Semarang (ANTARA) - Bagi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Kongres Ulama Perempuan Indonesia(KUPI) dan Gusdurian ketika mengadakan pertemuan  selain silaturahim juga sebagai sarana untuk sama-sama belajar dari Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid.

Demikian Bu Nyai Badriyah Fayumi memulai diskusi yang bertajuk "Gus Dur dan Kebijakan Adil Gender", di Ruang Teater Gedung KH Soleh Darat Rektorat UIN Walisongo Semarang pada Rabu (30/8/2023).

Kegiatan ini diikuti oleh 200 peserta dari Mahasiswa dan Gusdurian. Acara ini menghadirkan beberapa tokoh penting, yaitu Nyai.Hj.Badriyah Fayumi,Lc.,M.A. selaku Ketua Majelis Musyawarah KUPI dan pidato kunci  Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Imam Taufiq,M.Ag. serta sambutan dari Jay Akhmad selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian. 

Gus Dur memorial Lecture ini merupakan ruang akademik untuk menyampaikan gagasan KH.Abdurrahman Wahid  dengan Tema “ Belajar Dari Gus Dur: Gus Dur dan Kebijakan Adil Gender”. 

“Gus Dur itu seperti buku yang tidak ada tamat-tamatnya, biasanya kalau kita membaca buku semakin banyak yang belum kita ketahui dan perlu dicari tahu,” kata Bu Nyai Badriyah, Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur'an wal Hadits, Kota Bekasi.

Dalam tulisan-tulisan, jelas Bu Nyai Badriyah, Gus Dur minim sekali membahas tentang gender. Namun secara tindakan perbuatan dan kebijakan sudah melakukan dalam kehidupan sehari-hari, menjunjung tinggi martabat perempuan.

“Kebijakan penting dari Gus Dur terkait keadilan dan kesetaraan gender itu dikeluarkan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, bila dilihat di konsideran secara eksplisit Inpres ini dalam rangka mendudukkan, peran kualitas perempuan,” jelas Bu Nyai yang juga Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI).

Kebijakan lain juga, lanjut Bu Nyai Badiyah, Gus Dur melakukan perubahan nomenklatur dari Menteri Negara Urusan Peranan Wanita menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.

Dalam sambutan, Prof Imam Taufiq, Rektor UIN Walisongo Semarang, menyatakan Gus Dur adalah beyond everything, melampaui segalanya, karena Gus Dur tidak melihat lagi fisik, namun lebih melihat pada hakikat, aspek moral dan kemanusiaan. 

“Bagi saya Gus Dur adalah beyond everything, melampui segalanya, karena Gus Dur tidak melihat lagi fisik, namun lebih melihat pada hakikat, aspek moral dan kemanusian, Gus Dur melihat aspek moral, bukan struktur, Gus Dur meletakkan ukhwah insaniyyah dan ukhuwah wathoniyyah di atas dalam kehidupan,” kata Prof Imam Taufiq ketika memberikan keynote speech.

Pada kesempatan itu juga, Jay Ahmad, Koordinator Sekretariat Nasional Gusdurian, menyatakan kegiatan Gus Dur Memorial Lecture Goes to Campus pada tahun ini diselenggarakan di 4 (empat) kampus, UIN Walisongo Semarang, UIN Tulungagung, ISIF Cirebon dan UNU Yogyakarta.

“Kegiatan ini bukan untuk mengaungkan nama Gus Dur, namun meneladani Gus Dur dengan sanad yang sahih, karena banyak orang yang jualan nama Gus Dur, meski tidak kenal Gus Dur, yang dijual ini adalah melanjutkan perjuangan dan pemikiran Gus Dur”, kata Jay Ahmad.

Hadir dalam kegiatan Goes to Campus Gus Dur Memorial Lecture, perwakilan Jaringan Gusdurian Semarang, para Aktifis Lintas Agama, Puan Hayati, dan mahasiswa UIN Walisongo Semarang. ***