Berharap Semarang 2012 Bebas Banjir dan Rob
Kamis, 19 Januari 2012 11:35 WIB
Tak habis upaya Pemerintah Kota Semarang untuk menangani rob dan banjir sehingga tujuan utama menciptakan kota yang nyaman untuk ditinggali (liveable city) dapat diraih.
Apalagi upaya penanganan banjir dan rob tersebut tidak hanya dilakukan Pemkot Semarang sendirian, tetapi juga mendapat dukungan dana dari Pemerintah Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat, seperti untuk mega proyek pembangunan Waduk Jatibarang, normalisasi Sungai Banjir Kanal, dan pembangunan Polder Banger.
Kini musim penghujan "kembali datang bertandang", yang akan menguji seberapa efektif berbagai ikhtiar Pemkot Semarang membebaskan kota ini dari banjir dan rob.
Selalu Tergenang
Salah satu wilayah Kota Semarang yang selalu menjadi langganan genangan air setiap hujan deras adalah kawasan Bundaran Air Mancur dan kawasan Simpanglima Semarang.
Begitu hujan deras lebih dari satu jam, kawasan yang berada di pusat kota ini selalu tergenang air bahkan bisa sampai 30 centimeter di sebagian Jalan Pandanaran dan Jalan Pahlawan serta di sebagian kawasan Simpanglima, sehingga mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas.
Suhartono (58), pedagang teh botol keliling yang biasa mangkal di kawasan Jalan Pahlawan ini mengatakan pada saat hujan deras sekitar satu jam maka kawasan Bundaran Air Mancur, Jalan Pahlawan langsung banjir.
"Kalau hujan deras sekitar satu jam saja, jalanan di Bundaran Air Mancur pasti banjir yang cukup lama surutnya," kata Suhartono.
Hal sama juga disampaikan Rudi (27) pedagang jagung rebus yang biasanya keliling di Kawasan Simpanglima yang pasti banjir bila hujan deras.
Bahkan menurut Rudi, pernah terjadi jalanan di Kawasan Simpang Lima banjir hingga selutut orang dewasa.
"Kalau dahulu hujan deras tidak lama pun sudah langsung banjir, sekarang sepertinya tidak begitu," katanya.
Tidak hanya di kawasan Simpanglima yang selalu kedatangan tamu banjir, pada November 2010, tiga kelurahan yakni Kelurahan Mangunharjo, Mangkang Wetan, dan Mangkang Barat yang berada di Kecamatan Tugu terjadi banjir bandang.
Bambang Kunhantiyo, Camat Ngaliyan yang sebelumnya menjabat Camat Kecamatan Tugu menjelaskan banjir yang terjadi pada tanggal 7, 9, dan yang paling parah tanggal 14 November 2010 tersebut telah mengakibatkan tujuh orang meninggal dunia.
"Banjir tersebut disebabkan karena talut tidak mampu menahan air dan ambrol," katanya.
Selain banjir, Kota Semarang juga terkenal sebagian daerahnya tergenang air rob seperti di daerah Semarang Utara.
Sutrisno (52) warga Jalan Tambra Dalam mengaku bahwa rumah dan kawasan tempat tinggalnya merupakan daerah yang selalu digenangi rob saat air laut pasang.
"Sudah bertahun-tahun rob selalu menggenang rumah saya dan kawasan ini," katanya.
Untuk menyiasati genangan rob, Sutrisno dan juga tetangga-tetangganya mengurug rumahnya menjadi lebih tinggi dari jalan, yang menyebabkan jalan menjadi genangan rob.
Kondisi ini diamini oleh Suparman (60), yang juga tinggal di Semarang Utara, rob selalu datang tanpa diundang.
"Rob pasti menggenang rumah saya dan lingkungan disekitarnya, dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun," kata Suparman.
Berbagai ikhtiar
Kepala Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang Agus Riyanto mengatakan bahwa untuk mengatasi rob dan banjir saat ini sudah ada 33 unit pompa yang tersebar di beberapa titik sebagian ada peningkatan kapasitas dari 200 liter per detik menjadi 600 liter per detik.
Tahun ini ada penambahan tiga pompa yang nantinya akan dioperasikan di Jalan Kartini (untuk sistem drainase kawasan Simpanglima), Johar, dan Jalan Agus Salim.
Tahun ini, Dinas PSDA dan ESDM bahkan sudah menganggarkan Rp79 miliar untuk penanganan rob dan banjir di daerah perkotaan dan Rp24 miliar untuk daerah pinggiran.
Untuk kawasan perkotaan seperti perbaikan sistem drainase di kawasan Simpanglima, Johar, Jalan Agus Salim, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan Mataram. Sementara di wilayah pinggiran dengan perbaikan talut, irigasi teknis, pembuatan sumur artetis serta penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
"Di wilayah pinggiran, kami akan fokus pada tata laksana drainase, perbaikan talut, irigasi teknis daerah persawahan, sumur artetis, dan Pansimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)," jelasnya.
Tidak hanya mengoptimalkan pompa, tambah Agus Riyanto, tetapi Dinas PSDA dan ESDM juga terus melakukan pengerukan sedimen dan pengambilan sampah di sungai dan saluran.
Kepala Seksi Operasional dan Pemeliharaan Tata Air Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan ESDM) Kota Semarang Kumbino menjelaskan bahwa selama musim penghujan sudah ada petugas yang siaga keliling daerah di Kota Semarang sebanyak enam orang.
