Purwokerto (ANTARA) - Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Prof Suprayogi mengatakan pembangunan infrastruktur pertanian akan mendukung ketahanan dan swasembada pangan seperti yang menjadi program Kabinet Merah Putih.

"Terkait dengan infrastruktur dan kelengkapan alsintan (alat dan mesin pertanian), menurut saya ada dua arah sebenarnya, kaitannya dengan ketahanan pangan yang untuk food estate dan sejenisnya. Itu food estate 'kan diarahkan ke company," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Dengan demikian, kata dia, dalam pengembangan food estate tersebut membutuhkan alsintan yang tahan terhadap kondisi lahan di Kalimantan Selatan.

Bahkan, lanjut dia, mau atau tidak mau dalam pengembangan food estate membutuhkan penggunaan alat-alat dan mesin pertanian yang modern.

"Itu memang suatu keharusan. Saat ini, tim dari Unsoed juga turut melakukan pemetaan lahan di Kalimantan Selatan dengan mengerahkan mahasiswa," katanya.

Selain infrastruktur pertanian, kata dia, infrastruktur lainnya seperti jalan juga harus diperhatikan karena suatu saat akan dibutuhkan terutama ketika panen.

Sementara untuk non food estate yang selama ini sudah ada, lanjut dia, harus tetap dikawal keberlanjutannya termasuk kebutuhan saluran irigasinya.

"Kalau food estate di Kalimatan Selatan dan Merauke kebutuhannya bukan irigasi, melainkan jaringan untuk mengatur tata air sehingga air bisa kurang," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan inovasi pertanian dari berbagai aspek sangat dibutuhkan dalam pengembangan food estate di Kalimantan Selatan dan Merauke.

Menurut dia, inovasi yang paling utama adalah bagaimana membuat kondisi lahan di wilayah tersebut bisa kering dalam kondisi tertentu.

"Juga dilakukan modifikasi alsintan yang disesuaikan dengan kondisi lahan di sana," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan swasembada pangan tersebut, pemerintah perlu belajar dari cerita sukses pada masa pemerintahan Orde Baru.

"Kalau kita melihat pada zamannya Presiden Soeharto ada program perencanaan lima tahun, repelita. Ini 'kan bukan pekerjaan yang begitu," katanya.

Dalam hal ini, dia menilai target swasembada pangan yang diprogramkan saat sekarang belum ada perencanaan yang pasti atau perencanaan yang dibuat dengan tenang berdasarkan masukan dan sebagainya.

Dengan demikian, kata dia, dalam pelaksanaannya ada semacam belajar sambil bekerja (learning by doing), sehingga potensi kegagalan pasti ada.

"Namun kita tetap harus optimistis swasembada pangan akan terwujud. Sambil kita learning by doing karena memang harus dilaksanakan saat ini, beberapa kementerian secara terintegrasi menyusun perencanaan yang lebih baik dalam jangka lima tahun ini," kata Prof Suprayogi.

Baca juga: Pj. Walkot Tegal cek Gerakan Pangan Murah, pastikan ketersediaan sembako