Semarang (ANTARA) - BPJS Ketenagakerjaan mengajak komunitas pekerja informal turut berkolaborasi dalam program jaminan sosial, mengingat saat ini baru 13 persen dari total 60 juta pekerja di sektor ini sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Kolaborasi tersebut diharapkan meningkatkan kesadaran dan partisipasi pekerja sektor informal dalam program BPJS Ketenagakerjaan sekaligus memperluas kepesertaan.

Pekerja rentan, seperti petani dan nelayan, menjadi target utama dalam upaya meningkatkan perlindungan jaminan sosial bagi kelompok ini.

"Kami dorong pekerja informal seperti pedagang, ojek online, petani, nelayan, dan lainnya untuk bergabung," kata Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo.

Anggoro menekankan pentingnya inovasi dan pendekatan khusus untuk menjangkau pekerja informal. BPJS Ketenagakerjaan juga berupaya menyederhanakan proses pendaftaran dan pembayaran iuran bagi pekerja informal.

Ini agar memudahkan akses dan mendorong lebih banyak pekerja untuk bergabung. Peningkatan literasi keuangan serta pemahaman pentingnya jaminan sosial menjadi bagian dari upaya yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan.

Pada kesempatan lain, Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Majapahit, Farah Diana, menegaskan pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan bagi pekerja informal. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga akan menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait guna memperluas jangkauan kepesertaan.

“Sektor informal memerlukan perhatian khusus karena pekerja di sektor ini lebih rentan terhadap risiko sosial, seperti kecelakaan kerja atau kematian,” jelasnya.

 “Kami terus berupaya untuk memberikan pelindungan kepada seluruh tenaga kerja di wilayah Semarang Majapahit, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal,” tegas Farah. ***