Semarang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Jawa Tengah menyerahkan bantuan kepada korban banjir di RW 7, Kelurahan Kudu, Semarang, yang hingga saat ini masih menghadapi genangan air.
"Hari ini kami distribusikan secara langsung, terutama untuk bahan makanan itu ada mi instan, kemudian minyak goreng, sarden sampai dengan selimut," kata Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto di Semarang, Selasa.
Di sela tinjauan dan penyerahan bantuan, ia mengatakan, kategori bencana di RW 7 itu memang tidak masuk nomenklatur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai kategori perlu dibantu.
"Sesuai dengan nomenklatur BNPB, genangan itu sebetulnya kan tidak ada sesuatu untuk dibantu ya, kecuali banjir yang betul-betul melumpuhkan mata pencaharian ya, semuanya terganggu," katanya.
Namun, ia menilai, banjir yang menggenangi wilayah RW 7 Kelurahan Kudu tersebut sudah mengganggu aktivitas masyarakat karena berlangsung cukup lama, hampir seminggu.
"Tapi ini kami melihat sudah dalam posisi yang memang juga dibutuhkan untuk dibantu karena aktivitas warga sedikit banyak juga terganggu. Karena lamanya genangan ini," katanya.
Selain menyerahkan bantuan, kata dia, BPBD Kota Semarang juga melakukan asesmen melalui pengamatan langsung untuk mencari akar permasalahan banjir.
"Yang terjadi di wilayah Kelurahan Kudu di RW 7, khususnya itu, sebetulnya akar masalahnya adalah limpasan dari saluran pembuangan dari PDAM yang akhirnya melimpas," katanya.
Persoalannya, kata dia, limpasan air tersebut masih ditambah dengan curah hujan berturut-turut, beberapa hari kemarin yang relatif tinggi.
"Di sini genangan ini sampai sekarang belum bisa surut, sudah kurang lebih satu minggu. Nah, sekarang upaya yang dilakukan apa? Kami coba nanti akan mengkoordinasikan," katanya.
Kalau perlu, kata dia, melalui rapat koordinasi khusus dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) untuk peninggian talut saluran.
"Yang air melimpas ini kurang lebih volumenya sepanjang 1 kilometer, itu harus ditinggikan 1 meter. Dan ternyata di sini sudah berulang kali terjadi lima tahun berturut-turut. Harapan kami tidak ada hujan ekstrem lagi. Tapi, apapun yang terjadi, alam itu tidak pernah bisa kita prediksi," kata Endro.
Ketua RW 7 Kelurahan Kudu Ainur Rofiq (55) menjelaskan banjir sudah menggenangi kawasan itu sekitar satu minggu dengan ketinggian antara 20-50 centimeter.
Dengan adanya banjir tersebut, kata dia, masyarakat mengalami kerugian material karena perabotan terkena banjir, kemudian tidak bisa bekerja dan berjualan.
Ia menyebutkan banjir merendam 11 rukun tetangga (RT) dan ada beberapa orang di RT 8 yang mengungsi ke rumah saudara karena memiliki anak kecil.
"Penyebabnya (banjir, red.), pertama yaitu dari pembangunan PDAM. Yang keduanya itu hujan karena curah hujan tinggi. Yang ketiga itu dari kiriman sungai dari Sayung yang mengalami rob," kata Rofiq.