Perubahan Paradigma Pariwisata Borobudur Dinilai Luar Biasa
Kamis, 2 Februari 2017 20:42 WIB
"Saya senang sekali melihat perubahan paradigma di Borobudur, bukan hanya 'menjual' Candi Borobudur, melainkan juga desa-desa di sekitarnya," katanya saat kunjungan kerja di Magelang, Kamis.
Dalam perubahan paradigma itu, kata dia, tampaknya pengembangan Borobudur arahnya sudah berbeda. Bukan hanya candinya, melainkan juga mengangkat potensi masyarakat di sekitarnya.
"Saya kira hal ini juga tidak akan mudah. Kalau mengembangkan atau membangun dengan cepat, dikhawatirkan banyak timbul masalah. Maka, perlu persiapan yang baik," katanya.
Ia menuturkan bahwa perubahan paradigma ini penting. Hal ini perlu dicontoh daerah lain.
Menurut dia, untuk mendukung keberadaan Candi Borobudur perlu diciptakan objek-objek wisata baru.
"Di Borobudur ini wisata malamnya kurang. Bagi kaum muda kalau malam 'ngapain'. Kalau di Bali itu memang banyak wisata malamnya, kemudian di Kota Batu Jawa Timur ada Batu Night Festival," katanya.
Ia mengatakan mungkn di sini bisa dikembangkan "dinner" dengan suguhan tarian atau teater.
"Namun, saya tidak tahu di sini mungkin atau tidak, memang kegiatan malam hari itu perlu diciptakan," katanya.
Sebelumnya, Direktur Teknik dan Infrastruktur PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWC) Retno Hardiasiwi memaparkan PT TWC diberi tugas BUMN untuk mengembangkan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) dan homestay di sekitar Borobudur untuk menggerakkan perekonomian di kawasan Borobudur.
"Borobudur sebagai lampu yang besar itu harus bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar Borobudur," katanya.
Ia mengatakan bahwa bersinergi dengan BUMN-BUMN lain melalui program BUMN hadir untuk negeri, PT TWC menggali dan mengembangkan potensi wisata yang ada di kawasan Boroobudur, salah satunya melalui Balkondes dan homestay yang tersebar di 20 desa Kecamatan Borobudur.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor:
D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025