BPBD Pati: Permintaan air bersih warga terdampak kekeringan berkurang
Kamis, 24 Oktober 2024 10:58 WIB
BPBD Kabupaten Pati, Jawa Tengah, melakukan distribusi air bersih kepada warga desa terdampak kekeringan. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Pati (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Jawa Tengah mencatat permintaan air bersih dari warga terdampak kekeringan saat ini mulai berkurang, meskipun jumlah desa yang terdampak kekeringan masih sama seperti sebelumnya.
"Desa yang terdampak kekeringan berjumlah 72 desa, sama dengan data sebelumnya, tersebar di sembilan kecamatan. Akan tetapi, lokasi pendistribusian air bersih di masing-masing desanya mulai ada pengurangan," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Kamis.
Hal itu, kata dia, bisa diketahui dari jumlah air bersih yang didistribusikan setiap hari juga berkurang.
Ketika puncak musim kemarau antara Agustus hingga September 2024, setiap hari pihaknya mendistribusikan air bersih antara 20-25 truk tangki dengan kapasitas 4.000 hingga 5.000 liter.
"Untuk saat ini berkurang menjadi 12-15 truk tangki per harinya," ujarnya.
Dari sebelumnya mengoperasikan lima truk tangki, kata dia, saat ini hanya mengoperasikan tiga unit truk tangki, sedangkan lainnya ada yang untuk antisipasi bencana kebakaran serta menjalani perbaikan di bengkel.
Ia menduga berkurangnya permintaan air bersih karena selama beberapa pekan sebelumnya mulai turun hujan, sehingga dimungkinkan banyak sumber air warga yang pulih sehingga bisa digunakan memenuhi kebutuhan mereka setiap hari.
Terkait dengan status tanggap darurat bencana kekeringan serta kebakaran lahan dan hutan, Pemkab Pati tidak memperpanjang setelah diberlakukan selama 14 hari sebelumnya.
Selain mengandalkan suplai air bersih dari BPBD Pati, warga terdampak kekeringan saat ini juga mendapatkan bantuan dari program tanggung jawab sosial perusahaan.
"Jumlah suplai air bersihnya setara 200 truk tangki dengan kapasitas angkut 4.000 liter," ujarnya.
Distribusi air bersih, kata dia, dijadwalkan hingga akhir Oktober 2024, sedangkan awal November 2024 diperkirakan curah hujan mulai meningkat sehingga dampak kekeringan bakal berkurang.
Baca juga: Daerah terdampak kekeringan di Kabupaten Pati mulai berkurang
"Desa yang terdampak kekeringan berjumlah 72 desa, sama dengan data sebelumnya, tersebar di sembilan kecamatan. Akan tetapi, lokasi pendistribusian air bersih di masing-masing desanya mulai ada pengurangan," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Kamis.
Hal itu, kata dia, bisa diketahui dari jumlah air bersih yang didistribusikan setiap hari juga berkurang.
Ketika puncak musim kemarau antara Agustus hingga September 2024, setiap hari pihaknya mendistribusikan air bersih antara 20-25 truk tangki dengan kapasitas 4.000 hingga 5.000 liter.
"Untuk saat ini berkurang menjadi 12-15 truk tangki per harinya," ujarnya.
Dari sebelumnya mengoperasikan lima truk tangki, kata dia, saat ini hanya mengoperasikan tiga unit truk tangki, sedangkan lainnya ada yang untuk antisipasi bencana kebakaran serta menjalani perbaikan di bengkel.
Ia menduga berkurangnya permintaan air bersih karena selama beberapa pekan sebelumnya mulai turun hujan, sehingga dimungkinkan banyak sumber air warga yang pulih sehingga bisa digunakan memenuhi kebutuhan mereka setiap hari.
Terkait dengan status tanggap darurat bencana kekeringan serta kebakaran lahan dan hutan, Pemkab Pati tidak memperpanjang setelah diberlakukan selama 14 hari sebelumnya.
Selain mengandalkan suplai air bersih dari BPBD Pati, warga terdampak kekeringan saat ini juga mendapatkan bantuan dari program tanggung jawab sosial perusahaan.
"Jumlah suplai air bersihnya setara 200 truk tangki dengan kapasitas angkut 4.000 liter," ujarnya.
Distribusi air bersih, kata dia, dijadwalkan hingga akhir Oktober 2024, sedangkan awal November 2024 diperkirakan curah hujan mulai meningkat sehingga dampak kekeringan bakal berkurang.
Baca juga: Daerah terdampak kekeringan di Kabupaten Pati mulai berkurang
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024