Minggu Palma Menyambut Pemimpin yang Rela Berkorban
Minggu, 13 April 2014 17:43 WIB
Romo Petrus Agoeng Nugroho (kiri) memercikkan air suci sebagai tanda pemberkatan atas daun palma yang dibawa umat Katolik dalam prosesi Minggu Palma di kawasan barat Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Minggu (13/4). (Hari Atmoko/dokumen).
Lagu rohani Katolik mereka lantunkan sepanjang prosesi satu kilometer dari Dusun Diwak menuju gereja setempat, dengan dipimpin Pemimpin Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang Romo Petrus Agoeng Nugroho, didampingi beberapa petugas prodiakon dan para misdinar, Minggu.
Setiap umat membawa daun palma yang sudah diberkati dengan pemercikan air suci oleh Romo Agoeng, sedangkan para misdinar antara lain membawa salib, dupa, dan "wiruk".
Sebagian umat lainnya menyambut rombongan prosesi secara takzim itu di depan balai desa setempat dan di dekat pendopo seni "Bangun Budaya", yang dikelola seorang umat setempat.
Rangkaian prosesi hingga misa kudus dikemas secara sederhana dengan menggunakan bahasa Jawa.
Mereka bersama keluarga, masing-masing mengenakan pakaian rapi, berjalan kaki beriringan melewati jalan bersemen di antara areal pertanian di Dusun Diwak dan jalan tengah kampung di Dusun Sumber.
Puncak Gunung Merapi terlihat kasat mata dari tempat itu, tidak tertutup awan. Suasana terlihat cerah dengan sinar matahari pagi yang terasa menyapa dengan hangat prosesi Minggu Palma mereka.
Para biarawati dari Komunitas Abdi Kristus yang mengelola rumah biara di desa setempat dengan dipimpin Suster Dionisia Suistini, berada di tengah-tengah umat dalam prosesi tersebut.
"'Hosana Putraning Dawud. Pinujia kang rawuh atas asmaning Pangeran. Nata Israel, hosana ing ngaluhur'," demikian satu bait tembang rohani yang mereka lantunkan yang artinya kira-kira pujian kepada Yesus yang datang atas nama raja. Raja yang luhur.
Perayaan Minggu Palma sebagai pembuka masa pekan suci Paskah, memperingati saat Yesus memasuki Kota Yerusalem dengan menunggang keledai, disambut umat dengan membawa daun palma. Massa ketika itu menganggap Yesus sebagai raja yang akan membebaskan dari kekuasaan Romawi.
Rangkaian masa pekan suci itu selanjutnya, adalah Kamis Putih saat perjamuan terakhir Yesus dengan 12 rasul, Jumat Agung sebagai peristiwa penyaliban Yesus, dan Minggu Paskah sebagai kebangkitan Yesus dari kematian.
Romo Agung menjelaskan tentang kata "Hosana" dalam lagu rohani yang dilantunkan umat yang tinggal di kawasan sekitar delapan kilometer dari puncak barat daya Gunung Merapi itu.
"Hosana itu,artinya seruan kepada Tuhan agar menyelamatkan kita sekarang ini. Tuhan mau menyelamatkan kita sekarang," katanya.
Sedangkan daun palma dalam tradisi budaya Yahudi sebagai tolak balak. Tuhan Yesus hadir untuk menyelamatkan manusia dari godaan setan dan berbagai pekerjaan buruk.
"Kita merasakan dalam hati, Yesus mendampingi kita dalam hidup sehari-hari, supaya kita tidak jatuh dalam keburukan. Pemimpin yang membawa kebaikan dan menyelamatkan," katanya.
Perayaan Minggu Palma sebagai ungkapan syukur dan proficiat atas kehadiran Yesus sebagai pemimpin dalam simbol raja,memasuki Kota Yerusalem.
"Kalau kita mendapatkan prestasi, kita mendapat ucapan selamat, kalau terpilih jadi lurah dan caleg juga mendapatkan ucapan selamat, pada hari ulang tahun juga 'diselamati'," katanya dalam khotbah misa kudus Minggu Palma itu.
Akan tetapi, perjalanan kehidupan sehari-hari manusia tidak selamanya berjumpa dengan hal ihwal yang menggembirakan. Situasi susah dan buruk, terkadang juga menghinggap.
Manusia yang utama, termasuk pemimpin, terkadang sembunyi jika sedang menghadapi keadaan menyedihkan, dicaci-maki, dan dipermalukan.
Namun, tidak demikian dengan Yesus. Meskipun dicaci-maki dan dipermalukan dalam penyaliban, Yesus tetap tampil melaksanakan tugas Allah Bapa untuk membawa damai dan melaksanakan tugas penyelamatan hingga wafat melalui jalan penyaliban.
Itulah keteladanan yang disampaikan Yesus kepada umat manusia. Keteladanan dari pemimpin yang secara total berkorban untuk keselamatan manusia.
"Minggu Palma dapat kita rasakan dalam hidup sehari-hari sehingga kita diselamatkan oleh pemimpin kita," katanya.
Tembang rohani berjudul "Kabeh Bangsa" (Semua Bangsa,red.) mengalun dalam rangkaian perayaan Minggu Palma itu, bagaikan seruan kepada umat manusia dari berbagai bangsa untuk menyambut kehadiran pemimpin.
"'Kabeh bangsa padha keploka bareng, padha suraka muji Allah, nganggo laguning bungah'," demikian penggalan syair tembang itu.
Kira-kira, arti kalimat tembang itu adalah segala bangsa bersorak-sorai menyambut kehadiran pemimpin, dengan memuji keagungan Tuhan.
Minggu Palma, saatnya umat bersuka-ria atas pemimpin mereka.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Spektrum
Lihat Juga
Kisah Warung Makan Selera Jenderal di Demak, berawal dari celetukan pelanggan
31 October 2024 10:27 WIB