Dari pantauan ANTARA di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, usai melaksanakan ibadah Salat Id di lapangan maupun masjid setempat, warga menggelar acara "sungkeman" di rumah masing-masing guna memohon maaf kepada orang tua maupun sanak keluarga yang lebih tua, salah satunya di keluarga Sukirman (71).

Tradisi "sungkeman" diawali dengan ucapan permohonan maaf dari istri, Siti Maryam (61) kepada suaminya (Sukirman, red.) dengan cara berjongkok sembari mencium tangan Sukirman.

Selanjutnya, "sungkeman" dilakukan oleh anak-anak pasangan Sukirman mulai dari yang tertua hingga termuda kepada ibunda mereka terlebih dahulu dan setelah itu kepada ayahandanya.

"Sungkeman" kepada ibunda mereka terlebih dahulu karena sosok ibu dinilai paling berjasa dalam kehidupan, yakni sejak dalam kandungan, dilahirkan ke dunia, dan membesarkan anak-anaknya hingga dewasa.

Bahkan, dalam "sungkeman" ini, mereka menggunakan bahasa Jawa "krama inggil" (halus, red.) sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua.

"Kami sangat menghargai jasa dan pengorbanan ibu sehingga 'sungkeman' ini terlebih dulu disampaikan kepada ibu," kata anak tertua pasangan Sukirman, Sri Purwani (42).

Menurut dia, keluarganya sengaja menggunakan bahasa Jawa halus sebagai upaya mempertahankan tradisi leluhur.

"Saat ini, banyak anak-anak yang kurang memahami bahasa Jawa halus, sehingga menggunakan bahasa Indonesia dengan mengucapkan 'mohon maaf lahir dan batin' atau ucapan yang lain," katanya.

Setelah melakukan "sungkeman" di rumah masing-masing, warga pun melanjutkan tradisi silaturahmi dengan mengunjungi rumah tetangga dan saudara-saudara mereka.