Logo Header Antaranews Jateng

Aman, stok pangan di Boyolali capai 244.064 ton GKG

Kamis, 15 November 2018 08:04 WIB
Image Print
Seorang petani sedang mengusir burung-burung yang mengganggu tanaman padinya di Desa Senden Kecamatan Sambi Boyolali, Kamis, (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (Antaranews Jateng) - Produksi gabah di Kabupaten Boyolali hingga Agustus 2018 mencapai 244.064 ton gabah kering giling (GKG) atau stok pangan itu  masih aman, kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto.
     
"Luas tanaman pangan di Kabupaten Boyolali tahun ini diketahui indikatifnya mencapai 52.446 hektare, tetapi realisasinya 54.425 hektare atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan 2017 sebesar 54.233 hektare," kata Bambang Jiyanto, di Boyolali, Kamis.

Bambang Jiyanto mengatakan kemampuan produksi diprediksi sebesar 295.635 ton, sedangkan realisasinya hingga Agustus 2018 sebanyak 244.064 ton GKG. Kemampuan produksi itu, meningkat dibanding 2017 sebanyak 275.073 ton GKG.

Kendati demikian, Bambang Jiyanto optismitis sisa kekurangan produksi yang telah ditargetkan tersebut dapat tercapai pada November hingga Desember mendatang. Untuk mencapai target produksi tahun ini, harus mampu memproduksi 51.571 ton lagi.

Bambang Jiyanto mengatakan selama musim kemarau yang cukup panjang beberapa bulan yang lalu, pasokan kebutuhan pokok terutama beras di Kabupaten Boyolali dinilai masih mencukupi.

Dia mengakui dampak adanya kegiatan beberapa perbaikan saluran irigasi teknis di kawasan Waduk Cengklik Ngemplak Boyolali, menyebabkan beberapa wilayah mundur dalam masa tanam padi.

"Hal ini, salah satu penyebab target tanam agak mundur karena turun hujan belum merata di Boyolali. Namun, kemunduran masa tanam itu tidak berpengaruh pada pasokan beras di Boyolali," katanya.

Bahkan, kebutuhan gabah atau beras hingga saat ini, masih tercukupi atau stok masih aman. Sejumlah petani memasuk musim hujan saat ini, sebagaian daerah di Boyolali sudah tanam tanaman padi.

Kendati demikian, pihaknya mengimbau selama musim hujan belum merata agar petani bisa sekaligus menaman palawija atau komoditas sayuran.untuk mengantisipasi adanya kekurangan air di kawasan persawahan.

Tanaman palawija dengan tanaman semusim lainnya, seperti sayuran, kata dia, relatif tidak terlalu memerlukan banyak air sehingga dapat mengganti dari kebutuhan beras. Ada tanaman yang tidak membutuhan banyak air itu bisa menjadi antisipasi,” imbuhnya.

Petani harus dapat mengantisipasi musim sehingga saat memasuki musim kemarau jangan terlalu memaksakan menanam tanaman padi, tetapi menjelang memasuki hujan harus sudah persiapan mengolah tanah. Dan, pada musim hujan tinggal menyebar bibit tanaman. 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024