Petugas tersebut saat hujan turun memantau saluran dan sungai untuk memastikan tidak ada sampah yang menyumbang saluran dan inlet. Selain ada mega proyek pembangunan Waduk Jatibarang, normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat, dan pembangunan Polder Banger yang diperkirakan selesai pada tahun 2013, Pemkot Semarang juga terus melakukan optimalisasi penggunaan pompa.
"Masih ada beberapa daerah yang tergenang rob, karena pada saat hujan pompa tidak dapat bekerja maksimal. Akan tetapi banyak juga daerah yang terbebas dari rob," katanya.
Kumbino mencontohkan, kawasan Terminal Terboyo hampir terbebas dari rob dan daerah lainnya yang juga terbebas rob di antaranya sebagian Kawasan Kota Lama, Citarum, Patimura, Raden Patah, sebagian daerah Bubaan, Agus Salim, dan daerah Jalan Kolonel Sugiono.
Ia mengakui untuk penanganan rob dan banjir belum menyentuh seluruh daerah sehingga masih ada daerah yang belum terbebas rob di antaranya sebagian daerah di Kelurahan Kuningan meskipun sudah ada dua pompa di daerah tersebut, kemudian Kelurahan Dadapsari (sudah dibantu pompa portabel dengan kekuatan 30 liter per detik).
Perlu Diapresiasi
Pakar Lingkungan yang juga Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof Sudharto mengakui usaha dari pemerintah untuk penanganan rob dan banjir sudah terlihat, bukan hanya pemerintah daerah tetapi juga mendapat sokongan dana dari pemerintah pusat.
"Penanganan banjir sudah tepat dengan mengatasinya dari hulu dengan pembangunan Waduk Jatibarang dan normalisasi Banjir Kanal Barat, sementara penanganan rob langsung dari hilirnya yakni pembangunan Polder Banger," kata Prof Sudharto.
Rob merupakan fenomena alam yang disebabkan kenaikan muka air laut dan mendapat kontribusi dari perubahan iklim yang diperburuk dengan banyaknya bangunan sehingga tanah ambles.
Sementara banjir disebabkan karena ketidakmampuan sungai menampung air dan kemampuan tanah untuk mengabsorpsi atau menyerap air semakin berkurang.
Hal tersebut dikarenakan laju pertambahan ketinggian air yang cepat dalam waktu singkat yang menjadikan kerusakan daerah tangkapan air.
Normalisasi sungai yang bersifat sebagai obat diperlukan (necessary) tetapi tidak cukup (insuffiecient). Oleh karena itu, tidak hanya pendekatan teknis tetapi juga diperlukan pendekatan lembaga dan sosial.
Pendekatan teknis dengan berbagai proyek pembangunan tidak akan berkelanjutan jika tidak didukung atau dibarengi kerja dari instansi terkait dengan instansi yang lain secara kesinambungan.
"Selama ini masih ditemui kerja instansi terkait dengan instansi yang lain belum terpadu karena belum ada kerjasama yang baik. Seluruh instansi harus terpadu baik di tingkat kota, provinsi, maupun pusat," katanya.
Jika sebuah instansi membangun waduk, tentu instansi lainnya harus dapat bersinergi dengan memperhatikan dalam pemberian izin mendirikan bangunan dan tidak ada alih fungsi lahan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kebijakan.
Terhadap berbagai upaya pemerintah jika kemudian dapat seimbang dari lembaga terkait dan keterlibatan masyarakat tentu dapat menjadi sebuah titik terang untuk semua masyarakat memiliki harapan Semarang terbebas dari serangan hantu rob dan banjir.
Sebagian masyarakat Kota Semarang, memasuki musim penghujan ini, sudah sedikit banyak mengakui dan merasakan dampak dari berbagai ikhtiar Pemkot setempat dengan berbagai programnya membebaskan diri dari banjir dan rob.
Suhartono dan Rudi mengaku kini kawasan Bundaran Air Mancur dan Kawasan Simpanglima, dengan program Pemkot Semarang, sudah mulai terbebas dari genangan.
"Jika dulunya lama surutnya, sekarang sepertinya cepat surut. Sekarang saja, saluran-saluran yang ada sudah diperbaiki jadi mungkin itu yang menyebabkan begitu ada banjir, airnya lebih cepat surutnya," kata Suhartono.
Rudi mengakui genangan yang terjadi di kawasan Simpanglima setelah hujan deras kini sudah tidak parah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sementara menurut Camat Ngaliyan, pascakejadian ambrolnya talut yang menyebabkan banjir di kawasan tersebut, sampai sekarang tidak ada lagi banjir karena talutnya sudah diperkuat dan di daerah Mijen telah dibuat embung-embung, sehingga air dapat dikendalikan.
Terkait rob, Sutrisno mengakui sudah banyak upaya yang dilakukan oleh Pemkot Semarang untuk penanganan rob.
Suparman, warga yang rumah yang ditinggali dan kawasannya selalu tergenang rob, menceritakan bahwa warga sudah mulai menerima bantuan untuk bedah rumah sehingga rumah yang dahulu sering terendam rob sekarang terhindar dari genangan.
Berbagai ikhtiar yang dilakukan oleh Pemkot Semarang yang sebagian di antaranya sudah dirasakan manfaatnya oleh warga akan diuji efektifitasnya saat musim penghujan Januari-Maret 2012 ini.
Semoga "Semarang Kaline Banjir" yang selama ini melekat dengan Kota Semarang segera berubah menjadi "Semarang Kaline Resik".
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB