Sentra Terpadu Kartini asesmen anak penderita CdLS di Semarang
Selasa, 23 April 2024 16:13 WIB
Petugas Sentra Terpadu Kartini di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melakukan asesmen kepada anak penderita Cornenila de Lange Syndrome (CdLS) di Kota Semarang. ANTARA/HO - Sentra Terpadu Kartini Temanggung
Temanggung (ANTARA) - Sentra Terpadu Kartini Kementerian Sosial di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melakukan asesmen pada anak penderita Cornenila de Lange Syndrome (CdLS) di Kota Semarang.
Kepala Sentra Terpadu Kartini Margowiyono di Temanggung, Selasa, mengatakan asesmen tersebut merupakan langkah awal untuk menentukan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) yang dibutuhkan oleh penerima manfaaf.
Kegiatan asesmen itu dilaksanakan oleh pekerja sosial dan okupasi terapis.
"Asesmen ini menyasar empat anak dengan CdLS bertujuan untuk menggali masalah, kebutuhan yang diperlukan, dan mencari potensi yang dimiliki anak tersebut," katanya.
Menurut dia, sebelumnya Sentra Terpadu Kartini di Temanggung telah memberikan Atensi berupa layanan aksesibilitas terapi khusus bagi salah satu penderita CdLS di Kabupaten Temanggung.
"Satu tahun terakhir, kami telah memberi layanan terapi khusus kepada satu penderita CdLS. Perkembangannya cukup signifikan," katanya.
Dia mengatakan, asesmen yang dilakukan tersebut ke depan akan intens memberi layanan Atensi kepada penderita CdLS yang lain karena selama ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Ketua Yayasan Sindrome Cornelia Indonesia Joko Supeno menyampaikan bahwa saat ini ada 79 penderita CdLS di Indonesia yang tergabung dalam komunitas dan yayasan.
Dia mengatakan, orang tua dengan anak CdLS selama ini masih berjuang sendiri-sendiri. Bahkan, banyak di antara orang tua yang sebelumnya tidak mengetahui kelainan genetik yang dialami anak mereka.
"Kami sudah pernah ditolong oleh Sentra Terpadu Kartini di Temanggung. Kebetulan salah satu anak CdLS ada di Temanggung. Kami mohon kepada Kemensos untuk bisa memberikan layanan kepada anak-anak kami yang lain," katanya.
Ia menjelaskan CdLS merupakan kondisi genetik langka yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta memiliki ciri-ciri wajah yang khas.
"Kondisi anak CdLS yang mengalami gangguan fisik, organ dalam, dan mental sangat membutuhkan bantuan baik pemenuhan kebutuhan dasar maupun akses layanan kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menteri PPPA ingin perempuan Indonesia berdaya secara ekonomi
Kepala Sentra Terpadu Kartini Margowiyono di Temanggung, Selasa, mengatakan asesmen tersebut merupakan langkah awal untuk menentukan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) yang dibutuhkan oleh penerima manfaaf.
Kegiatan asesmen itu dilaksanakan oleh pekerja sosial dan okupasi terapis.
"Asesmen ini menyasar empat anak dengan CdLS bertujuan untuk menggali masalah, kebutuhan yang diperlukan, dan mencari potensi yang dimiliki anak tersebut," katanya.
Menurut dia, sebelumnya Sentra Terpadu Kartini di Temanggung telah memberikan Atensi berupa layanan aksesibilitas terapi khusus bagi salah satu penderita CdLS di Kabupaten Temanggung.
"Satu tahun terakhir, kami telah memberi layanan terapi khusus kepada satu penderita CdLS. Perkembangannya cukup signifikan," katanya.
Dia mengatakan, asesmen yang dilakukan tersebut ke depan akan intens memberi layanan Atensi kepada penderita CdLS yang lain karena selama ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Ketua Yayasan Sindrome Cornelia Indonesia Joko Supeno menyampaikan bahwa saat ini ada 79 penderita CdLS di Indonesia yang tergabung dalam komunitas dan yayasan.
Dia mengatakan, orang tua dengan anak CdLS selama ini masih berjuang sendiri-sendiri. Bahkan, banyak di antara orang tua yang sebelumnya tidak mengetahui kelainan genetik yang dialami anak mereka.
"Kami sudah pernah ditolong oleh Sentra Terpadu Kartini di Temanggung. Kebetulan salah satu anak CdLS ada di Temanggung. Kami mohon kepada Kemensos untuk bisa memberikan layanan kepada anak-anak kami yang lain," katanya.
Ia menjelaskan CdLS merupakan kondisi genetik langka yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta memiliki ciri-ciri wajah yang khas.
"Kondisi anak CdLS yang mengalami gangguan fisik, organ dalam, dan mental sangat membutuhkan bantuan baik pemenuhan kebutuhan dasar maupun akses layanan kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menteri PPPA ingin perempuan Indonesia berdaya secara ekonomi
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
PLN kembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu dengan ubah lahan kritis
28 September 2024 15:55 WIB
PLN bersama Kementan luncurkan model Pertanian terpadu kembangkan bahan Co-Firing Biomassa
27 September 2024 15:03 WIB
Resmikan Network Operation Center, PLN Icon Plus dukung infrastruktur ICT di KITB
08 August 2024 17:59 WIB
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kolaborasi Unsoed dan Charoen Phokhand dukung Program Makan Bergizi Gratis
17 January 2025 16:59 WIB