DWP Jateng deteksi dini cegah remaja bunuh diri
Sabtu, 18 November 2023 16:16 WIB
Seorang mahasiswi memainkan wayang bertema stop perundungan saat peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia di Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (10/10/2023). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/Spt.
Semarang (ANTARA) - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Jawa Tengah ikut melakukan pendampingan dan deteksi dini penanganan berbagai permasalahan psikologis remaja sebagai bentuk kepedulian sekaligus upaya mencegah kasus bunuh diri yang marak belakangan ini.
“Banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan remaja membuat kami tergerak untuk mengadakan edukasi permasalahan psikologi remaja ini karena ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat untuk mengatasi masalah yang timbul akhir-akhir ini,” kata Wakil Ketua III DPW Jateng Hesti Harso Susilo di Semarang, Sabtu.
Ia menyebut pendampingan dan deteksi dini penanganan permasalahan psikologis remaja merupakan bentuk kepedulian DWP terhadap keadaan mereka.
Dia meminta anggota DWP Jateng lebih peduli dengan persoalan psikologis remaja sehingga muaranya bisa melakukan pencegahan apabila mendeteksi adanya gangguan psikologis kalangan itu.
“Jadi mereka perlu pendekatan dari orang tua, ayah, ibu. Mereka perlu komunikasi yang baik sehingga anak-anak bisa melakukan kegiatan positif, untuk menghindari hal tersebut,” ujarnya.
Ia mengakui tidak mudah menjadi orang tua karena dibutuhkan berbagai pertimbangan dan kematangan dalam berpikir hingga memutuskan untuk membina rumah tangga.
Ibu sebagai mitra ayah dalam rumah tangga, kata dia, mempunyai fungsi penting dalam merawat dan membesarkan anak.
“Setiap orang tua ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka, keinginan tersebut akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan pada anak-anak. Jangan sampai terjadi kasus remaja yang mengalami depresi dan melakukan usaha percobaan bunuh diri, apalagi sampai bunuh diri,” katanya.
Menurut dia, orang tua memerlukan keterampilan berkomunikasi yang baik, untuk mengenali karakter diri dan anak, memandang diri dan kehidupan agar semua bisa menyikapi dan memperlakukan remaja dengan welas asih, empati, pengertian, tidak menghakimi, serta memberikan kesempatan pada remaja, untuk mengembangkan diri dan harga dirinya, namun tidak memanjakan.
Psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang Novi Qonitatin mengatakan maraknya kasus bunuh diri pada remaja saat ini sebagai permasalahan remaja yang perlu segera ditangani dengan melibatkan berbagai pihak.
Ia mengatakan kesehatan mental menjadi hal penting karena efeknya bisa sampai mengakhiri nyawa.
“Sebetulnya banyak faktor yang melatarbelakangi. Remaja ini dalam masa perubahan, seperti pubertas, perubahan secara fisik, biologis, perubahan sosial,” ujarnya.
Belum lagi masalah akademik persaingan prestasi, sedangkan hal lain seperti tekanan lingkungan, persoalan di dalam keluarga, masalah ekonomi, dan lainnya yang menurut dia bisa menjadi pemicu gangguan psikologis.
Novi berharap, orang tua bisa mendeteksi kondisi tersebut sejak dini yang diawali dengan mendeteksi atau memperhatikan perubahan yang terjadi, misalnya anak yang semula rajin sekolah kemudian menjadi malas.
“Jika deteksi telah ditemukan maka anak bisa terbuka ke orang tua. Komunikasi dengan keterbukaan tersebut menjadi penting,” katanya.
“Banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan remaja membuat kami tergerak untuk mengadakan edukasi permasalahan psikologi remaja ini karena ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat untuk mengatasi masalah yang timbul akhir-akhir ini,” kata Wakil Ketua III DPW Jateng Hesti Harso Susilo di Semarang, Sabtu.
Ia menyebut pendampingan dan deteksi dini penanganan permasalahan psikologis remaja merupakan bentuk kepedulian DWP terhadap keadaan mereka.
Dia meminta anggota DWP Jateng lebih peduli dengan persoalan psikologis remaja sehingga muaranya bisa melakukan pencegahan apabila mendeteksi adanya gangguan psikologis kalangan itu.
“Jadi mereka perlu pendekatan dari orang tua, ayah, ibu. Mereka perlu komunikasi yang baik sehingga anak-anak bisa melakukan kegiatan positif, untuk menghindari hal tersebut,” ujarnya.
Ia mengakui tidak mudah menjadi orang tua karena dibutuhkan berbagai pertimbangan dan kematangan dalam berpikir hingga memutuskan untuk membina rumah tangga.
Ibu sebagai mitra ayah dalam rumah tangga, kata dia, mempunyai fungsi penting dalam merawat dan membesarkan anak.
“Setiap orang tua ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka, keinginan tersebut akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan pada anak-anak. Jangan sampai terjadi kasus remaja yang mengalami depresi dan melakukan usaha percobaan bunuh diri, apalagi sampai bunuh diri,” katanya.
Menurut dia, orang tua memerlukan keterampilan berkomunikasi yang baik, untuk mengenali karakter diri dan anak, memandang diri dan kehidupan agar semua bisa menyikapi dan memperlakukan remaja dengan welas asih, empati, pengertian, tidak menghakimi, serta memberikan kesempatan pada remaja, untuk mengembangkan diri dan harga dirinya, namun tidak memanjakan.
Psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang Novi Qonitatin mengatakan maraknya kasus bunuh diri pada remaja saat ini sebagai permasalahan remaja yang perlu segera ditangani dengan melibatkan berbagai pihak.
Ia mengatakan kesehatan mental menjadi hal penting karena efeknya bisa sampai mengakhiri nyawa.
“Sebetulnya banyak faktor yang melatarbelakangi. Remaja ini dalam masa perubahan, seperti pubertas, perubahan secara fisik, biologis, perubahan sosial,” ujarnya.
Belum lagi masalah akademik persaingan prestasi, sedangkan hal lain seperti tekanan lingkungan, persoalan di dalam keluarga, masalah ekonomi, dan lainnya yang menurut dia bisa menjadi pemicu gangguan psikologis.
Novi berharap, orang tua bisa mendeteksi kondisi tersebut sejak dini yang diawali dengan mendeteksi atau memperhatikan perubahan yang terjadi, misalnya anak yang semula rajin sekolah kemudian menjadi malas.
“Jika deteksi telah ditemukan maka anak bisa terbuka ke orang tua. Komunikasi dengan keterbukaan tersebut menjadi penting,” katanya.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024