selatan yang tersebar di berbagai wilayah.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng Ndari Surjaningsih, di Semarang, Rabu, menyebutkan nilai investasi Korsel di Jateng pada semester pertama 2023 mencapai sekitar 98,4 ribu dollar AS.
Menurut dia, investasi yang ditanamkan Korsel di Jateng di antaranya merupakan investasi baru, dan sebagian lainnya merupakan relokasi dari provinsi lain, seperti Jawa Barat.
"Korea Selatan ini investasi paling banyak ada di industri alas kaki. Kemarin kan ada pabrik sepatu dari Jawa Barat pindah ke daerah Jepara dan Brebes (Jateng)," katanya.
Padahal, diakuinya, industri alas kaki selama ini memang sebagai sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang besar. Korsel juga berinvestasi di industri baterai listrik dan keramik.
Dalam berinvestasi di Jateng, kata dia, para pengusaha asal Negeri Ginseng ternyata tidak hanya berkonsentrasi investasi di kawasan industri, tetapi juga di luar kawasan industri.
Artinya, Ndari menegaskan bahwa Jateng masih dipandang sebagai wilayah yang menjanjikan bagi investor untuk berinvestasi, baik untuk penanaman modal dalam negeri (PMDM) maupun penanaman modal asing (PMA).
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra mengakui ada beberapa perusahaan dari Jabar yang melakukan relokasi usaha ke Jateng karena berbagai faktor pertimbangan.
"Kenapa? Karena Jateng ini upah buruh masih kompetitif dibandingkan provinsi lain di Jawa. Selain itu, efisiensi penggunaan modal, atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR)," katanya.
Ia menyebutkan bahwa ICOR Jateng tercatat 5,97 atau lebih efisien daripada ICOR nasional yang mencapai 6,35 sehingga menjadi daerah yang dilirik banyak pengusaha untuk berinvestasi.
"Capital itu modal, segala macam modal, baik tenaga kerja, uang (finance), sumber daya alam. Karena 'output'-nya mungkin lebih optimal dibandingkan modal yang digunakan," katanya.
Bersamaan dengan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2023 yang bakal digelar pada 21-22 Agustus 2023, BI Jateng juga telah melakukan kunjungan ke sejumlah kedutaan besar, termasuk Korsel.
Untuk mendukung pencapaian hasil investasi yang tinggi, kata dia, CJIBF telah menghadirkan serangkaian agenda pendahuluan, seperti kunjungan ke kedubes yang memiliki potensi investasi dan pengembangan ekonomi dengan Jateng.
"Kami kunjungan ke kedutaan negara-negara asing di Jakarta, yakni Uni Emirat Arab, Thailand, dan Korsel. Ketiganya cukup banyak investasi di Jateng, terutama Korsel," pungkasnya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng Ndari Surjaningsih, di Semarang, Rabu, menyebutkan nilai investasi Korsel di Jateng pada semester pertama 2023 mencapai sekitar 98,4 ribu dollar AS.
Menurut dia, investasi yang ditanamkan Korsel di Jateng di antaranya merupakan investasi baru, dan sebagian lainnya merupakan relokasi dari provinsi lain, seperti Jawa Barat.
"Korea Selatan ini investasi paling banyak ada di industri alas kaki. Kemarin kan ada pabrik sepatu dari Jawa Barat pindah ke daerah Jepara dan Brebes (Jateng)," katanya.
Padahal, diakuinya, industri alas kaki selama ini memang sebagai sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang besar. Korsel juga berinvestasi di industri baterai listrik dan keramik.
Dalam berinvestasi di Jateng, kata dia, para pengusaha asal Negeri Ginseng ternyata tidak hanya berkonsentrasi investasi di kawasan industri, tetapi juga di luar kawasan industri.
Artinya, Ndari menegaskan bahwa Jateng masih dipandang sebagai wilayah yang menjanjikan bagi investor untuk berinvestasi, baik untuk penanaman modal dalam negeri (PMDM) maupun penanaman modal asing (PMA).
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra mengakui ada beberapa perusahaan dari Jabar yang melakukan relokasi usaha ke Jateng karena berbagai faktor pertimbangan.
"Kenapa? Karena Jateng ini upah buruh masih kompetitif dibandingkan provinsi lain di Jawa. Selain itu, efisiensi penggunaan modal, atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR)," katanya.
Ia menyebutkan bahwa ICOR Jateng tercatat 5,97 atau lebih efisien daripada ICOR nasional yang mencapai 6,35 sehingga menjadi daerah yang dilirik banyak pengusaha untuk berinvestasi.
"Capital itu modal, segala macam modal, baik tenaga kerja, uang (finance), sumber daya alam. Karena 'output'-nya mungkin lebih optimal dibandingkan modal yang digunakan," katanya.
Bersamaan dengan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2023 yang bakal digelar pada 21-22 Agustus 2023, BI Jateng juga telah melakukan kunjungan ke sejumlah kedutaan besar, termasuk Korsel.
Untuk mendukung pencapaian hasil investasi yang tinggi, kata dia, CJIBF telah menghadirkan serangkaian agenda pendahuluan, seperti kunjungan ke kedubes yang memiliki potensi investasi dan pengembangan ekonomi dengan Jateng.
"Kami kunjungan ke kedutaan negara-negara asing di Jakarta, yakni Uni Emirat Arab, Thailand, dan Korsel. Ketiganya cukup banyak investasi di Jateng, terutama Korsel," pungkasnya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
BPJS Ketenagakerjaan Jateng-DIY per Oktober 2024 salurkan klaim Rp5,4 triliun
14 November 2024 9:03 WIB
SMK Muhammadiyah 1 Prambanan dan PLN Icon Plus Jateng teken MoU Kelas Industri
14 November 2024 8:53 WIB