Semarang (ANTARA) - Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Corner UIN Walisongo bersama HMJ Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) mengadakan seminar nasional bertema “Implementasi dan Tantangan Penafsiran Al-Qur’an terhadap Peran Perempuan”, Senin (9/10).

Kegiatan ilmiah itu sebagai bentuk  komitmen mewujudkan kesetaraan perempuan sekaligus memperingati Harlah Ke-33 Prodi IAT UIN Walisongo Semarang.

Kegiatan berlangsung di Auditorium Prof. Ahmad Ludjito Kampus 1 UIN Walisongo  dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Dr (H.C) K.H. Husein Muhammad, Pendiri dan Pembina Fahmina Institute Cirebon serta Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Kudus, Dr. Hj. Nur Mahmudah, M.A. 

Husein Muhammad menyampaikan dalam memahami Al Quran tidak cukup dengan membaca makna teks Al Quran saja, tetapi harus mencari logika dari teks tersebut. Artinya tidak berhenti pada makna tekstual tetapi harus mengetahui mengapa dan bagaimana ayat itu turun.

“Setiap teks termasuk Al Quran hadir untuk merespons kasus dari realita yang terjadi. Sehingga dalam memahami teks bukan hanya secara tekstual saja tetapi kontekstual yang hadir dalam teks tersebut. Setiap teks mengandung 4 lapis makna. Orang yang berakal adalah orang yang melihat ruh dari sesuatu dan tidak terjebak hanya dalam tekstual semata," ujar Buya Husein yang merupakan sapaan akrab beliau.

Dalam pemaparan materinya, Nur Mahmudah memaparkan bahwa kesetaraan gender bukan berarti apple to apple, tetapi keadilan dan kesetaraan gender memiliki indikator-indikator seperti akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. 

“Terdapat empat indikator kesetaraan, pertama adalah akses, akses yang setara dan memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Kedua adalah partisipasi, laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan dalam berpartisipasi serta memiliki kontribusi yang sama untuk menyuarakan hal-hal positif,”ujarnya.

“Selanjutnya dalam pengambilan keputusan perempuan harus terlibat dalam mengkontrol keputusan-keputusan, perempuan perlu mengkontrol keputusan agar sesuai dengan kebutuhan dan keperluan perempuan, agar keputusan-keputusan yang diambil dapat memberikan manfaat bagi laki-laki dan perempuan” pungkasnya.

Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 260 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, santri, delegasi Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir dan Hadits Indonesia (FKMTHI) se-Jateng dan DIY serta tamu undangan lainnya. ***