Empat koperasi di Jateng jadi percontohan koperasi hijau
Minggu, 21 Juli 2024 6:34 WIB
Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi saat menyampaikan sambutan pada seminar "Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau Yang Adaptif Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah", di Semarang, Sabtu (20/7/2024). ANTARA/Zuhdiar Laeis
Semarang (ANTARA) - Empat koperasi di wilayah Jawa Tengah menjadi proyek percontohan penerapan program koperasi hijau yang berperan aktif sebagai agen perubahan dengan mengimplementasikan kegiatan-kegiatan produktif bagi anggota dan lembaga dalam proses adaptasi perubahan iklim.
"Kami ada empat koperasi di Jateng yang jadi 'pilot project' koperasi hijau," kata Project Manager Green Cooperative (Adaptation Readiness) Yayasan Rumah Energi (YRE) Bren Wiratsongko, di Semarang, Sabtu.
Hal itu disampaikannya saat seminar "Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau Yang Adaptif Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah" yang dihadiri perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM, pengurus koperasi berbagai daerah, dan pemangku kepentingan terkait.
Empat koperasi itu 4, yakni KK Gardu Tani Gedong Songo di Kabupaten Semarang, KSP Qaryah Thayyibah di Kota Salatiga, KSPPS Usaha Syariah Bersama di Kabupaten Pati, dan KSPPS Tekun Syariah Mandiri di Kabupaten Boyolali.
Bren menjelaskan bahwa koperasi hijau diterapkan pada koperasi yang sudah ada dengan memasukkan unsur kepedulian lingkungan dan perbaikan manajemen, termasuk penerimaan anggota secara inklusif, baik perempuan, difabel, dan kelompok rentan lainnya.
"Koperasi kami tunjuk sebagai agen perubahan karena merupakan organisasi berbasis keterlibatan komunitas atau orang, bukan modal. Beda dengan dunia usaha. Potensi orang melakukan perubahan melalui lembaga jauh lebih besar," katanya.
Sebagai sebuah lembaga keuangan, pendidikan, dan sosial di tingkat tapak, kata dia, koperasi-koperasi di Indonesia telah relatif maju dalam integrasi sosial dan kelayakan ekonomi melalui dukungan untuk beragam kebutuhan pengembangan kebutuhan domestik atau usaha masyarakat skala kecil.
Namun, kata dia, koperasi di Indonesia belum dimaksimalkan potensinya untuk terlibat dalam pembiayaan adaptif iklim (Climate Adaptation Financing), baik dari kegiatan mitigasi maupun adaptasi.
Data BPS pada 2021, dari 127.846 koperasi aktif di Indonesia, baru sebagian kecil yang gerakan usahanya terkait pada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya pembiayaan energi terbarukan, seperti biogas rumah, mikrohidro, maupun panel surya.
"Karena itu, kami berharap (empat koperasi) bisa menjadi sebuah studi kasus sehingga nanti diserahterimakan kepada kementerian supaya direplikasi di koperasi-koperasi lainnya," kata Bren.
Sementara itu, Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan bahwa koperasi hijau menjadi sebuah isu penting ke depan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan lingkungan.
"Koperasi hijau adalah satu dedikasi dalam pengembangan usaha yang dioerientasikan bukan hanya pertumbuhan ekonomi tapi menjaga keberlanjutan usaha yang berbasis pada lingkungan menjadi ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya.
Menurut dia, pelaku usaha koperasi berkepentingan menjaga lingkungan sehingga koperasi hijau sebagai sebuah "framework" diharapkan membangun kesadaran bersama dalam menjalankan usaha koperasi.
Saat ini, kata dia, ada empat koperasi yang jadi percontohan koperasi hijau oleh YRE bersama Kemenkop UKM, namun sebenarnya sudah ada koperasi yang menjalankan sistem koperasi hijau, terutama mereka yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan
Ia mengatakan hampir bisa dipastikan koperasi yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan menerapkan sistem koperasi hijau dengan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan untuk kelanjutan usahanya.
