Ia pulang ke rumahnya di depan gedung terbuka itu di tepi alur Kali Senowo, sambil menenteng beberapa daun palma, sarana utama umat mengikuti misa kudus untuk merayakan Minggu Palma, salah satu rangkaian peribadatan Pekan Suci Paskah.

Rangkaian Pekan Suci Paskah 2013, meliputi ibadah Minggu Palma (24/3) untuk mengenang saat Yesus menunggang keledai dielu-elukan bagaikan raja atau pemimpin umat memasuki Kota Yerusalem, Kamis Putih (28/3) saat Yesus bersama para murid melakukan perjamuan terakhir yang menjadi awal tradisi iman umat Katolik setiap hari Minggu mengikuti ekaristi.

Selain itu, Jumat Agung (29/3) saat wafat Yesus melalui penyaliban dan Minggu Paskah (31/3) sebagai hari kebangkitan Yesus dari kematian di kayu salib.

Setiba di rumah, Jais yang sehari-hari bekerja sebagai petani sayuran di kawasan subur lereng barat daya Gunung Merapi di Dusun Grogol, Desa Mangunsoka, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang itu, bergegas menyelipkan setiap batang daun palma di salib kayu yang tergantung di beberapa ruangan rumahnya.

"Ini sebagai perlambang bahwa Yesus meraja, memimpin kehidupan kami, khususnya kehidupan iman kami bersama keluarga. Tahun depan kami lepas daun palma yang sudah kering, lalu dikumpulkan di gereja, untuk perayaan Rabu Abu (pembuka masa prapaskah, red.)," katanya.

Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan, saat Yesus naik keledai memasuki Kota Yerusalem, disambut dan dielu-elukan oleh umat dengan masing-masing membawa daun palma.

Jais, satu di antara ratusan umat berasal dari dusun-dusun di kawasan Gunung Merapi menjalani ibadah Minggu Palma dalam kemasan yang tampak sesuai dengan kearifan lokal petani setempat, dengan kurator seorang pemuda wilayah itu, Andreas Susanto .

Prosesi peribadatan Minggu Palma oleh umat Katolik setempat pada hari Minggu (24/3) itu ditandai dengan pemberkatan daun palma oleh Kepala Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Romo Aloysius Martoyoto Wiyono

Cuaca di kawasan setempat pagi itu tampak cerah. Seluruh badan Gunung Merapi terlihat jelas dari dusun berjarak sekitar 8 kilometer itu dengan asap membumbung dari tiga lokasi di puncaknya.

Sesekali truk bermuatan penuh pasir dari alur Kali Senowo yang aliran airnya berhulu di Gunung Merapi, melintasi dengan lancar di jalan beraspal yang makin rusak di dusun setempat.

Umat yang terdiri atas para lelaki, perempuan, tua, muda, anak-anak, dan remaja dengan berpakaian rapi, berkumpul di halaman rumah warga setempat, Ngatini (45), untuk mengikuti pemberkatan daun palma yang mereka bawa melalui pemercikan air suci oleh Romo Martoyoto.

Pada kesempatan itu Romo Martoyoto dengan bahasa Jawa langgam "kromo" mengisahkan peristiwa Yesus dielu-elukan umat memasuki Kota Yerusalem.

"Ini lambang kita bersama-sama Yesus yang menjadi Raja Damai memasuki Kota Yerusalem yang suci itu. Bahwa kedatangan Yesus sebagai Raja Damai menggambarkan cinta kasih kepada manusia, membawa ketenteraman sejati. Umat mengelukan Yesus sebagai Sang Raja yang datang atas nama Tuhan," katanya.

Umat setempat dengan para prodiakon dan misdinar kemudian berarak secara takzim menuju gedung GSPi yang berjarak sekitar 300 meter dari halaman rumah, tempat pemberkatan daun palma pagi itu.

Saat prosesi tersebut, Romo Martowiyoto dengan jubah warna merah menunggang gerobak yang dihias dengan aneka properti hasil bumi pertanian Merapi, seperti ketela, jagung, buncis, paria, dan beberapa karung berisi padi.

Di tengah gerobak itu tertancap hiasan berbentuk payung yang dibuat dari tatanan daun palma. Susanto yang menjadi kurator memberi tajuk prosesi Minggu Palma lokal Merapi itu dengan sebutan "Kuwasaning Rojokoyo" (kekuasaan hasil bumi).

Gerobak roda tiga, ukuran 1,2x2 meter dengan tinggi sekitar setengah meter, itu sebagai satu alat harian petani Merapi membawa, antara lain, panenan sayuran dari sawah, rumput untuk pakan ternak, kayu bakar untuk rumah tangga, dan pupuk tanaman pertanian mereka.

"Melalui prosesi Minggu Palma dengan gerobak 'Kuwasaning Rojokoyo' ini kami ingin mengungkapkan harapan bahwa kepemimpinan seharusnya berpihak kepada kaum lemah. Saat ini, kehadiran pemimpin yang berpihak kepada petani, menjadi hal yang mahal. Yesus menjadi teladan kepemimpinan umat karena Dia adalah Raja yang mengasihi dan rela berkorban," kata Susanto.

Nyanyian rohani Katolik berbahasa Jawa berjudul "Yerusalem" diambil dari buku Kidung Adi secara berulang-ulang dilantungkan umat sepanjang mereka menjalani perarakan Minggu Palma menuju gedung GSPi.

"'Galo Gusti dipahargya ana ing kutha Dalem. Umat ngebaki dalan tangane nyekel palem. Surak rame lan gambira. Hosana Sang Nata. Yerusalem, Yerusalem, galo risang Nata. Hosana linuhurna Gusti nataning nata'," demikian sebagian syair tembang itu yang dibawakan oleh umat dengan dirigen seorang perempuan setempat, Srini.

Syair lagu itu kira-kira artinya, "Lihatlah Yesus disambut di Kota Suci. Umat memadati jalan dengan membawa daun palma. Mereka bersorak gembira, memuliakan Sang Raja. Yerusalem, lihatkan Sang Raja, luhurkan Yesus, Raja di antara para raja".

Romo Martoyoto mengatakan, melalui perayaan Minggu Palma, umat Katolik setempat yang sebagian besar sebagai petani di kawasan Gunung Merapi itu mewujudkan hati yang bersih untuk menerima kedatangan Yesus sebagai pemimpin jalan kehidupan mereka.

"Pada Minggu Palma ini kita menerima dengan hati yang bersih, kita minta Allah duduk dalam hati kita, menjadi Raja Damai yang memimpin kita menjalani kehidupan di dunia hingga alam keabadian," katanya.