"Contohnya, koperasi susu sapi perah. Mereka tidak akan sekadar memerah mendapatkan hasil perahan susu sapi, tetapi limbahnya sebagian jadi biogas untuk memenuhi kebutuhan penerangan rumah tangga dan memasak," katanya.
Baca juga: Kemenkop UKM: Peran koperasi masih signifikan dalam perekonomian
"Kami ada empat koperasi di Jateng yang jadi 'pilot project' koperasi hijau," kata Project Manager Green Cooperative (Adaptation Readiness) Yayasan Rumah Energi (YRE) Bren Wiratsongko, di Semarang, Sabtu.
Hal itu disampaikannya saat seminar "Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau Yang Adaptif Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah" yang dihadiri perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM, pengurus koperasi berbagai daerah, dan pemangku kepentingan terkait.
Empat koperasi itu 4, yakni KK Gardu Tani Gedong Songo di Kabupaten Semarang, KSP Qaryah Thayyibah di Kota Salatiga, KSPPS Usaha Syariah Bersama di Kabupaten Pati, dan KSPPS Tekun Syariah Mandiri di Kabupaten Boyolali.
Bren menjelaskan bahwa koperasi hijau diterapkan pada koperasi yang sudah ada dengan memasukkan unsur kepedulian lingkungan dan perbaikan manajemen, termasuk penerimaan anggota secara inklusif, baik perempuan, difabel, dan kelompok rentan lainnya.
"Koperasi kami tunjuk sebagai agen perubahan karena merupakan organisasi berbasis keterlibatan komunitas atau orang, bukan modal. Beda dengan dunia usaha. Potensi orang melakukan perubahan melalui lembaga jauh lebih besar," katanya.
Sebagai sebuah lembaga keuangan, pendidikan, dan sosial di tingkat tapak, kata dia, koperasi-koperasi di Indonesia telah relatif maju dalam integrasi sosial dan kelayakan ekonomi melalui dukungan untuk beragam kebutuhan pengembangan kebutuhan domestik atau usaha masyarakat skala kecil.
Namun, kata dia, koperasi di Indonesia belum dimaksimalkan potensinya untuk terlibat dalam pembiayaan adaptif iklim (Climate Adaptation Financing), baik dari kegiatan mitigasi maupun adaptasi.
Data BPS pada 2021, dari 127.846 koperasi aktif di Indonesia, baru sebagian kecil yang gerakan usahanya terkait pada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya pembiayaan energi terbarukan, seperti biogas rumah, mikrohidro, maupun panel surya.
"Karena itu, kami berharap (empat koperasi) bisa menjadi sebuah studi kasus sehingga nanti diserahterimakan kepada kementerian supaya direplikasi di koperasi-koperasi lainnya," kata Bren.
Sementara itu, Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan bahwa koperasi hijau menjadi sebuah isu penting ke depan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan lingkungan.
"Koperasi hijau adalah satu dedikasi dalam pengembangan usaha yang dioerientasikan bukan hanya pertumbuhan ekonomi tapi menjaga keberlanjutan usaha yang berbasis pada lingkungan menjadi ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya.
Menurut dia, pelaku usaha koperasi berkepentingan menjaga lingkungan sehingga koperasi hijau sebagai sebuah "framework" diharapkan membangun kesadaran bersama dalam menjalankan usaha koperasi.
Saat ini, kata dia, ada empat koperasi yang jadi percontohan koperasi hijau oleh YRE bersama Kemenkop UKM, namun sebenarnya sudah ada koperasi yang menjalankan sistem koperasi hijau, terutama mereka yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan
Ia mengatakan hampir bisa dipastikan koperasi yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan menerapkan sistem koperasi hijau dengan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan untuk kelanjutan usahanya.
"Contohnya, koperasi susu sapi perah. Mereka tidak akan sekadar memerah mendapatkan hasil perahan susu sapi, tetapi limbahnya sebagian jadi biogas untuk memenuhi kebutuhan penerangan rumah tangga dan memasak," katanya.
Baca juga: Kemenkop UKM: Peran koperasi masih signifikan dalam perekonomian
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
SUN Energy perkuat posisi sebagai mitra strategis transformasi hijau di sektor industri
09 December 2024 20:27 WIB
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB